In Memoriam Hadi Mustofa Djuraid : Pertemuan Terakhir di Penang ditulis oleh Agus Setiawan, Ketua MPI PCIM Malaysia dan Kabiro Perum LKBN Antara Biro Kuala Lumpur.
PWMU.CO-Pulang dari shalat Jumat pertama kali sejak pemberlakuan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) di Masjid UMNO Komplek Bangunan Putra World Trade Center (PWTC) Kuala Lumpur, saya dikejutkan oleh informasi grup Whatsapp redaktur Antara dari tokoh media, Asro Kamal Rokan.
Mantan Pemimpin Umum LKBN Antara dan Pemimpin Redaksi Republika itu meneruskan kabar bahwa Hadi Mustofa (mantan Republika) meninggal dunia saat bersepeda di jalan akses UI Depok.
Saya tidak terduga bertemu Hadi Mustofa Djuraid. Tiga tahun lalu. Tepatnya 2 Desember 2018 di apartemen Mansion One, George Town, Negara Bagian Penang, Malaysia. Setelah sekian tahun tak pernah jumpa.
Waktu itu usai jogging di sekitar penginapan, tiba-tiba bertemu dia di lobi dengan kaos berkrah merah maron dan celana warna krim. Saya hanya mengenakan celana pendek dengan kaos Negaraku yang dikirimi oleh tim sukses mantan Perdana Menteri Nadjib Razak menjelang Pemilu 2018 lalu.
Kami sama-sama mengalungkan tas coklat dengan posisi yang sama di bahu sebelah kanan. Kami sama-sama terkejut. Lalu senyum gembira kami berjabat tangan.
Dia bercerita, ke Penang Malaysia bersama keluarga untuk check up di Rumah Sakit Gleneagles. Sayang sekali tidak ada informasi lebih lanjut siapa yang sakit dan sakitnya apa. Saya juga enggan menanyakan karena urusan privasi. Kemudian dia meminta alamat saya di Kuala Lumpur.
Rumah Sakit Gleneagles yang berlokasi di Jalan Sultan Ahmad Shah, Persiaran Gurney, berjarak 200 meter dari Mansion tersebut memang terkenal di kalangan warga Indonesia.
Demikian pula apartemen Mansion One yang biasa dipesan melalui aplikasi online seperti AirBnb dan Traveloka tergolong murah dengan tarif RM 200 atau Rp 600 ribu per malam dengan fasilitas tiga kamar sangat murah untuk satu keluarga. Di sini juga dulu almarhum Ustadz Muhammad Arifin Ilham menginap saat berobat ke RS itu.
Kenal di Surabaya
Saya mengenal Hadi Mustofa ketika sama-sama bertugas jadi wartawan di Surabaya. Dia di Republika. Saya di Antara. Setelah dia malang melintang memimpin beberapa media di Jakarta akhirnya menjadi tenaga ahli Menteri Ignasius Jonan.
Kemudian dia diangkat sebagai Dewan Pengawas atau Komisaris LKBN Antara tahun 2016. Menjadi bos saya. Saat itu saya bertugas menjadiKkepala Biro Sulawesi Selatan.
Saat di Surabaya, selain menjadi Kepala Biro Republika Jawa Timur, Hadi aktif mengasuh diskusi udara Surabaya Round Up yang saat itu populer di kalangan kampus bersama penyiar yang juga aktivis Rosdiansyah di Radio SCFM yang kini berubah menjadi Trijaya FM.
Seiring perjalanan waktu ternyata pengenalan saya dengannya semakin lengkap setelah tahu dia anak tokoh Muhammadiyah Manukan Tandes Surabaya, KH Djuraid Mahfud.
Mertua saya rumahnya juga di Manukan. Sering bercerita ketokohan Kiai Djuraid dan Kiai Satar. Nama Kiai Djuraid sangat terkenal di sini karena membangun masjid dan sekolah Muhammadiyah di Manukan yang sekarang berkembang makin besar.
Dia juga anak HMI dari IKIP Malang sedangkan saya dari HMI Cabang Jombang karena saya kuliah di Universitas Darul Ulum. Saya akhirnya juga makin tahu ternyata dia adik Husnun Nadhor Djuraid (Malang Pos) dan Dhimam Abror (Jawa Pos). Kakak beradik sama-sama aktif di dunia jurnalistik dan pernah menjadi pemimpin redaksi.
Jurnalis dan Aktivis
Sewaktu diangkat sebagai Dewan Pengawas Kantor Berita Antara, dia menjadi salah satu role model jurnalis sekaligus aktivis yang sukses meniti karier.
Ketika liburan Idul Fitri tahun 2016, saya pulang ke Manukan menyempatkan silaturahmi ke ke rumah orangtuanya di kampung Bibis, Manukan. Waktu itu dia bercerita baru pulang dari Madiun sambang keluarga dari ibunya. Saya sampaikan rumah orangtua saya juga di Madiun.
Kami berdiskusi banyak hal. Bicaranya kalem tidak meledak-ledak. Wawasannya luas. Dalam pertemuan-pertemuan di LKBN Antara pembawaannya juga begitu.
Hadi Mustofa berhenti menjadi Dewan Pengawas melalui Surat Keputusan Menteri BUMN Rini M Soemarno Nomor: SK-19/MBU/01/2016 tertanggal 23 Januari 2016. Setahun kemudian dia berganti menjadi komisaris di Pertamina Gas.
Hadi Mustofa Djuraid juga menerbitkan buku Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia. Buku yang deskriptif dan runtut dalam penyajiannya. Saya mengoleksi buku itu dan saya beritahukan ke dia.
Saat menjadi staf khusus Menteri Perhubungan (2014 – 2016) saya pernah juga dihubungi untuk mengoordanasi jumpa pers wartawan dengan Menteri Ignasius Jonan.
Selamat jalan Mas Hadi. Saya bersaksi anda orang baik. In Memoriam Hadi Mustofa Djuraid inilah kesaksian saya. (*)
Editor Sugeng Purwanto