PWMU.CO – Hasil Tanwir III Nasyiatul Aisyiyah (NA) menyatakan Muktamar NA Ke-XIV akan dilaksanakan Tahun 2022.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) Diyah Puspitarini MPd pada Pembukaan Tanwir III PPNA yang berlangsung via Zoom, Ahad (6/8/2020)
Diyah mengatakan, pengunduran Muktamar NA Ke-XIV ini dikarenakan masih belum meredanya Covid-19 di Indonesia.
“Hingga hari ini kasusnya belum mereda bahkan mengindikasikan virus ini bermutasi dengan kondisi,” terangnya.
Di Indonesia saja, lanjut Diyah, menyentuh hampir 190 ribu kasus positif dengan kasus kematian yang sangat tinggi.
“Ada 105 dokter, 70 perawat, 8 dokter gigi, 15 bidan, 1 asisten apoteker, 1 ahli teknologi laboratorium dan 1 pekerja kesehatan yang gugur,” terangnya.
Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) itu menegaskan, gugurnya tenaga kesehatan (nakes) sebagai garda terdepan dalam menghadapi Covid-19 tentu tidak bisa diremehkan dan dianggap enteng.
“NA sebagai organisasi perempuan muda berkemajuan melihat musibah ini sebagai sarana pengingat dan penggerak agar tidak hanya berpangku tangan tapi melakukan upaya untuk saling tolong menolong,” tandasnya.
Sebelumnya atas nama PPNA Diyah mengajak peserta tanwir untuk menundukkan kepala dan mendoakan para pahlawan Covid-19 tersebut.
Berharap Covid Melandai dan Berakhir
Berkaitan dengan pengunduran Muktamar NA Ke-XIV Diyah menuturkan hal itu sebelumnya diplenokan saat darurat Covid-19 belum terjadi.
“Pada Bulan Maret 2020 kita melakukan pleno dan seharusnya Muktamar NA yang berlangsung November 2020 diundur menjadi Maret 2021,” katanya.
Menurutnya pengunduran ini memiliki harapan agar Covid-19 melandai dan berakhir.
“Namun sampai saat ini belum ada penurunan, dan pada bulan Juli 2020 PPNA melakukan pleno kembali dengan melibatkan MCCC dan atas berbagai pertimbangan maka diputuskan Muktamar untuk diundur sampai 2022,” katanya.
Selain membahas penundaan Muktamar, hasil tanwir ini juga akan dibahas metode serta pelaksanaan Muktamar secara rinci.
“Penundaan muktamar ini tentu akan berdampak pada tata aturan organisasi dan periodesasi, dan akan berpengaruh terhadap permusyawaratan dari tingkat wilayah hingga ranting,” urainya.
Kepala SMP Muhammadiyah 2 Depok itu mengajak kader NA untuk menyadari bahwa Muktamar, Musywil, Musyda, Musycab hingga Musyran bukan sekedar momentum pergantian ketua umum.
“Namun ada nilai kesatuan, kesamaan langkah, pengorbanan, regenerasi dan syiar Nasyiatul Aisyiyah,” ucapnya.
Dia menekankan, pada masa pandemi ini rasanya juga tidak tepat melakukan pergantian di tengah keterbatasan.
“Tentunya tidak elok jika hanya mementingkan egoisme diri sendiri. Ada baiknya kita isi sisa waktu ini untuk merapikan pekerjaan yang belum selesai, menyatukan langkah kembali, menambah ladang pahala serta karya nyata NA untuk lingkungan sekitar dan bangsa,” tandasnya. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni