Muswil Virtual PAN Jatim, Begini Peta Pertarungannya artikel opini oleh Ainur Rafiq Sophiaan, wartawan dan pemerhati sosial politik di Surabaya.
PWMU.CO–Partai Amanat Nasional (PAN) layak dicatat dalam Museum Rekor Indonesia. Partai yang mengusung jargon reformasi ini tengah menyelenggarakan serangkaian pergantian pimpinan di tingkat provinsi di seluruh Indonesia secara virtual.
Ditargetkan 34 provinsi tuntas selenggarakan Musyawarah Wilayah (Muswil PAN) tahun ini. Belum lagi Musda dan Muscab sejauh pandemi belum kunjung henti. Seluruhnya dilakukan secara virtual. Alhasil, jadilah parpol pertama dan terbanyak melaksanakan suksesi secara virtual.
Beberapa Muswil Virtual yang sudah kelar DPW PAN DKI (12/7), Bengkulu (17/7), Sulsel (19/7), Lampung (20/7), dan rencananya Riau (29/7). Sementara di Jatim kabarnya masih menunggu tanggal dari DPP. Namun, isyarat kuat bakal Muswil Virtual PAN Jatim diselenggarakan awal Agustus depan. Gelaran suksesi secara virtual itu merupakan ritual organisasi menyusul Rakernas yang juga dilakukan secara virtual (5/5/2020).
Tampaknya Zulkifli Hasan yang terpilih di Kongres V dengan diwarnai haru-biru di Kendari, Sultra (11/2/2020) tak ingin berlama-lama memendam mimpi meraih 3 besar di Pemilu 2024. Periode kedua ini merupakan ujian berat bagi kepemimpinannya. Maklum, pada periode pertamanya tidak terbilang menggembirakan sejak suara nasional merosot pada Pemilu 2019 menjadi 6,84 persen. Padahal Pemilu 2014 di angka 7,59 persen.
Pengalaman Kelam
Lalu bagaimana dengan peta di Jawa Timur? Muswil virtual di provinsi berpenduduk 40 juta lebih ini diperkirakan sangat menarik. Pertama, pada Kongres lalu suara Jatim terbelah. Yang pertama disokong DPW di bawah nakhoda M. Masfuk memilih Mulfachri Harahap.
Sementara yang kedua menyokong Zulkifli Hasan dipimpin Achmad Rubai, Wakil Ketua DPW. Meski cukup 13 DPD yang membelot, namun ini cukup mempermalukan DPW Jatim. Terlebih jagoan Masfuk kalah telak.
Kedua, Jawa Timur menyimpan sejarah kelam saat Muswil IV di Kediri (10/8/2015). Perhelatan itu berakhir dramatis dengan penyerbuan dan pengrusakan arena sidang pleno oleh kubu Masfuk yang dimotori Basuki Babussalam.
Aksi memprihatinkan itu berlangsung saat penghitungan hasil suara pemilihan formatur yang diborong kubu Kuswiyanto. Namun, karena proses politik yang melelahkan DPP anehnya justru mensahkan kubu yang kalah pertarungan. Sebuah peristiwa politik yang konon terjadi akibat intervensi Amien Rais yang berlebihan.
Tidak ada kawan maupun lawan abadi. Yang ada adalah kepentingan abadi. Begitulah hukum besi politik yang sering kita dengar. Dan kini terjadi di Jawa Timur. DPW PAN Jatim yang digawangi Masfuk dan Basuki Babussalam telah kehilangan kredibilitasnya di depan DPP yang dipimpin tokoh yang sama, Zulkifli Hasan. Akibat salah kalkulasi di Kongres. Sebuah risiko yang mesti dibayar karena dari pertamanya sudah banyak mengundang tanda tanya.
Dua Kandidat
Dengan mosaik politik demikian, Muswil V Jatim tak banyak memunculkan kandidat Ketua DPW lima tahun ke depan. Yang sering disebut baru dua orang yaitu Abdullah Abu Bakar, Walikota Kediri yang didorong kubu Masfuk dan Achmad Rubai, politisi kawakan sekaligus salah satu pendiri PAN Jatim. Ia juga dinilai amat berjasa membetot barisan Jatim ke kubu Zulkifli Hasan.
Dengan mekanisme pemilihan yang sangat menguntungkan DPP sampai ke tingkat DPD sejak dua periode tarakhir ini, tampaknya kans Rubai memenangi pertarungan tinggal menunggu ketok palu. Terlebih lagi, barisan Masfuk di DPW dan DPD – termasuk 4 dari 6 anggota DPRD Jatim – kabarnya sudah merapat ke pria asli Madura yang kini banyak menekuni profesi kepengacaraan itu.
Namun, siapa pun yang menang ada PR besar di depan mata. Pertama, mengembalikan suara yang turun dari 7 kursi melorot 6 kursi. Syukur, bisa masuk 3 besar di Gedung Indrapura. Padahal kursi DPRD Jatim bertambah menjadi 120 dari sebelumnya 100.
Kedua, menggiatkan kembali hubungan dengan captive market-nya Muhammadiyah sambil melebarkan sayap ke akar rumput dan kaum milenial yang kini digelorakan Zulkifli.
Dengan tantangan yang lumayan berat itu sudah tentu dibutuhkan figur yang sangat memahami blantika politik Jatim yang kerap disebut menjadi barometer dinamika Indonesia. Dan mampu mengkapitalisasi semua sumber daya untuk kesejahteraan masyarakat Jatim. Selamat ber-Muswil!
Editor Sugeng Purwanto