PWMU.CO– KRT KH Muhammad Wardan Diponingrat. Nama ini kurang terkenal di kalangan orang Muhammadiyah. Padahal dia menjadi ketua Majelis Tarjih selama 22 tahun. Antara 1963-1985.
Dia juga banyak menulis buku. Antara lain Kitab Perait (Faraidh), Kitab Fekih Nikah-Talak-Rujuk (1953), Kitab Ilmu Tata Berunding, Kitab Risalah Maulid Nabi Muhammad saw, Kitab Umdatul Hisab, Kitab Hisab dan Falak, dan Kitab Hisab Urfi dan Hakiki.
KRT KH Muhammad Wardan yang mula pertama menggagas konsep hisab hakiki wujudul hilal yang sekarang makin mantap dipakai Muhammadiyah dalam penentuan kalender ritual Islam.
Paling menarik lagi kitab Risalah Maulid Nabi Muhammad saw yang ditulisnya. Syair kelahiran Nabi Muhammad ini dibacakan di acara Sekaten Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat hingga kini.
Risalah Maulid ini menggantikan syair maulid Barzanji, Diba’, Simthud Duror, dan Ghaiti. Juga rutin dibaca di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta seperti dikisahkan buku 100 Tokoh Muhammadiyah yang Mengispirasi.
Sayangnya karena warga Muhammadiyah tak ada tradisi kesenian membaca maulid, Risalah Maulid Wardan menjadi hilang dalam tradisi literasi di persyarikatan. Malah dibaca oleh orang-orang luar Muhammadiyah.
Bersaudara Semua Aktivis
Mohammad Wardan lahir di Kampung Kauman, 19 Mei 1911 M atau 20 Jumadil Ula 1329 H. Dia anak Hoof Penghulu Keraton KH Muhammad Kamaludiningrat alias KH Sangidu yang menjabat 1914-1940.
Saudara-saudaranya semua menjadi aktivis Muhammadiyah. Seperti Siti Umniyah, pendiri Nasyiatul Aisyiyah. Lalu Muhammad Darim, Muhammad Jannah, Muhammad Jundi, Burhanah dan War’iyah. Dia juga memiliki saudara lain ibu yaitu Djalaludin, Siti Salamah dan Siti Nafi’ah.
Muhammad Wardan belajar di Sekolah Keputran milik keraton. Lalu pindah sekolah di Pakualaman. Akhirnya masuk Standard School Muhammadiyah di Suronatan. Lulus tahun 1924, melanjutkan ke Kweekschool Muhammadiyah yang kemudian berubah menjadi Madrasah Muallimin Muhammadiyah. Lulus tahun 1930.
Dari sini lantas nyantri ke Pondok Pesantren Jamsaren, Surakarta. Selesai tahun 1934. Mendalami ilmu akidah, tafsir, hadis, fikih. Selama berada di pondok Muhamad Wardan sempat kursus bahasa Belanda di Nederland Verbond dan les privat Bahasa Inggris kepada guru Tionghoa asal Singapura. Seperti diceritakan Susiknan Azhari dalam Ensiklopedi Muhammadiyah.
Pondok Jamsaren memiliki ribuan santri dari berbagai penjuru Asia Tenggara. Diasuh oleh Kiai Idris yang juga mursyid Thariqah Naqsyabandiyah.
Nama-nama besar yang pernah nyantri kepada Kiai Idris adalah KHR Hadjid (Muhammadiyah), Kiai Mansyur (pendiri Ponpes Al-Mansyur Klaten), Kiai Dimyati (pendiri Ponpes Termas, Pacitan), Syeikh Ahmad al-Hadi (tokoh Islam di Bali), Kiai Arwani Amin (Kudus), Kiai Abdul Hadi Zahid (Ponpes Langitan).
Penulis Arsyad Arifi Editor Sugeng Purwanto