PWMU.CO– Perayaan Idul Adha tahun 2020 di Australia, Jumat (31/7/2020) tak seberapa meriah karena di masa pandemi covid-19. Masjid-masjid di Melbourne tak menggelar shalat Id lantaran masih tutup selama berlaku lockdown kedua. Shalat berlangsung di rumah masing-masing.
Idul Adha dirayakan dengan kumandang takbir menggema di langit Negeri Kanguru ini dan pembagian bingkisan oleh Komunitas Muslim Australia.
Perdana Menteri Scott Morrison juga mengucapkan selamat Idul Adha kepada komunitas muslim. Dia berterima kasih untuk pengertian dan upaya yang dilakukan pada masa-masa yang sulit ini.
Sejak pekan lalu, relawan dari Pillars of Guidance Community Centre (PCGG) di kawasan Doveton, sebelah tenggara Melbourne sudah menyiapkan bakti sosial kepada warga terdampak wabah corona. Pembagian bingkisan secara drive-thru di halaman Masjid al-Miraaj.
”Kita pikir daripada merayakannya di masjid, yang tentu saja tidak bisa dilakukan … kita memilih untuk membantu warga,” ujar Abdulah Hamimi, relawan dari PCGG.
Tahun ini, bingkisan Lebaran Idul Adha berisi makanan pokok, termasuk beras, minyak. Juga hand sanitizer, masker, permen dan mainan. Penerima bingkisan datang dengan mobil, relawan langsung memberikan melalui jendela atau membuka bagasi mobil. ”Mereka tidak keluar dari mobil, penerima bingkisan tidak boleh masuk masjid sama sekali,” kata Abdulah.
Momen Berkumpul Keluarga
Ia mengatakan sebanyak 150 keluarga telah mendaftar untuk mendapatkan bingkisan Idul Adha tahun ini, termasuk mereka yang tak mendapat tunjangan uang dari Pemerintah Australia.
”Orang-orang cerita … saya ibu tunggal, mengurus anak-anak, orang tua, dan tidak dapat dukungan pemerintah. Ini yang memotivasi kami untuk melakukannya,” kata Abdulah.
Abdulah mengatakan, masjid PCGG telah mendapat banyak sumbangan untuk mengisi bingkisan. Bahkan bukan hanya dari sesama komunitas muslim saja.
”Lebaran adalah saat dimana komunitas berkumpul dan ajang untuk berbagi, berbuat kebaikan, dan menyediakan kehangatan dan kenyamanan,” ujarnya. ”Id drive-through ini hanyalah cara baru, tanpa kehilangan makna Lebaran itu sendiri.”
Warga Melbourne, Kauthar Abdulalim, masih ingat masa kecilnya saat merayakan Idul Adha di rumah kakek-neneknya di Kenya. Di tanah kelahirannya ratusan orang mengantre untuk menerima daging kurban dan sumbangan.
Kini di Australia, ia dan keluarganya hanya mengundang kerabat dan teman pada malam sebelum hari Lebaran. Biasanya mereka memulai perayaan Idul Adha dengan menghias tangan menggunakan henna.
”Kami juga menyiapkan pakaian yang istimewa … Ibu memasak beberapa hidangan khusus yang ia buat hanya beberapa kali dalam setahun,” kata Kauthar.
”Sebagai migran, kami semua tidak memiliki keluarga besar di sini. Idul Adha adalah satu dari sedikit kesempatan di mana kami berkesempatan bertemu komunitas muslim lainnya.”
Makna Kurban di Rantau
Kebanyakan muslim di Australia, seperti Kauthar, perayaan Idul Adha lebih dari sekadar menyembelih kambing atau sapi.
Kauthar mengatakan kepada ABCNews, hewan yang dikorbankan hanyalah simbol dan sebenarnya pengorbanan memiliki makna yang lebih dalam, terutama selama masa lockdown ini.
”Cara terbesar untuk merayakan Idul Adha dan menunjukkan pengorbanan kita dengan menaati hukum, yaitu untuk tetap tinggal di rumah, mengenakan masker jika harus keluar untuk hal-hal yang benar-benar penting,” katanya.
”Mengorbankan waktu dengan komunitas terasa menyedihkan dan sulit, tetapi jelas kami melakukannya untuk kebaikan yang lebih besar bagi seluruh masyarakat Australia,” ujarnya.
Kauthar menambahkan banyak warga muslim yang bekerja di bidang penting, seperti kesehatan. Mereka tidak bisa mengambil cuti untuk menghabiskan Idul Adha dengan keluarga mereka di rumah.
”Mereka juga harus berkorban dan terus berada di luar sana memerangi pandemi ini dan melakukan apapun yang mereka bisa sesuai kapasitas mereka untuk membantu masyarakat Australia,” tuturnya.
Jenguk Tetanggamu
Sementara Dewan Islam Victoria (ICV) meminta komunitas muslim mematuhi nasihat kesehatan selama perayaan hari besar Islam.
”Kita perlu mematuhi saran dari tenaga medis profesional dan otoritas kesehatan kita,” kata Mohamed Mohideen, Presiden ICV.
“Nabi kita yang tercinta, Muhammad, berkata, jika kamu mendengar ada wabah di suatu negeri, jangan masuk dan jika kamu berada di dalamnya, jangan keluar dari sana. Intinya mengacu pada imbauan untuk mengurangi kontak fisik selama pandemic,” sambungnya.
Mohamed juga menekankan pentingnya menjaga persatuan komunitas selama pandemi, karena persatuan dan berbagi adalah bagian dari aspek mendasar saat ibadah haji.
Kita, sambung dia, harus bisa bersatu dan bekerja menuju tujuan bersama untuk membantu satu sama lain dan juga masyarakat Australia.
”Jangkau tetanggamu. Tidak peduli apa agama yang mereka peluk, teleponlah atau ajaklah berbincang melalui pagar. Lihat bagaimana keadaan mereka,” tandasnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto