ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
Selasa, Maret 21, 2023
  • Login
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Benarkah Orang Komunis Tidak Bertuhan?

Kamis 24 September 2020 | 11:15
6 min read
1.7k
SHARES
5.3k
VIEWS
ADVERTISEMENT
Benarkah orang komunis tidak bertuhan? (Ilustrasi freepik.com)

PWMU.CO – Benarkah orang komunis tidak bertuhan? Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita mulai dari konsep materialisme tentang tuhan—yang di antaranya dianut oleh komunisme.

Menurut teori ini sesuatu yang di luar materi itu tidak ada. Karena Tuhan itu bukan materi dan secara empiris tidak bisa dibuktikan keberadaannya, maka Tuhan itu tidak ada.

Pandangan seperti ini, tentu, tidak bisa pertanggungjawabkan. Beberapa argumentasi ini mencoba mematahkannya. Pertama, tidak semua yang bukan materi tidak ada. Elektron misalnya, secara material tidak dapat dipahami, namun, melalui berbagai efeknya, elektron bisa diketahui secara lebih sempurna dari pada sepotong kayu.

Kedua, tidak logis jika Tuhan itu harus berupa materi, sebab materi itu sendiri adalah ciptaannya. Jika Tuhan harus berupa materi atau harus bisa dibuktikan secara material-empiris, maka “status” ketuhanannya patut dipertanyakan. Tuhan kok sama dengan ciptaan-Nya?

Ketiga, sebagai wujud ciptaan-Nya, manusia memiliki sejumlah keterbatasan, yang secara kategoris harus berbeda dengan penciptanya. Dalam keterbatasan-keterbutasan itulah manusia “terhijab” untuk bisa melihat “sosok” Tuhan.

Jadi, Tuhan itu tidak bisa dibuktikan secara empiris bukan karena Tuhan itu tidak ada, melainkan karena manusia memiliki dunia yang berbeda dengan dunia Tuhan. Atau dengan kata lain, keterbatasan-keterbatasan manusia-lah yang menyebabkan dia tidak mampu menjangkau Tuhan yang serba tak terbatas.

Tuhan yang Digambarkan

Tentu, kesalahan cara pandang tentang Tuhan tidak saja terjadi seperti yang terlihat dari cara pandang materialisme (orang ateis) seperti di atas. Kesalahan itu juga dapat terjadi pada ajaran atau orang lain.

Kesalahan itu terutama terjadi jika Tuhan ditempatkan dalam dimensi manusia (atau alam) yang serba terbatas, nisbi, atau relatif. Masuk dalam kategori ini adalah jika kita memiliki gambaran tentang Tuhan, yang kemudian kita anggap sebagai hakikat Tuhan itu sendiri.

Tuhan tidak mungkin bisa dibandingkan dengan apapun. Demikian juga, Tuhan tidak dapat diasosiasikan dengan apapun. Sebab Tuhan adalah Wujud Mutlak yang mengatasi dan jauh berbeda dengan persepsi manusia.

Sementara pada dasarnya pembandingan dan pengasosiasian itu selalu didasarkan pada pengalaman keseharian manusia: sesuatu yang pernah dilihat atau didengarnya.

Padahal sesuatu yang pernah dilihat dan didengar manusia tidak akan pernah keluar dari dimensi manusia—yang serba nisbi itu. Jadi, tidak mungkin Tuhan dibandingkan atau digambarkan dengan perbandingan atau gambaran yang serba terbatas.

Maka, setiap usaha penggambaran Tuhan akan selalu berakhir sia-sia karena pasti mengalami kegagalan dan kesalahan. Jika tetap dipaksakan, maka yang akan diketemukan adalah Tuhan palsu alias berhala.

Tuhan Palsu

Pemaksanaan “penggambaran” Tuhan—baik dalam bentuk visual atau sekadar khayal—inilah yang melahirkan persepsi tentang Tuhan yang berbeda-beda, lalu melahirkan tuhan-tuhan (palsu); dan kemudian (atau malah didahului) oleh kelahiran agama-agama (palsu).

Ada ajaran yang memahamkan Tuhan begitu rupa sehingga penyembahan kepadanya berada dalam nalar kemustahilan. Ini bisa kita lihat misalnya, pada konsep mitologi alam.

Alam, atau bagian alam, yang secara “desain” Tuhan diletakkan setingkat di bawah posisi manusia, justru diangkat oleh manusia pada derajat yang lebih tinggi, sebagai tuhan. Maka muncul Dewa Surya (tuhan matahari), Dewa Agni (tuhan api), Dewa Ganesha, atau Dewa Airlangga.

Lucunya, banyak di antaranya yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk pantung, dan kemudian disembah-sembah. Inilah yang pada hakikatnya disebut berhala.

Meminjam Nurcholish Madjid (Pintu Pintu Menuju Tuhan; 1996), setiap berhala adalah buatan diri kita sendiri yang menguasai dan membelenggu kebebasan asasi manusia sebagai makhluk tertinggi.

Maka penyembahan berhala adalah jenis alineasi, yaitu situasi ketika orang tidak lagi dapat menguasai buatan tangannya sendiri, atau ditundukkan oleh perbuatannya sendiri.

Konsep tentang Tuhan yang “hanya” mengikuti imajinasi kita sendiri adalah juga berhala, karena imajinasi atau khayal itupun adalah buatan kita sendiri, sesuai dengan keinginan kita sendiri.

Inilah yang dimaksudkan dalam al-Quran bahwa di antara manusia ada yang mengangkat keinginannya sendiri, pandangan subjektifnya sendiri sebagai Tuhannya.

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (aI-Furqan 43)

Di antara sikap keseharian dari orang yang mengangkat keinginanya sebagai Tuhan ialah pemenuhan segala keinginan bendawinya jauh di atas pemenuhan terhadap keinginan Tuhan.

Atau bahkan sikap-sikap pemutlakan pendapat sendiri dan anggapan bahwa diri sendiri adalah yang paling benar adalah bentuk pengangkatan keinginan sendiri sebagai Tuhan.

Oleh karena itu para nabi dan rasul diutus untuk membebaskan manusia dari segala berhala yang dapat membelenggunya, sembari menetapkan Allah sebagai Tuhan bagi kehidupannya. Yang terumuskan dalam deklarasi: Laa ilaha illallah.

Tuhan Orang Komunis

Kembali pada pertanyaan di atas: benarkah orang komunis tidak bertuhan? Tuhan (Ilah), meminjam Imaduddin’ Abdulrahim (Kuliah Tauhid, 1987), adalah “sagala sesuatu yang dipentingkan sehingga kita rela dikuasai atau didominasi“. 

Dengan “rumusan” seperti itu, maka bisa dipastikan jika tidak ada orang yang tidak bertuhan. Semua orang pasti bertuhan, karena dalam kehidupan seseorang pasti ada sesuatu yang mendominasinya, sehingga yang mendominasinya itu amat dipentingkan atau amat ditakuti, melebihi segala-galanya.

Karena itu menarik mengkaitkan dengan konsep syahadat tauhid dalam Islam: Laa ilaha illah allah. Tidak ada tuhan kecuali Allah. Atau dalam terjemahaan lainnya “Tidak ada tuhan (t kecil) kecuali Tuhan (T besar).

Artinya kalimat itu mengandung pengakuan bahwa selain Tuhan yang sebenarnya (Allah) ada tuhan-tuhan lain (palsu) yang dipertuhankan oleh manusia—termasuk oleh orang komunis. Karena itu tuhan-tuhan (palsu) itu harus ditiadakan (dinafikan) alias tidak dipertuhankan.

Maka, orang komunis, meskipun tidak percaya pada Tuhan, pada dasarnya dia bertuhan. Lantas, siapa tuhan orang komunis? Itu sangat tergantung pada apa atau siapa yang mendominasi kehidupannya. Bisa jadi tuhannya berupa ajarannya, pemimpinnya, atau dirinya sendiri.

Dalam bahasa Cak Nur–sapaan akrab Nurcholish Madjid–orang-orang komunis itu ternyata tidak berhasil benar-benar menjadi ateis. Kalau ateis diartikan tidak memercayai Tuhan dalam kategori agama-agama formal semacam Yahudi, Kristen, Budhisme, Konfusianisme, dan lain-lain, maka memang benar orang komunis itu ateis.

Tetapi kalau ateis berarti bebas dari setiap bentuk pemujaan, maka orang komunis adalah orang yang kelompok manusia pemuja yang paling fanatik dan tidak rasional.

Gejala pemujaan menurut Cak Nur ini misalnya bisa dilihat dari pemandangan harian di lapangan Merah Moskow. Deretan panjang orang antre untuk berziarah ke mousoleum Lenin, dengan sikap yang jelas-jelas bersifat “devotional” (pemujaan) seakan meminta berkah kepada sang pemimpin yang jenazahnya terbaring di balik kaca tebal itu.

Memang, pemimpin-pemimpin besar komunis pernah “dipertuhankan” pengikutnya: Stalin di Uni Sovyet (kini, Rusia), Mao Ze Dong (Mao Tse Tung) di RRC, Kim Il Sung di Korea Utara. Mereka memang tidak mengakui pemimpin-pemimpin itu sebagai “tuhan-tuhan”, tetapi sikap mereka jelas menunjukkan”prosesi” penuhanan.

Fenomena orang bertuhan yang mengaku tidak bertuhan seperti pengikut komunisme ini dapat kita telaah misalnya lewat penuturan aI-Quran surat aI-Jatsiyah 23, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya”. Oleh karena itu di dalam al-Quran tidak dikenal istilah ateis, sekalipun dalam bahasa Arabnya.

Dengan demikian, dalam pandangan Islam kesalahan penuhanan (tuhan palsu) yang dilakukan oleh orang komunis tidak jauh berbeda dengan kesalahan penuhanan yang dilakukan oleh pengikut ajaran lain.

Yang mungkin membedakuinya hanyalah bahwa orang komunis menyembunyikan konsep ketuhanannya yang salah itu dengan mengatakan bahwa dia tidak bertuhan. Sementara penganut ajaran lain secara terang-terangan memperlihatkan konsep ketuhanan yang palsu itu.

Jadi, tidak ada orang komunis yang benar-benar ateis (*)

Penulis Mohammad Nurfatoni.

Tags: AteisAtheismeKomunismeMohammad Nurfatoni
SendShare672Tweet420Share

Related Posts

Di Pelatihan Ini Ada Ajakan Sedekah Jari

Sabtu 4 Maret 2023 | 07:30
78

Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni memberikan materi pelatihan Ayo Menulis. (Cakra Yudha/PWMU.CO) Di Pelatihan Ini...

Workshop Jurnalistik Smamga Surabaya: Menulis Mengabadikan Kita

Minggu 26 Februari 2023 | 06:28
197

Mohammad Nurfatoni bersama peserta Workshop Jurnalistik Smamga 2023, di Gedung Smamga, Sabtu 24 Februari 2023....

Berita yang Baik Bisa Menghadirkan Pembaca dalam Peristiwa

Jumat 24 Februari 2023 | 21:16
165

Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni menyampaikan materi penulisan Berita di SD Mudipat Surabaya, Jumat (24/2/2023)...

Nama-Nama tanpa Jenis Kelamin yang Bikin Diklat Ini Gerr-gerran

Sabtu 28 Januari 2023 | 22:13
1.7k

Mohammad Nurfatoni ketika menyampaikan materi pada Diklat Jurnalistik SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Sabtu (28/1/2023) di...

Salah Kaprah dalam Penulisan Karisma, Nakhoda, dan Elite

Selasa 3 Januari 2023 | 07:42
194

Mohammad Nurfatoni: Salah Kaprah dalam Penulisan Karisma, Nakhoda, dan Elite (sketsa foto oleh Atho' Khoironi/PWMU.CO)...

Guru TK Aisyiyah Punya Tugas Membuka Jendela Dunia

Sabtu 22 Oktober 2022 | 13:42
500

Pelatihan Jurnalistik untuk Guru Aisyiyah di ABA I Kota Probolinggo, Sabtu (22/10/2022). Dari kiri Wakil...

Menghidupkan ‘Tombol On’ di MIM Mentaras

Jumat 30 September 2022 | 13:28
551

Mohammad Nurfatoni (kedua dari kiri) Kepala MIM Mentaras Sukarni (berdiri tengah), dan Pressa Surya Perdana...

Tiga wow di SMAM 5 Dukun Gresik, Koleksi Tanamannya Sudah Ber-QR Code

Rabu 28 September 2022 | 14:08
1.2k

Dari kiri; Waka Kesiswaaan Zainul Arifin, Pressa Surya Perdana, dan Mohammad Nurfatoni saat memasuki gerbang...

Hakim (Tak) Agung

Sabtu 24 September 2022 | 08:02
265

“Manusia dengan segala sifat mulia yang dimilikinya masih menyimpan unsur-unsur primitif dalam tubuhnya yang diwarisi...

Jurnalisme Filantropi yang Menggerakkan

Jumat 23 September 2022 | 00:33
371

Mohammad Nurfatoni dalam Pelatihan Jurnalistik Filantropi Lazismu Gresik, Sabtu (17/9/2022) (Tim Media Lazismu Gresik) PWMU.CO –...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Siswa Klub Ekonomi Smamsatu Juara Accounting Skill Competition

    58553 shares
    Share 23421 Tweet 14638
  • Acara Outbound Berakhir Tangisan

    33276 shares
    Share 13310 Tweet 8319
  • Inilah 18 Calon PCM GKB Gresik 2022-2027

    9492 shares
    Share 3797 Tweet 2373
  • Ketua MPID PWM Jatim Siap Dipenjara

    2166 shares
    Share 866 Tweet 542
  • Ka’bah dan Awan 3D di Poster Tarhib Ramadhan Spemdalas

    1423 shares
    Share 569 Tweet 356
  • Pesan Ustadz Adi Hidayat Menyambut Ramadhan

    1155 shares
    Share 462 Tweet 289
  • Logo Musycab Muhammadiyah Bubutan Diluncurkan

    554 shares
    Share 222 Tweet 139
  • Kesempatan Langka Bunda Saksikan Film Karya Anak SD Mugeb di Bioskop

    557 shares
    Share 223 Tweet 139
  • Suami-Istri Pimpin Muhammadiyah-Aisyiyah Kabupaten Tulungagung

    516 shares
    Share 206 Tweet 129
  • King Queen of Library SD Mugeb Kunjungi Perpustakaan Spemdalas

    585 shares
    Share 234 Tweet 146

Berita Terkini

  • Agar Jaringan RSMA Jatim Lebih Tenang ketika Menghadapi Masalah HukumSenin 20 Maret 2023 | 23:53
  • Cerita di Balik Evoting Musyda Kabupaten ProbolinggoSenin 20 Maret 2023 | 23:38
  • Abdul Malik Terpilih Kembali sebagai Ketua PDM JombangSenin 20 Maret 2023 | 22:54
  • Lasminingsih Pimpin Aisyiyah Kabupaten Probolinggo, Sekretaris Aminatul IfahSenin 20 Maret 2023 | 22:17
  • Musyda Unik Muhammadiyah Jombang, Pesertanya Pakai SarungSenin 20 Maret 2023 | 22:12
  • Saat Jemari Lebih Cepat dari OtakSenin 20 Maret 2023 | 21:38
  • Milad Ke-109 Aisyiyah, PCA Sumberrejo Menggelar Pengajian dan SantunanSenin 20 Maret 2023 | 21:23
  • Umsida Mantapkan Peran Ormawa sebagai Tonggak DakwahSenin 20 Maret 2023 | 21:05
  • Logo Musycab Muhammadiyah Bubutan DiluncurkanSenin 20 Maret 2023 | 21:00
  • 26 Siswa MIM 7 Kenep Lolos Semifinal KomasSenin 20 Maret 2023 | 20:49

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Ramadhan
  • Musyda
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!