Kiprah Kokam: Dari G30S/PKI hingga Covid-19 ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan.
PWMU.CO – Kokam (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) dibentuk pada tanggal 1 Oktober 1965 di Universitas Muhammadiyah Jakarta atas inisiatif HS Prodjokusumo.
Kokam dibentuk dari sebuah kursus yang bertujuan meningkatkan mental dan daya juang keluarga besar Muhammadiyah dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi saat itu.
Salah satunya sebagai respon gerak cepat Muhammadiyah terhadap meletusnya Gerakan 30 September/PKI yang telah membunuh para jenderal Angkatan Darat TNI. Respon cepat Muhammadiyah ini sebagai wujud amar makruf nahi mungkar.
Selain dibentuk di tingkat pusat, Kokam juga dibentuk di Jawa Timur tanggal 1 Oktober 1965 dengan Komandan Fatchurrachman. Dia adalah salah satu tokoh Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur asal Malang—yang saat itu mengikuti pelatihan di Jakarta. Setelah itu Kokam didirikan tingkat daerah dan cabang.
Soal PKI ini Jawa Timur merupakan daerah rawan kedua setelah Jawa Tengah. Setelah Kokam dibentuk maka bersama angkatan muda Muhammadiyah (AMM) lainnya, mereka bergerak melawan PKI dengan bahu-membahu dengan TNI. Tidak sedikit umat Islam yang syahid dibunuh oleh PKI. Dan Kokam adalah salah satu targetnya.
Kokam Masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru kegiatan Kokam melengkapi keberadaan Pemuda Muhammadiyah. Di mana Pemuda Muhammadiyah berkegiatan, maka disitulah Kokam menunjukkan jati dirinya. Kokam banyak melakukan kegiatan diklat dan baris-berbaris.
Tidak ketinggalan, setiap event kegiatan Persyarikatan, Kokam tampil menjadi pengawal keamanan bersama AMM lainnya. Kantong pergerakan Kokam Jawa Timur pada saat itu ada di beberapa kota dan kabupaten. Seperti di Malang, Surabaya, Lamongan, Gresik, Ponorogo, dan Jember.
Pada 1 September 1996 diselenggarakan Tabligh Akbar di Stadion Tambaksari Surabaya. Seharian terjadi kemacetan di Surabaya karena seluruh warga Muhammadiyah Jawa Timur—bahkan ada yang berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta—memenuhi stadion.
Kehadiran Ketua (Umum) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr M. Amien Rais dalam acara itu mampu menjadi pemantik kebangkitan Kokam di Jawa Timur.
Kokam Masa Reformasi
Pada saat reformasi, Kokam lebih menggeliat lagi. Setelah beberapa aset Persyarikatan mengalami gangguan, imbas dari peristiwa politik nasional pelengseran Presiden Abdurrahman Wahid. Kokam berada di garda terdepan untuk menjaga aset Persyarikatan yang dalam posisi terancam.
Di Lamongan Kokam menjaga Rumah Sakit Muhammadiyah yang letaknya di Jalan Raya Gresik – Babat. Juga menjaga Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) yang berhadapan dengan gedung Golkar.
Di Surabaya Kokam menjaga Kantor Pimpinan Wlayah Muhammadiyah (PWM) dan beberapa amal usaha Muhammadiyah (AUM) termasuk perguruan tinggi dan sekolah Muhammadiyah. Juga di Sidoarjo, Malang, dan Jember
Sedangkan di daerah tapal kuda, selain menjaga aset Persyarikatan, Kokam pun menjaga para pimpinan Muhammadiyah dan keluarganya. Begitu juga dengan beberapa daerah lainnya.
Kokam Masa Covid-19
Pada masa pandemi Covid-19, Kokam juga turun tangan. Mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya protokol kesehatan Covid -19 untuk memutus mata rantai penularan.
Mereka memelopori patuh terhadap protokol kesehatan Covid-19. Juga mengedukasi masyarakat dengan membagi masker secara gratis.
Selain itu Kokam juga melakukan aksi nyata. Seperti penyemprotan desinfektan pada sarana publik dan pembagian sembako kepada warga miskin terdampak Covid-19.
Aksi nyata juga dilakukan untuk tugas kemanusian. Seperti tergabung dalam tim pemulasaran jenasah Covid-19 bersama rumah sakit Muhmmmadiyah dan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) setempat. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.