Berpikir di Luar Kebiasaan, kolom ditulis oleh Ichwan Arif guru SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik.
PWMU.CO – Sob, apa sih hubungannya tahu bulat dan kreativitas itu? Ada trend penjual tahu bulat berkeliling menggunakan mobil bak terbuka dengan suara khas dengan rekaman dalam menjajakan. “Tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, gurih gurih nyoi …“
Tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian di daratan Tiongkok dan Taiwan yaitu tauhu yang secara harfiah berarti kedelai yang difermentasi dan diambil sarinya. Kalau dilihat dari aneka, tahu banyak ragamnya. Mulai tahu putih, kuning, sutera (tofu), pong, susu, air, dan kulit. Dari aneka tahu tersebut, bentuk tahu sama, persegi empat. Yang membedakan adalah di ukurannya, ada yang sedikit besar atau kecil.
Dalam proses menjualnya, biasanya tahu dijual di kedai, warung, atau kerobak kaki lima yang tempat sudah menetap sehingga pembeli akan mendatanginya. Bagaimana dengan tahu bulat? Ada yang beda, bukan hanya bentuk, tapi proses penjualannya dalam menarik pembeli.
Mereka berproses untuk berpikir di luar kebiasaan pada umumnya. Ini adalah garis start lomba lari dalam cabang kreatif. Wow!
Beda dengan Tahu Lainnya
Rasa boleh sama, tetapi bentuk beda. Inilah yang pertama kali saya lihat dari penampilan tahu yang dijual dengan menggunakan mobil bak terbuka. Penjual dalam menjajakan tahu beda dengan penjual pada umumnya.
Mereka mendekat pada pembeli. Orang akan tersenyum dulu sebelum mengambil uang di saku atau dompet. Sambil melihat orang menggoreng on the spot di atas mobil bak terbuka, mereka bisa menikmati tahu goreng yang gurih yang harganya Rp 500 per biji.
Penjual berkeliling dengan modal rekaman suara khasnya. Spontan, anak saya menirukan di dalam rumah. Dia lihai dan lancar menirukan suara rekaman dari penjual tahu bulat. “Ayah, beli ya?” ucap anak saya sambil lari kecil keluar rumah.
Kalau kebanyakan tahu bentuknya segi empat, mereka menjajakan tahu bulat yang digoreng Sob, mendadak. Mobil mereka melaju pelan di gang kampung. Orang di mobil bak pun asyik menggoreng tahu. Suara rekapan terus memanggil-manggil pembeli.
Berpikir Beda dari yang Ada
Sob, penjual tahu bulat dengan cara berkeliling kampung dengan suara rekaman khasnya itu adalah contoh berpikir beda. Mereka berproses, bagaimana cara menjual tahu yang memiliki laba lebih besar. Bentuk beda, ‘marketingnya’ pun ditata sistematis, dan menonjolkan daya tarik.
Inilah cara berpikir kreatif. Berpikir yang berbeda dari yang sudah ada. Ide ini lahir dari observasi dari penjual tahu pada umumnya. “Harus ada yang beda.” Mungkin inilah kalimat yang tepat sehingga mereka bisa memasarkan tahu bulat yang kita kenal sekarang.
Sob, kreativitas bukanlah bakat alami dari lahir, melainkan merupakan pola pikir yang bisa kita asah. Terus digesek dari proses belajar yang dilakukan di lingkungan. Siapapun bisa melatih untuk mendapatkan predikat kreatif ini.
Berpikir di Luar Kebiasaan
Sob, berpikir di luar kebiasaan alias think out of the box bisa menjadi kunci kita berlatih menjadi pribadi kreatif. Mengasah kreativitas harus diawali dari kebiasaan yang terus-menerus. Pada umumnya media melukis adalah berupa kanvas dan cat atau pewarna lainnya.
Namun seiring perkembangan zaman banyak sekali seniman-seniman yang menggunakan media unik untuk menggantikan kanvas atau bahkan cat pewarna, salah satunya menggunakan wol sebagai media lukis.
Berbekal jarum, kumpulan wol lembut dan alat rajut, lukisan yang ‘beda’ pun tidak kalah menariknya dengan lukisan dari cat minyak atau cat air. Malah, lukisan dari wol bisa menimbulkan efek tiga dimensi yang hasilnya bisa keren juga.
Proses menggunakan wol, semisal, merupakan langkah keluar dari zona nyaman dalam berkarya. Berpikir di luar kebiasaan seniman-seniman lain. Pola pikir kreatif inilah lahir dari keberanian mencoba dan menjadi gagal bukanlah kuburan untuk eksis dan sukses.
Berpikir seperti Anak Kecil
Sob, belajar kreatif juga bisa mengadopsi cara berpikir anak kecil. Apakah masih ingat bagaimana ketika kita kecil? Kita memiliki banyak mimpi tanpa memikirkan banyak hal. Yang ada di pikirannya adalah bagaimana idenya bisa berhasil.
Kamu pun bisa meniru bagaimana pola pikir anak kecil yang tidak pernah takut untuk bermimpi. Biarkan otak dan imajinasimu bekerja tanpa batas. Selain itu, kamu pun bisa meniru cara berpikir anak kecil yang memiliki rasa penasaran pada hal baru.
Siapa yang menyangka melukis dengan menambah kulit bawang putih di atas kanvas bisa menimbulkan dimensi unik dari karya. Ide nyeleneh, unik, dan tidak biasa, kalau direspon positif, ditekuni, dipelajari, dan dilatih akan menjadi di luar nalar sebagian orang.
Sob, mengeksplor segala hal adalah cara jitu bisa digunakan sebagai media mengasah kreativitas. Berani mencoba hal baru. Ada pikirannya adalah mencoba dan mencoba. Kalaupun di tengah jalan ada hal yang salah, kurang cocok, dijadikan sebagai evaluasi. Di sinilah letak zona belajar itu, zona kreatif.
Sob, kreatif atau tidak itu pilihan. Ketika pilihan jatuh pada kreatif, maka kita akan bisa. Sebaliknya, kalau tidak ingin jadi pribadi kreatif, jangankan kita bisa, berpapasan dengan kreatif saja tidak akan pernah terjadi.
Sob, jiwa sukses itu modalnya adalah pribadi kreatif, apalagi wabah Covid-19 berbulan-bulan menghantam negeri. Ayo bangkit untuk menjadi pribadi kreatif. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.