PWMU.CO – Perjuangan Muhammadiyah Blitar makamkan jenazah Covid-19 nonmuslim. MCCC Kabupaten Blitar merespon cepat permintaan warga Desa Mojorejo Kecamatan Wates.
Sore itu, Sabtu (11/7/2020) sekitar jam 16.00 WIB Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Wates Kabupaten Blitar Farihul Ula Mukhib ditelepon oleh Kepala Desa Mojorejo Kecamatan Wates Koko Widiono.
Musyawarah Berjalan Alot
“Intinya ada warga Mojorejo bernama Leo Agung Kaseni (67) yang tinggal di Surabaya meninggal dunia pukul 14.00 WIB dan akan dimakamkan di kampung halaman. Saya diajak ke rumah duka untuk bermusyawarah dengan keluarga,” ujar Farihul, sapaan akrabnya saat dihubungi PWMU.CO secara daring di Blitar, Senin (13/7/2020)
Leo Agung Kaseni memang kelahiran Mojorejo. Hanya setelah selesai meenmpuh pendidikan dia akhirnya bekerja dan berkeluarga di Surabaya. Dia punya rumah di Mojorejo yang setiap bulan dikunjungi. Untuk pengawasan dan kebersihan rumah diserahkan kepada keponakannya FX Supardi.
“Beberapa keluarga menolak dan minta dimakamkan di Surabaya karena zona merah pekat. Tetapi sebagian keluarga ada yang diberi wasiat kalau dia meninggal minta dimakamkan di makam Katolik Mojorejo,” ungkap pria yang juga anggota BPD Desa Mojorejo ini.
Akhirnya mereka sepakat dimakamkan di Mojorejo. Karena berasal dari zona merah pekat maka pihak desa meminta pemakaman dilakukan dengan protokol Covid-19.
“Memang belum diketahui secara pasti apakah dia meninggal karena Covid-19 karena belum pernah rapid ataupun swab test. Saat sakit tidak ke rumah sakit tetapi ke dokter umum dan meninggal dunia di rumah. Info dari keluarga ada gejala yang mengarah ke Covid-19. Yakni batuk, panas, dan sesak. Juga mempunyai riwayat penyakit jantung,” paparnya.
Pemakaman Protokol Covid-19
Maka pihak keluarga harus menyiapkan pemakaman dengan protokol Covid-19 lengkap dengan alat pelindung diri (APD). Ternyata pihak keluarga tidak berani bahkan mayoritas warga menolak.
“Mengetahui saya juga relawan Muhammadiyah, Kades Mojorejo meminta untuk mencari solusi. Farihul mencoba menawarkan diri karena punya teman-teman relawan yang sudah mendapat pelatihan pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19,” jelasnya.
Muhammadiyah Reaksi Cepat
Permintaan pemakaman dengan protokol kemudian di-share ke grup WhatsApp Relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Karena berkaitan dengan Covid-19, maka oleh Ketua MDMC dr Rubiyanto Cahyono disarankan di share di grup Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Kabupaten Blitar.
“Alhamdulillah mendapat respon bagus dari MCCC. Ketua MCCC Sigit Prasetyo menyarankan segera berkomunikasi dengan RS milik Muhammadiyah yakni RSU Aminah. Koordinasi tidak mengalami kesulitan karena Ketua MDMC juga dokter di RSU Aminah. Kabar baik ini langsung disampaikan ke Kades Mojorejo. Maka segala persiapan pemakaman pun dimulai,” jelasnya.
“Bakda shalat Maghrib beberapa warga melakukan penggalian makam. Dan hanya sebatas itu yang disanggupi oleh warga. Usai penggalian mereka meninggalkan pemakaman,” tambahnya.
Persiapan Relawan Pemakaman
Sementara itu di RSU Aminah dr Rubiyanto Cahyono dan dr Wison Pramu Asmiko mempersiapkan tim pemakaman. Menurut dr Rubi, sapaan akrabnya, ada 8 orang relawan MCCC yang siap berangkat ke Mojorejo.
“Yakni M Al Faris (koordinator relawan), Pawit TJ, Hengky, Heru Suprianto, M Sobar Abdalah, Ganda Harsono, Haqi dan Farikhul Ula Mukhib. Tujuh orang berangkat dari RSU Aminah dan satu orang (Farihul) standby di lokasi,” ujar dr Rubi pada PWMU.CO, Ahad (12/7/2020).
Karena permintaan mendadak, sambungnya, maka MCCC harus respon cepat. “Fasilitas RSU Aminah yang kita gunakan. Persiapan APD, briefing dan pembagian tugas sekitar 30 menit. Jam 22.00 kita meluncur ke lokasi. Masuknya dari jalan raya sekitar 18 km. Total jaraknya 48 km,” ungkapnya.
Info dari lokasi, jenazah dari Surabaya diangkut dengan ambulance dan berangkat jam 21.45 WIB. Ada 2 mobil pengiring yang membawa 18 orang. Tetapi oleh warga Mojorejo, para pengantar dari Surabaya tidak boleh stay atau menginap. Harus langsung balik Surabaya usai pemakaman.
“Sesampainya di lokasi sekitar jam 12 malam ternyata ambulance pembawa jenazah sempat menunggu sebentar. Beruntung ada relawan MCCC yang standby di lokasi sehingga peti tidak keburu diturunkan,” terangnya.
Perjuangan saat Pemakaman
Menurut Farihul proses pemakaman juga dihadiri sekaligus diamankan oleh Forkompimcam Wates. Ada dari kecamatan, Koramil dan beberapa personil Kepolisian. Warga juga tidak diperbolehkan masuk area pemakaman. Warga dan Forkompimcam berada di tepi jalan yang berjarak 300 meter dari area pemakaman.
“Maka pemakaman langsung dimulai. Pertama melakukan penyemprotan disinfektan pada peti jenazah sebanyak tiga kali. Dengan menggunakan tali secara perlahan peti jenazah dibawa ke titik lokasi pemakaman. Intinya relawan tidak melakukan kontak dengan peti jenazah,” jelasnya.
Proses pemakaman berjalan agak lama karena ada beberapa kendala. Tanah di pemakaman adalah tanah liat sehingga butuh tenaga ekstra dalam pengurukan. Masker yang digunakan adalah masker N95 sehingga oksigen yang didapatkan sedikit. Ada relawan yang sampai hampir pingsan. Cuaca juga dingin karena desa ini berada di ketinggian 366 m dpl,” paparnya.
“Di atas makam juga belum dipasang nisan salib karena darurat. Sementara hanya terpasang karangan bunga. Terakhir APD langsung dimusnahkan di lokasi pemakaman sehingga kami tidak membuat penyebaran baru,” tambahnya.
“Alhamdulillah pemakaman berjalan lancar dan selesai sekitar jam 01.30 WIB. Usai menyampaikan ucapan terima kasih, Kades dan Forkompimcam serta warga meninggalkan lokasi. Selanjutnya tim relawan meluncur ke rumah saya untuk istirahat sejenak,” ungkapnya.
Di rumah, sambungnya, ternyata sudah tersedia nasi kotak yang disiapkan oleh Kades. “Team juga membersihkan diri dan tidak lupa menikmati kopi hitam yang disajikan tuan rumah,” ujarnya.
Kesampingkan Suku, Agama, dan Ras
Kepada PWMU.CO Koordinator Divisi Teknis dan Operasional Lapangan MCCC Kabupaten Blitar dr Rubi menyampaikan kepedulian Muhammadiyah apalagi dalam bencana termasuk bencana pandemi Covid-19 tidak pernah memandang suku, ras, maupun agama.
Muhammadiyah itu rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Jadi tidak ada masalah bagi Muhammadiyah untuk berbuat baik kepada siapapun, termasuk kegiatan pemakaman ini,” jelasnya.
Sebelumnya saat penyemprotan disinfektan di awal pandemi, selain fasilitas Muhammadiyah kami juga melakukan penyemprotan pada fasilitas umum.
“Termasuk fasilitas tempat ibadah agama lain seperti gereja, wihara, dan pura serta beberapa sekolah nonmuslim. Semuanya tetap mendapatkan perhatian dari Muhammadiyah,” tuturnya.
Perjuangan Muhammadiyah Blitar makamkan jenazah Covid-19 nonmuslim. Perjuangan yang menginspirasi. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.