Guru Dipaksa Jadi Youtuber, kolom ditulis oleh Firdaus Nuzula, Guru SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School).
PWMU.CO – Tahun 2020 menjadi salah satu tonggak penting dunia pendidikan. Pandemi Covid-19 memaksa kita berubah lebih cepat dari yang diperkirakan.
Penggunaan teknologi informasi (TI) yang selama ini masih menjadi bayangan masa depan, tiba-tiba harus ditarik ke belakang. Meskipun beberapa sekolah sudah ramah IT, tetapi secara umum sekolah kita terpaksa mempercepat penggunaan berbagai aplikasi TI untuk menjaga ‘kelangsungan hidup’ kegiatan belajar mengajar (KBM).
Ini semua karena Covid-19 mengharuskan PJJ—pendidikan atau pembelajaran jarak jauh secara online alias daring (dalam jangan). KMB tak bisa dilakukan secara konvensional dengan tatap muka sebab membahayakan keselamatan guru dan siswa.
Maka berbagai tantangan harus dihadapi. Seperti penguasaan IT, kuota internet, fasilitas penunjang pembelajaran berupa alat elektronik, dan lain sebagainya.
Siswa, orangtua, guru, dan masyarakat pun dituntut bekerja sama lebih erat. Bahu-membahu dalam menciptakan KBM efektif di dalam PJJ.
Peran Orangtua
Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan bangsa. Menurut Prof Muhadjir Effendy, pendidikan hendaknya tidak hanya tentang angka di rapor sekolah. Pendidikan tidak boleh terfokus pada pelajaran di sekolah saja. Pendidikan harus juga mengasah budi pekerti dan budaya.
Harapan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan itu mendapatkan momentum saat ini. Pandemi Covid-19 memberi dampak positif agar anak lebih dekat dengan orangtua.
Begitu pula orangtua akan mengetahui secara langsung bagaimana kondisi belajar anak di rumah. Mereka kini turut hadir dalam proses KBM anaknya.
Masa pandemi ini guru lebih bertindak sebagai fasilitator, sedangkan orangtua menjadi tutor di rumah. Inilah kesempatan orangtua untuk mengetahui kebiasaan yang dilakukan siswa, eh …anaknya, di rumah. Pembentukan karakter akan terjadi dengan sentuhan orangtua.
Orangtua adalah faktor utama dalam pembentukan sumber daya manusia. Dimulai dari sentuhan tangan seorang ibu; lalu ketegasan sang ayah, akan melahirkan generasi emas yang siap menghadapi tantangan zaman.
Contoh perbuatan baik orangtua akan membawa implikasi nyata bagi seorang anak. Mereka akan lebih melihat apa yang dilakukan orangtuanya. Dilengkapi dengan pendidikan agama dasar akan menjadi fondasi kuat bagi anak-anak.
Kuatnya Guru, Kuatnya Pendidikan
Kini PJJ daring sudah berlangsung enam bulan. Tentu bukan waktu yang pendek. Dan melihat situasinya, PJJ tampaknya masih akan berlangsung lama.
Ini mengharuskan guru agar terus meng-upgrade diri agar tidak berhenti menciptakan inovasi-inovasi baru dalam KBM. Guru juga harus hadir dalam perkembangan diri siswa. Sebab, bagaimanapun kondisinya, guru wajib memberikan pelayanan yang terbaik.
Guru adalah komponen penting dalam mencetak sumber daya manusia yang tangguh. Jika para guru lemah dalam berpikir dan bertindak, bisa dibayangkan bagaimana nasib anak-anak kelak.
Maka, kuatnya guru sangat berdampak pada kuatnya pendidikan. Di kala pandemi mempengaruhi semua aspek, guru harus tetap hadir memberikan solusi untuk masa depan pendidikan.
Kreativitas Guru
Jika biasanya guru ‘hanya’ merancang suasana dan pola belajar yang menyenangkan di dalam kelas, kini beralih untuk menyiapkan ide-ide kreatif dalam penyampaian materi secara virtual.
Guru harus memiliki kreativitas tinggi sebagai gerbang transfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Inilah tantangan yang dihadapi guru.
Maka guru haru terus belajar dan mengembangkan diri dan memiliki kemauan kuat untuk terus berinovasi dan berkarya. Dalam kondisi apapun, guru senantiasa terus belajar danberfikir kritis untuk menciptakan berbagai perangkat media yang menyenangkan.
Guru harus memiliki inovasi pembelajaran daring yang dirancang terbuka, saling berbagi, terhubung atau berjejaring satu sama lain.
Prinsip ini menandai dimulainya demokratisasi pengetahuan yang menciptakan peluang bagi setiap orang untuk memanfaatkan teknologi secara produktif.
Sebab saat ini ruang kelas mengalami evolusi ke arah pola pembelajaran digital yang menciptakan pembelajaran lebih kreatif, partisipatif, beragam, dan menyeluruh.
Sebagai guru, kami sadar peran penting dalam kontekstualisasi informasi. Itu tugas kami. Dan peran guru kini berubah. Dari semula menjadi pemberi pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, motivator, dan inspirator.
Juga sebagai pengembang imajinasi, kreativitas, nilai-nilai karakter, team work, dan empati sosial karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh mesin teknologi digital.
Jadi Youtuber
Perubahan mindset guru dalam menghadapi tantangan pandemi Covid-19 ini menjadi langkah strategis. Guru dituntut beradaptasi dengan TI secara cepat.
Salah satunya guru kini harus menjadi kreator konten YouTube. Padahal menjadi Youtuber dadakan adalah sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Kini para guru harus menyiapkan materi pembelajaran, membikin konsep video kreatif, mempelajari beragam program editing video. Melakukan rekaman video, menambahkan animasi menarik, dan membuat thumbnail untuk konten video yang akan di-upload di channel YouTube sekolah.
Semua itu telah membuat kami paham, bahwa di masa kini guru harus cepat untuk beradaptasi dengan dunia TI. Bahkan, jika sebelumnya membuat video biasa dilakukan 5-7 hari, kini harus dilakukan 1-2 hari saja.
D sekolah kami, video yang telah selesai akan diverifikasi dan divalidasi oleh tim pengembangan pendidikan kemudian baru di-upload di channel YouTube sekolah.
Guru di Depan Kamera
Membuat konten video, guru dituntut percaya diri tampil di depan kamera. Guru memang harus percaya diri, tapi untuk take action di depan kamera adalah sesuatu yang baru. Karena itu pengambilan gambar harus diulang-ulang.
Kami harus menggunakan tongkat berkaki tiga alias tripot untuk menghasilkan gambar yang tidak blur atau ‘goyang’ agar eye catching.
Guru yang semula menyapa dan menasihati siswa secara langsung di sekolah, kini hanya bisa dilakukan melalui layar kamera smartphone atau laptop.
Namun pandemi ini menjadi solusi yang cepat dan tepat agar mutu pendidikan kita dapat menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan teknologi di era 4.0.
Beragam media virtual menjadi fasilitas penunjang KBM. Seperti Zoom Clouds Meeting, Google Quiz, Google Form, website, YouTube, Instagram, dan WhatsApp.
Semua itu membuat guru tak perlu lagi ceramah panjang lebar, yang kadang ditinggal tidur oleh siswa. Peserta didik pun kini tak perlu mencatat apa yag ada di papan tulis.
Zaman sudah berubah, maka cara mendidik pun perlu disesuaikan dengan era dan zamannya. Kini sumber-sumber belajar tersedia cukup banyak dan hanya perlu segengam alat untuk mengkasesnya.
Renungan untuk Guru
Tapi harap dicatat, kalau sekadar mencari pengetahuan, internet telah menyajikan segala informasi. Siswa akan sangat mudah mengakses informasi tersebut melalui gawai cerdas mereka masing-masing.
Namun, bukan itu yang menjadi titik utamanya. Ada peran guru yang sesungguhnya tidak bisa digantikan dangan teknologi. Karena guru bukan sekadar sumber ilmu pengetahuan, melainkan sebagai teladan yang mentransfer adab dan tata nilai.
Keberadaan fisik seorang guru tetap dibutuhkan oleh siswa dalam proses KBM. Karena fungsinya tidak hanya menyampaikan materi atau transfer ilmu. Guru juga berugas menanamkan karakter dan mengajarkan bagaimana memaknai hidup dengan lebih baik.
Karena itu sebenarnya pendidikan ideal ke depan, adalah hasil formulasi antara KBM tatap muka dengan daring. Jika selama ini masih full daring, itu karena situasinya masih darurat. Masih berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan jiwa guru dan anak.
Dalam kehadiran fisik itu, guru menanamkan—terutama dengan teladan—aspek-aspek tanggung jawab, kedisiplinan, rasa empati kepada orang lain, jujur, kerja keras, saling menghormati, mencintai sesama manusia, kesederhanaan, keikhlasan, dan lain-lain
Hal-hal itu tidak selalu bisa dilakukan dengan gawai yang smart (cerdas) sekalipun. Sebab perlu keteladanan dan pembiasaan secara langsung.
Semoga pandemi ini segera berlalu! (*)
Guru Dipaksa Jadi Youtuber; Editor Mohammad Nurfatoni