Haji Hudori, Wafat Kecelakaan dalam Perjalanan Jadi Khatib Jumat, ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan.
PWMU.CO – Kematian adalah keniscayaan. Sebuah kepastian. Tapi kapan datangnya—juga di mana tempatnya—kematian itu, tak ada yang bisa memastiakannya. Banyak yang meninggal ketika sakit. Tapi tak sedikit pula yang kelihatan masih bugar, tiba-tiba wafat.
Haji Hudori, adalah salah satu yang wafat dalam keadaan sehat wal afiat. Hari itu, Jumat Legi tanggal 1 Oktober 2004 dia hendak melaksanakan tugas dakwah: sebagai khatib Jumat. Tugasnya di Desa Waru Kulon, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan.
Sebenarnya, pada pagi hari itu, Hudori sedang mengikuti kegiatan Hizbul Wathan (HW) di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Kebalandono, Kecamaan Babat, bersama Yusup Ismail, Sekretaris Kwarda HW Lamongan.
Sekitar pukul 10.00 WIB Hudori mendapat telepon dari salah satu takmir masjid sekedar mengingatkan bahwa waktunya Hudori menjadi khatib di masjid Muhammadiyah Waru Kulon.
Setelah menerima telepon Hudori bergegas pulang untuk persiapan menjadi khatib Jumat. Dengan agak tergesa-gesa Hudori berangkat ke masjid untuk menyampakan khutbah Jumat.
Saat menyeberang lintasan rel kereta api (tanpa peruga) di Waru Kulon. Rupanya Hudori kurang mewaspadai adanya kereta api yang sedang melintas dari Bojonegoro menuju Surabaya. Kecelakaan pun tidak bisa dihindari. Hudori meninggal di tempat kejadian dalam keadaan utuh dengan luka yang tidak seberapa. Kontan saja, orang sekampung semburat menunda shalat Jumat untuk menolongnya.
Riwayat Hidup Haji Hudori
H Hudori lahir di Desa Kesambi, Kecamatan Pucuk, Kabupaten, 27 Oktober 1943. Dia putra kelima dari tujuh bersaudara pasangan Adnan Sumo Prawiro dan Juwariyah.
Ayah Hudori adalah seorang petani dan carik (sekretaris) desa. Sedangkan ibunya adalah keluarga besar Pondok Pesantren Matholiul Anwar, Simo, Karanggeneng, Lamongan.
Hudori menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Nidlomiyah Kesambi dan Sekolah Rakyat lulus tahun 1957. Kemudian melanjutkan ke Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri Bojonegoro lulus tahun 1961.
Pendidikan Sarjana Muda ditempuh di IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta lulus tahun 1969. Sedangkan pendidikan Sarjana S1 ditempuh saat bertugas di Madrasah Tsanawaiyah (MTs) Negeri Glagah, Lamongan, tahun 1986-1988 di IAIN (kini UIN) Sunan Ampel Surabaya.
Setelah lulus kuliah, Hudori diangkat sebagai guru PNS di PGAN Bojonegoro selama 6 tahun. Pada tahun 1976 Hudori diangkat sebagai Wakil Kepala MTsN Bojonegoro.
Pada tahun 1981 Hudori diangkat sebagai kepala MTs Negeri Glagah—sekolah yang baru berdiri. Lalu pada tahun 1989 Hudori bertugas di MTs Negeri Babat sebagai kepala madrasah. Selanjutnya Hudori diangkat sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Babat yang baru berdiri tahun 1994 hingga pensiun.
Haji Hudori menikah dengan Munasaroh pada tahun 1968. Dari pernikahan itu pasangan ni dikaruniai tujuh orang anak. Yaitu M. Roni Firdaus MPdI; Ir M Saiful Wajdi SPd; Indah Ruhana Binty MPd; M. Luthfillah MAg; M. Fathul Huda Tamami ST; M. Fahmi Mubarok SKom; dan Drh Ni’mah Istianah.
Dia sangat disiplin dalam mendidik putra-putrinya. Semua anaknya mengenyam pendidikan tinggi. Dan mereka diarahkan Hudori untuk aktif di persyarikatan.
Aktif di Muhammadiyah
Hudori dikenal bersahaja. Kesederhanaan Hudori ditunjukkan dengan istikamah menempati rumah dinas di tempat ia bertugas. Sejak Hudori menjabat sebagai Kepala MAN Babat, Hudori baru pindah rumahnya ke Desa Kesambi, Pucuk, Lamongan.
Setelah tinggal di Desa Kesambi, Hudori dipercaya sebagai Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kesambi periode 1995-2000. Pada tahun 1997 Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pucuk memisahkan dari PCM Sukodadi karena perluasan administratif kecamatan. Hudori merupakan salah satu anggota PCM Pucuk periode 1995-2000 dan 2000-2005.
Pada era Kebangkitan Hizbul Wathan Lamongan Periode 2003-2005, Haji Hudori termasuk salah satu Pimpinan Kwarda Lamongan yang didilantik Kawarwil Jawa Timur pada tanggal 3 Juli 2003 di Pondok Karangasem Paciran. Acara ini dihadiri juga Bupati Lamongan Masfuk
Jabatan yang disandang Hudori adalah wakil ketua. Tentu mobilisasi dan peran Hudori untuk menggerakkan HW di Lamongan sangat besar. Saat itu yang menadi Ketua Kwarda HW Lamongan adalah Mas’udi Ridlwan dan sekretarisnya Ramanda Yusup Ismail.
Semoga langkah perjuangan almarhum menjadi teladan bagi kader Muhammadiyah dan Hizbul Wathan. Amin! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.