PWMU.CO – Kisah perkenalan Muhadjir Effendy dengan Malik Fadjar diungkapkan Menteri Kooordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Dr Muhadjir Effendy MAP.
Dia menyampaikan itu saat memberikan pengantar pada webinar Jejak Langkah, Pemikiran dan Karya Prof Abdul Malik Fadjar via Zoom, Ahad (13/9/2020)
Muhadjir Effendy merasa beruntung karena menjadi bagian dari perjalanan hidup almarhum Abdul Malik Fadjar.
“Terima kasih Kang Jana atas ide pertemuan ini. Pak Malik adalah seorang pembelajar yang selalu menghargai pikiran orang lain dan belajar kepada orang lain,” ujarnya.
Menurutnya Malik Fadjar itu meniti karir di HMI sampai tingkat badko, yakni Badko Jatim. Saat itu HMI sedang pada puncak-puncaknya setelah era awal orde baru.
“Kita tahu waktu itu menjadi badko sama dengan menjadi gubernur. Ketika turun ke daerah-daerah, itu yang namanya Komandan Korem, Kodim, dan Bupati pasti menyambut. Jadi itu era puncak kejayaan HMI,” ungkapnya.
RS Surya Medika Sumbawa
Di antara badko wilayah lain, sambungnya, Malik Fadjar termasuk yang paling tua. Karena sebelum kuliah beliau harus dibendung dulu menjadi guru di Sumbawa Barat.
“Di Sumbawa Barat beliau menjadi perintis dan tokoh yang dikenal sampai sekarang, terutama di kalangan Muhammadiyah. Selain mengajar beliau mendirikan Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Muhammadiyah,” jelasnya.
SMEP sekarang telah berubah menjadi rumah sakit. Malik Fadjar sengaja membangun di situ sebagai penanda ada tokoh yang merintis Muhammadiyah.
“Rumah sakitnya menjadi tipe D. Alhamdulillah berkembang dengan baik. Bahkan PT Newmont percaya kepada RS Surya Medika PKU Muhammadiyah Sumbawa yang dirintis Pak Malik dibanding rumah sakit daerah. Menjadi partner untuk melayani karyawan Newmont,” paparnya.
Kuliah di Malang karena Malik Fadjar
Waktu itu Ketua Umumnya Nurcholis Madjid atau akrab dipanggil Cak Nur. Karena itu hubungannya dengan Cak Nur sangat akrab.
“Banyak joke-joke yang muncul dari keakraban ini. Termasuk yang menjadi mak comblang antara Cak Nur dengan Mbak Omie Komariah itu Pak Malik,” ungkapnya.
Muhadjir mengenal Malik Fadjar sebelum di Malang. Jadi saat masih di Madiun. “Kakak pertama saya itu aktivis HMI. Jadi ketika Pak Malik jadi badko saya sudah tahu kehebatannya. Bahkan untuk memutuskan kuliah di Malang itu karena Pak Malik,” terangnya.
Saat itu Malik Fadjar menjadi Sekretaris IAIN Malang. Dan didemo mahasiswa terus untuk turun. Setiap minggu diberitakan di mingguan mahasiswa yang diasuh oleh Agil Ali.
“Tapi setiap mau turun Pak Malik ndak jadi turun. Besoknya ada berita Pak Malik turun besoknya tidak jadi lagi. Saya penasaran siapa orang ini. Terakhir ketua senatnya Zihaduddin menyatakan Malik Fadjar ini orang kuat. Dukungan dari Jakarta kuat sehingga tidak bisa diturunkan,” urainya.
Dari situlah Muhadjir memutuskan kuliah di Malang meski teman-temannya banyak yang di Jogja karena Madiun lebih dekat ke Jogja.
“Saya ingin tahu siapa sih sebenarnya orang ini. Itulah awal kenal dengan Pak Malik. Dan yang mendekatkan saya dengan Pak Malik itu Pak Imam Thalhah. Ketika itu saya rebutan Ketua Komisariat IAIN Malang, kemudian terdengar oleh Pak Malik. Kemudian Pak Malik tanya ke Pak Imam Thalhah siapa Muhadjir itu,” kisahnya.
“Saya dipanggil dan saya kira mau dimarahi sama Pak Malik. Karena waktu itu Pak Malik sangat menakutkan orangnya. Kereng sekali. Ternyata tidak dimarahi. Sudah kamu tidak usah jadi ketua. Kamu ikut saya saja. Sejak itu saya dekat dengan Pak Malik,” imbuhnya.
Ambil Mahasiswa Tahanan Tentara
Ketika kuliah tingkat dua IAIN, Muhadjir banyak dilibatkan oleh Malik Fadjar terutama untuk mengambil mahasiswa yang ditangkap oleh tentara waktu itu. Untuk mengambil di Kodim dan Korem.
“Waktu itu ada Ketua Dewan IKIP yang diambil oleh Pak Malik yakni Pak Mundzir yang juga tokoh HMI. Yang saya ingat betul ketika itu ditahan di Kodim. Pak Malik kompromi dengan Pak Suwandi mantan Gubernur Kaltim yang waktu itu menjabat Kasdim. Tawar menawar supaya jangan ditahan di Kodim. Pindah di Korem saja,” paparnya.
“Kalau di Kodim yang menangani kopral-kopral pasti bakal babak belur. Kalau di Korem aman karena tentaranya sudah tua-tua dan sudah sabar. Jadi sampai begitu Pak Malik kalau menangani,” tambahnya.
Muhadjir menyatakan dirinya menjadi suruhan saja. Untuk mengantar surat atau untuk menghubungi siapa-siapa. “Itu pengalaman yang menurut saya sangat berharga. Kemudian menjadi bagian dari perjalanan saya,” kenangnya.
Mitos Malik Fadjar Mantan RPKAD
Jadi sejak mahasiswa, lanjutnya, dan sejak Ketua Badko, Malik Fadjar wibawanya sudah luar biasa. Kalau kunjungan ke daerah misalkan di Madiun, namanya Komandan Korem dan Bupati menyambut luar biasa. Gubernur saja kalah sambutannya.
“Kan waktu itu ada mitos di HMI seputar Pak Malik. Bahkan ada yang memberitahu Pak Malik itu mantan RPKAD. Jadi HMI pun ada upaya untuk memitoskan Pak Malik dalam kehidupan sehari-hari di Malang. Karena waktu itu HMI butuh figur yang kuat untuk meyakinkan bahwa organisasi ini sangat perlu diperhitungkan,” terangnya.
“Kita tahu saat itu tarik menarik kekuatan organisasi ekstra sangat kuat dan kita butuh figur-figur yang bisa dijadikan role model oleh mahasiswa. Terutama saat kita rebutan mahasiswa baru,” jelasnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.