PWMU.CO– Kapten Barbarossa. Jika Anda penggemar film Pirates of the Caribbean pasti mengenal nama tokoh ini. Kapten Hector Barbarossa, sang Bajak Laut yang ditakuti di Lautan Karibia, menjadi musuh nomor satu pelaut Kerajaan Inggris.
Kisah ini juga pernah ditulis menjadi cerita anak-anak berseri Petualangan si Janggut Merah oleh Jean Michel Charlier dan Victor Hubinon. Barbarossa itu julukannya dari bahasa Latin. Artinya janggut merah. Sebab si Bajak Laut ini jenggot brewoknya berwarna merah.
Sosok Kapten Barbarossa sebenarnya mengambil dari kehidupan Khairuddin Barbarossa, Panglima Angkatan Laut Kesultanan Turki Utsmaniyah yang menguasai Laut Mediterania atau Laut Tengah. Dalam film dan cerita anak-anak latar belakang kejadiannya dipindah ke Karibia, Amerika.
Orang Barat menjulukinya sebagai bajak laut. Karena menjadi musuh besarnya yang sulit dikalahkan. Bagi orang Turki, dia adalah pahlawan yang menjaga dan membela wilayah kesultanan.
Orang Turki menyebutnya Hayrettin Pasha. Lahir dari ayah Turki dan ibu Yunani di Pulau Lesbos tahun 1483. Pulau di Laut Aegea pada masa itu masuk Kesultanan Turki. Dia meninggal tahun 1546 dimakamkan dalam kuburan segi delapan berkubah Beshiktash, di pinggiran kota Istanbul menghadap Laut Bosporus.
Patungnya berdiri perkasa di dekat makamnya. Dibangun empat ratus tahun setelah wafatnya. Berwajah kekar dan berjanggut lebat, berpakaian jubah panjang dan sorban besar yang dia kenakan sebagai laksamana agung Angkatan Laut Turki. Tangannya memegang pedang.
Penguasa Afrika Utara
Khairuddin bersama kakaknya, Aruj, di masa muda dikenal sebagai pelaut bersama anak buahnya yang pemberani. Beroperasi di laut Afrika Utara seperti Maroko, Aljazair, menyeberang ke Spanyol, Perancis, Italia, Yunani.
Pasukan dua bersaudara ini menghadang kapal-kapal Eropa yang melintasi Laut Tengah. Dalam setiap aksinya, mereka selalu menang sehingga ditakuti. Para pelaut memanggilnya Barbarosa Bersaudara. Karena keduanya berjanggut sama-sama merah.
Kenapa mereka menghadang kapal Eropa, ada cerita yang menjelaskan, sebagai balas dendam setelah kapal orangtuanya diserang oleh kapal John of Rhode di masa Perang Salib yang mengakibatkan keluarganya terbunuh. Sejak itu, Aruj dan Khairuddin bertualang di lautan membajak kapal Eropa.
Pasukan Barbarossa bermarkas di Aljazair. Tahun 1518, dalam pertempuran dengan orang Spanyol di Tilmisin, Aruj meninggal. Pemimpin berpindah kepada Khairuddin.
Kepopuleran Barbarossa sampai ke telinga Sultan Suleiman. Maka dia diundang ke Istanbul diangkat menjadi kapten pasha untuk membantu mengembangkan Angkatan Laut pada tahun 1533.
Buku tulisan Ernle Bradford berjudul The Sultan’s Admiral, menjelaskan, sejak menjadi perwira angkatan laut dia membangun kekuatan armadanya untuk menguasai pulau-pulau di daerah Italia, Yunani, Krimea.
Puncak karir Barbarossa terjadi pada 27 September 1538, ketika dia mengalahkan armada gabungan Venesia, Genoa, dan Vatikan pimpinan Laksamana Andrea Doria di Kepulauan Ionia di lepas pantai Preveza.
Kemenangan ini membuat Turki mengendalikan sepenuhnya Laut Mediterania selama tiga abad. Wilayah Turki meluas mulai sungai Danube hingga Sungai Nil. Dari Persia hingga ke Aljazair.
Di masa Kesultanan Andalusia jatuh ke Spanyol kemudian terjadi pengusiran dan pembunuhan terhadap orang muslim dan Yahudi, kapal-kapal Barbarossa banyak menyelamatkan para pengungsi dari kejaran tentara Spanyol.
Di Afrika Utara namanya amat populer. Begitu juga bagi penduduk Pulau Malta, Sisilia, dan pulau lainnya, Barbarossa sudah menjadi dongeng dengan banyak sebutan yang bertempur di laut melawan orang-orang Kristen.
Di Turki, kisahnya juga menjadi dongeng bagi anak-anak. Sama populernya dengan dongeng Robin Hood di Inggris. Peringatan kemenangannya di Preveza ditandai dengan upacara di makamnya.
Pujian Perancis
Di Perancis, Barbarossa juga terkenal saat menjalin kerja sama dua armada laut antara negara ini. Tapi Barbarossa suka meledek pelaut Perancis yang suka minuman keras. Olokannya yang populer adalah,”Tentara laut apa ini. Mengisi kapal dengan tong anggur dan lupa membawa bedak!”
Montluc, Duta Besar Prancis untuk Venesia, tahun 1544, jujur mengakuinya selama ekspedisi Turki-Perancis, perilaku pelaut Turki sangat disiplin. Administrasinya juga baik. Kekuatannya jauh lebih unggul daripada kekuatan Eropa mana pun.
”Mereka lebih kuat,” tulisnya, ”Lebih patuh, dan lebih banyak lagi bertahan dari kita. Mereka memiliki satu keuntungan besar, yaitu tidak berpikir apa-apa kecuali perang.”
Dia melaporkan, pelaut Turki sangat profesional. Seperti ditunjukkan dalam pengepungan Nice. Strategi dan penempatan artilerinya efisien mengepung kota sehingga membuat kota itu jatuh begitu cepat. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto