Penyebab Terhalang Masuk Surga ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Empat Bulan Haram ini berangkat dari hadits riwayat Muslim:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ. رواه مسلم
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan.”
Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya laki-laki menyukai apabila baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya Allah itu bagus menyukai yang bagus, kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
Faktor Sombong
Penyebab terhalang masuk surga dalam hadits di atas adalah sifat kibr. Yakni kata seakar dengan takabbur atau ujub. Kibr bermakna sombong atau merasa diri hebat dari yang lain.
Hadits di atas merupakan hujjah (alasan) diharamkannya sifat kibr. Maka semua mukmin wajib waspada dan berhati-hati. Waspadai hati dan pikiran diri sendiri agar jangan sampai terjebak pada penyakit hati ini. Karena menjadi penghalang seseorang untuk masuk surga.
Kibr sebagaimana yang didefinisikan dalam hadits di atas adalah batharul haq wa ghamtunnaas. Yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.
Menolak kebenaran berarti tahu kebenaran tetapi tidak mau menerimnya sebagai kebenaran. Padahal semua kebenaran itu hakikatnya adalah dari Allah SWT
Menolak Kebenaran
Ada beberapa faktor sehingga seseorang itu menolak kebenaran. Di antaranya gengsi karena merasa lebih baik, lebih tua, lebih senior dan seterusnya. Seperti Iblis laknatullah.
Iblis tahu risiko yang akan diderita ketika menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam, tetapi faktor gengsi itu menjadikan akalnya kalah dengan nafsunya. Nafsu yang sudah naik ke ubun-ubun akal sehat sudah tidak berfungsi lagi. Sehingga risiko tidak lagi menjadi pertimbangan.
Senada dengan iblis adalah Firaun, Namrudz, Abu Jahal, dan Abu Lahab. Mereka lebih menurutkan nafsunya ketimbang akal sehatnya. Maka pilihan bagi mereka jelas yaitu menolak kebenaran, sekalipun mereka sebenarnya mengetahui kebenaran itu.
Meremehkan Manusia
Berikutnya yang termasuk kibr atau sombong itu adalah suka meremehkan orang lain. Hal ini juga disebabkan karena merasa memiliki kelebihan dari orang lain. Padahal semua kelebihan itu merupakan bentuk ujian dari Allah.
Kelebihan merupakan ujian yang dianugerahkan kepada seseorang oleh Allah. Kelebihan bukanlah merupajan wujud kemuliaan seseorang di sisi Tuhan-nya.
Seorang munafik sekalipun telah mendapatkan anugerah kalimat tauhid, tetapi hal itu hanya sampai di lisannya. Tidak sampai ke hatinya. Iblis yang diberikan anugerah sehingga sejajar dengan malaikat menjadikan ia merasa hebat dari lainnya.
Seorang Bal’am bin ba’ura’ yang diberikan anugerah al asmaaul a’dham sehingga doa-doanya selalu di-ijabah, ternyata di akhir hayatnya su’ul khatimah.
Jadi anugerah bukanlah otomatis kemuliaan diri seseorang di sisi Tuhannya, akan tetapi semua itu amanah yang tidak perlu kemudian disomobongkan. Justru sifat sombong itu tidak pantas dikenakan oleh seorangpun karena pada akhirnya akan dihinakan oleh Allah SWT.
Allah Maha Indah
Bagi seorang mukmin dianjurkan untuk selalu tampil rapi dan bersih, hal ini bukanlah dalam kerangka kesombongan. Mengenakan baju atau sepatu yang bagus merupakan hal yang dianjurkan. Akan tetapi kita selalu diingatkan bahwa hal itu bukan dalam rangka kesombongan, melainkan menjalankan perintah agama untuk menjaga penampilan yang baik. Sekaligus dalam hal ini diharapkan agar seorang mukmin tidak kelihatan kumuh dan kotor.
Menjaga keindahan diri dan keindahan akhlak merupakan wujud dari nilai keimanan. Sebagaimana dalam doa Rasulullah SAW:
عَنِ عائشة قالت: ” كَانَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: اللهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي ، فَأَحْسِنْ خُلُقِي
Dari ibunda Aisyah beliau berkata, Rasulullah SAW berdoa: “Ya Allah, Engkau telah membaguskan aku (dalam penciptaan), maka baguskanlah akhlalku”. (HR al-Baihaqi).
Doa di atas banyak yang menganggap sebagai doa ketika bercermin, akan tetapi tidaklah demikian sebagaimana dalam beberapa sumber. Sehingga dibaca tidak hanya sebatas ketika bercermin saja.
Doa mohon dibaguskan akhlal merupakan permohonan agar dijauhkan dari sifat-sifat yang tercela, termasuk yang paling berbahaya adalah sifat kibr di atas.
Prestasi apapun bagi seorang hamba, termasuk ibadah tidaklah berhak kita menyombongkannya. Karena prestasi itu dapat kita raih karena kasih sayang Allah kepada kita yang seharusnya kita syukuri dengan benar.
Tidak perlu ada kesombongan karena pada hakeikatnya hal itu bukan prestasi pribadi karena kehebatan diri. Bersyukur dalam hal ini berarti terus memohon pertolongan agar selalu diberi ma’unah agar dapat istikamah dalam menjalankannya. Itulah bersyukur karena mampu bersyukur, bahagia di atas bahagai.
Semoga Allah SWT membimbing kita agar terhindar dari penyakit-penyakit hati. Lebih-lebih penyakit hati yang dapat menjadi penghalang masuk surga yaitu kibr. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Penyebab Terhalang Masuk Surga ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 2 Tahun ke-XXV, 4 September 2020/23 Muharam 1442 H.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.