Indonesia Kehilangan Ahli Kimia Religius. Dia adalah ahli kristalografi Prof Drs Effendy MPd PhD, Dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang (UM).
PWMU.CO – Rasa duka mendalam dirasakan seluruh keluarga besar Jurusan Kimia FMIPA UM saat menerima berita wafatnya ahli kristalografi Prof Drs Effendy MPd PhD, Kamis (10/9/20).
Pria kelahiran 29 Sepember 1956 itu pernah memperoleh Habibie Award pada tahun 2012 setelah 22 tahun penelitiannya dalam sintesis dan penentuan struktur senyawa koordinasi dengan menggunakan metode difraksi sinar X.
Saat itu, Prof Effendy menemukan 730 senyawa koordinasi baru dari garam-garam tembaga, perak, dan logam-logam alkali dengan ligan-ligan dari unsur golongan 15. Inovasinya bisa bermanfaat untuk pengembangan bidang medis, pangan, dan bioteknologi.
Sederhana dan Taat Ibadah
Dr Muntholib MSi, mahasiswa dan kolega Prof Effendy sesama dosen kimia di UM, mengungkapkan kesannya, “Dalam kehidupan sehari-hari, Prof Effendy rahimahullah merupakan orang yang langka. Sebagai guru besar, penulis buku, dan pemilik rumah belanja swalayan, beliau merupakan orang yang sangat sederhana dan religius,” ungkapnya, Ahad (13/9/2020).
Muntholib menceritakan bagaimana keseharian almarhum. “Ke kampus naik angkot. Hanya sesekali diantar ke kampus naik mobil oleh istrinya,” ujarnya.
Secara istikamah, lanjutnya, beliau melakukan puasa Daud—sehari berpuasa sehari berbuka. “Beliau menjaga shalat rawatib (lima waktu) di masjid. Tidak jarang, sebelum pulang beliau menunggu shalat Maghrib di masjid supaya tidak tertinggal shalat berjamaah,” tambahnya.
Sambil meneteskan air mata, Muntholib menambahkan, “Kedermawanan beliau tidak perlu diragukan. Suatu hari, ketika beliau mendengar dosennya dirawat di rumah sakit, beliau menanyakan biaya perawatan dan nomor rekening yang bersangkutan kemudian mentransfer sejumlah biaya yang diperlukan. Masyaallah.”
Muntholib menjelaskan motto hidup Prof Effendy: hidup itu singkat maka harus digunakan secara optimal untuk beramal dengan penuh keikhlasan. “Semoga kita bisa mewarisi kemuliaan Prof Effendy rahimahullah. Amin ya rabbal ‘alamiin,” doanya.
Publikasikan 800 Karya
Muntholib mengatakan, Prof Effendy adalah motivator bagi dirinya. “Saya menempatkan beliau sebagai harapan dan motivator. Prestasi beliau yang gemilang di bidang akademik menjadi harapan bagi saya,” ujarnya.
Tentu saja, sambungnya, saya berharap mendapatkan bimbingan dan inspirasi dari beliau bagaimana kita menjadi orang yang hebat tetapi rendah hati dan memikirkan orang lain.
“Beliau orang yang gigih membela idealisme pendidikan. Bagi beliau, lulusan program sarjana adalah orang yang memiliki kualifikasi sarjana, orang yang memiliki kompetensi dan kapabilitas sarjana. Tidak ada istilah sarjana di atas kertas dalam kehidupan beliau,” ungkapnya.
Muntholib menyaksikan jika Prof Effendy merupakan peneliti dan penulis yang handal. “Penelitian beliau dan kawan-kawannya menghasilkan ribuan senyawa baru,” terang dia.
Sekitar 800 di antaranya telah dipublikasikan di jurnal bereputasi dunia. “Masih banyak senyawa baru yang beliau temukan yang belum dipublikasikan,” ujarnya.
Temuan dan publikasi ini telah menempatkan Prof Effendy sebagai salah satu dari 2000 ilmuwan terkemuka dunia dan pemenang The Habibie Award tahun 2012.
Muntholib menambahkan, “Sejak kira-kira tahun 2006, beliau fokus menulis buku-buku kimia baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Baik untuk sesama ahli kimia, perguruan tinggi, maupun untuk SMA.”
Bahkan ketika fokus karya akademik Prof Effendy mengalami pergeseran dari publikasi ilmiah ke textbook (buku teks), pada tahun 2020 ini dia masih berada di posisi 34 peneliti terbaik Indonesia.
Effendy-Effendy Baru
Menurut Muntholib para dosen UM sangat bangga dan cinta kepada Prof Effendy. “Saya memohon kepada Allah agar menjadikan kami sebagai penerus kelurusan beliau di bidang akademik, baik di bidang penelitian, publikasi, maupun penulisan buku,” uturnya.
Dan Muntholib bersyukur, di balik duka ini karena Allah telah menyiapkan “Effendy-Effendy’ baru bagi UM. “Meskipun belum sekelas Prof Effendy rahimahullah, tetapi di UM telah lahir para peneliti muda yang cemerlang,” ujarnya.
Di bidang sains, misalnya, ada Dr Achmad Taufiq yang saat ini berapa di peringkat 68 peneliti terbaik Indonesia. Juga Prof Markus Diantoro, Nandang Mufti PhD, Dr Sunaryono, Dr Sc A Ricky Wijaya, Dr Sc Husni W Wijaya, Nani Farida PhD, dan Dr Eng Eli Hendrik Sanjaya.
Di bidang pendidikan ada Prof Sutopo dan Prof Sri Rahayu yang sudah berulang kali diundang di berbagai seminar internasional di dalam dan di luar negeri sebagai keynote speaker.
Duka Alumnus
Sementara alumni kimia murni angkatan pertama, Nazlah Hasni SSi, mengaku sangat berduka atas wafatnya Prof Effendy.
“Kabar duka datang dari teman-teman kampus. Notifikasi grup kampus ramai, saya buka ternyata Prof Effendy berpulang. Kapan hari kabar sakitnya beliau juga sudah kami terima, tapi tetap saja berita sedih ini mengagetkan,” ucap Asni, panggilannya.
Menurut AsniProf Effendy adalah dosen legenda di Jurusan Kimia UM. “Beliau termasuk profesor langka di Indonesia bahkan mungkin di dunia,” ujarnya.
Prof Effendy konsisten melakukan penelitian di bidang kimia anorganik, khususnya kristalografi. “Sudah beberapa buku tentang kimia anorganik yang beliau terbitkan. Semuanya ilmiah dan berdasar penelitian,” ujarnya.
Buku yang teori VSPER itu, samung dia, ditulis dalam kurun waktu dua puluh tahun. Belum lagi, artikel yang diterbitkan di berbagai jurnal kaliber internasional maupun nasional.
Naik Angkot ke Kampus
“Salah satu prinsip beliau yang saya ingat sampai sekarang adalah burn your fat, not the oil. Prinsip inilah saat itu selalu beliau lakukan. Beliau kalau berangkat dan pulang mengajar, selalu naik angkot. Setahu saya, beliau tak pernah membawa kendaraan pribadi,” cerita dia,
Padahal kalau mau, ujarnya, dengan penghasilannya, pastilah mudah untuk membeli kendaraan yang mewah sekali pun. “Tapi beliau tidak mau, lebih baik membakar fat (lemak) daripada minyak bumi yang semakin menipis dan menyebabkan polusi ini,” Jelas Asni.
Dia menelaskan, selain mengajar di UM, Prof Effendi juga mengajar dan aktif sebagai visiting researcher di sebuah kampus di Australia yaitu The University of Western Australia.
“Jadi dalam satu semester, setengah semester beliau akan stay di UM dan setengah semester berikutnya di Australia,” kata dia.
“Di sela-sela mengajar, beliau suka bercerita tentang pengalaman di Australia. Itu yang saya suka, cerita-ceritanya menjelma oase di tengah spanneng-nya memahami diktat Kimia Anorganik,” kenang Asni.
Wanita asal Sampang Madura ini berdoa Prof Effendy mendapat husnul khatimah dan apa yang telah dilakukan di bidang penelitian ilmu kimia tercatat sebagai amal jariyah.
“Semangat Bapak menulis juga menginspirasi saya. Meski beda maqam mboten menopo nggih Pak. Jenengan menulis ilmiah dan saya menulis fiksi,” tutur penulis beberapa buku cerita fiksi untuk anak-anak tersebut. (*)
Indonesia Kehilangan Ahli Kimia Religius; Penulis M Fadloli Aziz. Editor Mohammad Nurfatoni.