PWMU.CO– Prinsip VDJP dapat mengurangi penularan covid-19 yang menurut penelitian terbaru, transmisi virus ini sekarang mengarah kepada penyebaran melalui udara.
Dokter Corona Rintawan dari RS Muhammadiyah Lamongan menjelaskan, prinsip VDJP adalah singkatan dari Ventilasi, Durasi, Jarak, dan Perilaku.
”Rekan-rekan yang terpaksa mengadakan kegiatan dalam ruangan, apapun itu seperti ruang kerja, rapat, kafe, warung, restoran dan lainnya, maka perlu memperhatikan beberapa prinsip pengurangan risiko penularan Covid,” kata Corona yang juga aktivis di Muhammadiyah Command Covid-19 Center (MCCC).
Dijelaskan, penelitian terbaru, transmisi virus covid sekarang mengarah pada penyebaran melalui udara. Saat diketahui dapat menularkan dengan bentuk aerosol, di mana bentuk ini jauh lebih halus daripada droplet dan bisa mengambang beberapa jam di udara.
”Hal ini sangat fatal untuk kegiatan dalam ruangan. Jangan sampai ada klaster baru yang memakan korban jiwa lagi. Prinsip pengurangan risiko itu sering disingkat VDJP,” tuturnya.
Jendela Terbuka
Dia menerangkan, pertama, Ventilasi, maksudnya sirkulasi ruangan harus dipastikan baik. Usahakan ada pergantian udara dalam ruangan dengan udara luar. Caranya jendela bisa membuka lebar. Makin lebar jendela makin baik.
”Makin lama dibuka ya makin baik meskipun ruangan ber-AC. Membuka secara rutin setiap beberapa jam sekali. Lebih utama dibuka saat ada orang berkumpul dalam ruangan tersebut,” ujarnya.
Kalau ruang tanpa jendela, dia menyarankan renovasi membuat jendela terbuka. Kalau tak bisa renovasi, cara mengurangi risikonya dengan penempatan air purifier dengan filter HEPA 0,03 micrometer. ”Ingat, pastikan ukuran filternya benar,” tandasnya.
Harga alat ini memang mahal, katanya. Tapi ya tinggal pilih keluar dana renovasi atau beli purifer. Keuntungan jendela tidak butuh tambahan listrik, dana hanya keluar di awal, tidak ada maintenance.
Kerugian jendela harus renovasi dan jika ruangan ber-AC maka akan mengurangi suhu dalam ruangan. Pakai purifer maka sebaliknya, praktis, ruangan tetap dingin, tetapi makin luas ruangan maka harga alat makin mahal, butuh dana untuk penggantian filter secara berkala dan butuh listrik.
Jangan Berlama-lama dan Jaga Jarak
Kedua, Durasi, artinya, makin berlama-lama waktu berkumpul dalam ruangan makin besar risiko tertular. Ingat OTG (Orang Tanpa Gejala) tidak ada gejala sama sekali. ”Jadi durasi harus diperkecil mungkin artinya waktu berkumpul jangan lama-lama,” tuturnya.
Ketiga, Jarak, maksudnya jarak dan jumlah antara orang saat berkumpul dalam ruangan juga menentukan. Jarak ideal minimal satu meter. Ini pun beberapa literatur menyebutkan masih berisiko. Jarak paling aman 1,5 – 2 meter.
”Makin dekat jarak antar orang ya makin besar risikonya. Meja dalam ruangan dibuat besar-besar jika memungkinkan, atau jarak antar kursi dibuat berjarak lebih 1 meter,” ujarnya mantan staf khusus bidang evaluasi BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) ini.
Jika mejanya sudah telanjur kecil-kecil, sambung dia, bisa diakali dengan membuat pembatas dari mika di tengah meja dengan tinggi 60-80 cm. Ini untuk menghindari droplet menyebar ke orang di depannya.
”Jumlah orang yang berkumpul dalam ruangan juga harus dibatasi, ingat, makin banyak jumlah orangnya maka makin sulit mengatur jarak antar personal. Makin sedikit makin baik,” tandasnya.
Perilaku Sehat
Keempat, Perilaku. Ini terkait cara memakai masker, frekuensi cuci tangan dan prosedur pembersihan ruangan. Untuk masker, dipastikan menutup hidung dan mulut, jangan melepasnya kecuali saat makan atau minum, dan usahakan saat makan jangan ngobrol.
Cuci tangan sesering mungkin, terlebih setelah memegang alat, benda, dalam ruangan. Prosedur pembersihan ruangan harus dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan berlangsung berupa, menggosok semua permukaan benda, alat, dalam ruangan terutama yang sering dipegang. Plastik mika pembatas di meja juga dibersihkan dengan desifektan, alkohol atau sabun.
Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya. Sesuaikan dengan ketersediaan di daerah anda. Pilih yang paling murah dan mudah tersedia.
Corona menekankan, konsep VDJP harus diterapkan secara bersamaan. Tidak bs dipilih salah satu. Yang perlu diperhatikan bahwa virus ini baru, dan terus dipelajari sifat-sifatnya maupun dampaknya bagi tubuh.
”Jika ada perubahan teori terkait virus ini, jangan menganggap itu upaya pembohongan publik, tetapi memang berdasarkan kajian ilmiah terbaru. Sebenarnya tidak harus memilih antara ekonomi atau kesehatan, tetapi Anda harus memilih, mau berjuang atau tidak. Berjuang bisa dengan tetap tinggal di rumah atau melakukan prinsip VDJP,” tegasnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto