PWMU.CO– Malik Fadjar dan Nadjikh merupakan contoh orang Muhammadiyah yang mampu menjinakkan dunia. Keduanya juga berani berpikir di luar kotak sehingga mencapai sukses luar biasa.
Hal itu disampaikan Buya Syafii Ma’arif dalam acara bedah buku Mohammad Nadjikh Penggerak Saudagar Muhammadiyah secara online di Kantor PWM Jatim, Jumat (11/9/2020).
”Dulu UMM itu kampusnya kecil dengan 400 mahasiswa, tapi Pak Malik Fadjar bisa mengubah menjadi kampus besar dengan puluhan ribu mahasiswa,” katanya.
”Begitu juga dengan Mohammad Nadjikh yang berani berpikir di luar kotak, menyimpang dari umumnya sehingga menjadi pengusaha luar biasa,” tambah mantan ketua umum PP Muhammadiyah ini.
Dia berpendapat, Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah semakin maju ketika dipimpin Mohammad Nadjikh. Karena, pengusaha perikanan ini tidak hanya menanamkan teori, tapi langsung praktik untuk membangun saudagar Muhammadiyah.
Tampaknya dia menyesal tidak mengenal dekat dengan Nadjikh sejak lama. ”Sayangnya saya benar-benar tahu siapa beliau, baru akhir-akhir. Dan beliau itu orang hebat,” tuturnya.
”Bayangkan saja, ada 395 nelayan yang ikut beliau. Inilah kenapa, saya berpesan agar sosok Pak Nadjikh ini disebut berulang-ulang. Dikenalkan kepada anak-anak kita. Soal perjuangannya. Dari anak biasa menjadi pengusaha yang luar biasa,” tandasnya.
Buya Syafi’i merasa sebagai orang Minang yang salah jalan. Mestinya jadi saudagar seperti orang Minang lainnya tapi memilih sebagai pegawai negeri.
Kecil tapi Kreatif
Dia salut dengan Muhammadiyah Jawa Timur yang jumlahnya kecil tapi orangnya kreatif. Dulu Kantor PWM Jatim itu kecil lalu pindah punya kantor sendiri dan sekarang kantornya menjadi besar dengan banyak kegiatan.
Selanjutnya dia mengatakan, Islam itu agama pro orang miskin tapi pada saat yang sama juga anti kemiskinan. Artinya, kemiskinan itu harus dihilangkan. ”Dalam ayat Quran tidak ada perintah terima zakat tapi perintah membayar zakat,” tuturnya.
Lalu dia menyebutkan , ada pengritik Muhammadiyah mengatakan, Muhammadiyah berhasil mengisi hati manusia dengan iman, mengisi otak dengan ilmu pengetahuan tapi Muhammadiyah belum berhasil mengisi perut manusia.
Dengan contoh keberhasilan M Nadjikh menjadi pengusaha sukses, Buya Syafi’I menyerukan, kader Muhammadiyah dididik menjadi saudagar. Meskipun tidak diajari sedari kecil tapi bisa dilatih mulai sekarang agar berani berbisnis.
”Dulu ada peribahasa berbunyi berani karena benar, takut karena salah. Sekarang harus diubah berani itu benar, takut itu salah. Pak Nadjikh sudah memberi contoh keberaniannya berbisnis hingga menjadi saudagar sukses,” tandasnya.
Salah satu contoh keberanian Nadjikh dalam bisnis dituturkan oleh Novi Saputra dari PT Kelola Mina Laut. ”Untuk ekspansi Pak Nadjikh tidak gunakan matematika. Tidak perlu hitung-hitungan dulu. Tapi untuk manajemen perusahaan baru hitung-hitungan matematika dipakai,” ujarnya.
Misalnya, saat mau produk pentol bakso langsung impor bakso dari Taiwan satu kontainer. Baru setelah barangnya datang dihitung bagaimana cara menjualnya, habisnya sampai kapan. (*)
Penulis Miftahul Ilmi Editor Sugeng Purwanto