PWMU.CO– Mati, are you ready? Inilah berita kematian Agustus ini. Semuanya masuk media. Ada yang karena covid 19, ada juga sebab lainnya. Sabtu dua hari lalu Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifudin. Pada hari yang sama Bos Pasar Turi Henry J. Gunawan meninggal karena serangan jantung di rutan Medaeng.
Empat hari sebelumnya, Ananda Isman, adik Hayono Isman. Enam hari sebelumnya, dr Sulis Bayusentono, satu dari sepuluh dokter orthopedi sub spesialis anak yang dimiliki Indonesia.
Pada 10 Agustus lalu, Walikota Banjarbatu Nadjmi Adhani. Nadjmi malah meninggalkan pesan khusus kepada warganya agar benar-benar hati-hati menghadapi pandemi ini.
”Ini nyata adanya. Ulun dan istri berdasar hasil swab, terkonfirmasi covid 19. Kita harus melawannya dengan disiplin,” kata wali kota yang dikenal dekat dengan warganya ini.
Dari segi usia, terlihat beragam. Plt Bupati Nur meninggal pada usia 56 tahun. Pria asli Sidoarjo ini lahir pada 15 Oktober 1963. Henry Gunawan yang juga dikenal sebagai pengusaha properti Surabaya ini meninggal pada usia 66 tahun.
Ananda Isman lebih muda lagi. Meninggal umur 53 tahun. Sebelumnya, pada 3 Agustus lalu, dia sempat merayakan ulang tahunnya bersama kawan-kawannya di Batu. Sejak itu kesehatannya memburuk dan meninggal pada 18 Agustus lalu.
Yang meninggal paling muda di antara yang disebut di atas adalah dr Sulis. Dokter yang dikenal telaten menasihati bahaya covid ini wafat pada usia 43 tahun karena Covid.
Siapkan Bekal Mati
Covid semakin mengakrabkan telinga kita dengan berita kematian. Senyampang belum mendapat giliran, mari memperbanyak bekal jika sewaktu-waktu dipanggilNya.
”Sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepadaKu, hai orang-orang yang berakal (watazawwadu fainna khairaz zadit taqwa wattaquni ya ulil albab. Al Baqarah 197. Melaksanakan semua perintahnya, menjauhi larangannya. Itulah takwa.
Ada tiga bekal yang jika kita mati pahalanya masih terus mengalir. Yakni amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak-anak kita yang saleh-salehah.
Supaya kita tenang jika sewaktu-waktu dipanggil, maka mumpung waktunya masih ada, ada empat hal yang harus segera kita lakukan. Pertama, taubatan nasuha. Taubat yang benar-benar taubat. Tidak akan mengulangi segala kemaksiatan.
Kedua, istiqomah. Ibadah terus menerus. Ketiga, tidak lalai karena harta, wanita, dan tahta. Keempat bukan termasuk golongan orang yang bangkrut. Semua amal perbuatan baik kita seperti shalat, zakat, puasa dan lain-lain hilang gara-gara kita menyakiti termasuk mengasari orang lain dengan tangan kaki kita.
Mati, are you ready? Mari siapkan bekal terbaik. Semoga kita termasuk orang yang bijak mengambil hikmah di balik setiap musibah. Aamiin. (*)
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto