PWMU.CO – Guru hebat di tengah krisis punya lima indikator yaitu memiliki karakter, skill, collaboration, crithical thinking, dan creative thinking.
Pesan tersebut disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Dr dr H Sukodiono MM saat dalam Webinar Pendidikan Jarak Jauh Ke-3 yang digelar Forum Silaturrahmi Kepala Sekolah Muhammadiyah (Foskam) dan Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur, Selasa (13/10/2020) secara daring, Selasa (13/10/20).
Sukodiono menilai era pandemi Covid-19 ini mempercepat perkembangan pendidikan sesuai revolusi industri 4.0. “Adanya pandemi Covid-19 membuat seluruh guru harus mampu beradaptasi dengan pembelajaran yang menggunakan teknologi.
Kondisi seperti ini terdapat beberapa indikator terkait bagaimana menjadi guru hebat,” ujarnya.
Lima Indikator Guru Hebat
Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu menegaskan, guru yang hebat harus bisa melakukan suatu perubahan. “Profesi apapun, tidak akan bisa bertahan dengan fixed mindset (pola pikir tetap) tetapi ia harus bisa berubah menjadi growth mindset (pola pikir bertumbuh),” tuturnya.
Menurutnya, growth mindset inilah yang mampu membuat seseorang bisa beradaptasi pada kondisi apapun. “Hal ini sesuai dengan visi Muhammadiyah yaitu Islam berkemajuan. Jadi seorang guru Muhammadiyah seharusnya mampu beradaptasi dalam kondisi apapun,” jelas Sukodiono.
Salah satunya, sambung dia, kondisi pandemi Covid-19 ini. Dari pembelajaran yang dulunya luring (luar jaringan) kemudian dapat melakukan adaptasi menjadi pembelajaran daring (dalam jaringan).
Selain growth mindset, menurut Sukadion, guru hebat harus memiliki visi. “Seorang guru yang hebat itu memiliki visi. Punya dream. Punya mimpi. Yang mimpi itu tidak akan berhenti ketika ia menghadapi kendala” jelasnya.
Skill atau Keterampilan
Sukadiono mengatakan, indikator kedua adalah skill atau keterampilan. Guru hebat harus memiliki communication skill atau keterampilan berkomunikasi yang baik. Menurut dia, tidak hanya memiliki keterampilan berbicara, seorang guru yang hebat juga harus memiliki keterampilan mendengar yang baik.
Tidak hanya mendengar keluhan anak didik kita. Namun mendengar keluhan orangtua yang mungkin di antara mereka terimbas dampak pandemi Covid-19. “Seorang guru harus mampu memahami kondisi tersebut, sehingga akan terbentuk kreativitas agar pembelajaran dapat tetap berjalan. Itulah yang merupakan listening skill yang sebenarnya, tutur Sukodiono.
Collaboration
Indikator ketiga adalah collaboration atau berkolaborasi. Sukodiono memaparkan, guru yang hebat adalah guru yang mampu bekerja sama dengan orang lain.
“Di atas langit masih ada langit. Ilmu kita juga terbatas. Maka kita butuh berkolaborasi dengan orang lain” tutur dia.
Tidak hanya antarguru, Sukadiono menyampakan, kolaborasi juga dapat dilakukan antarsekolah Muhammadiyah. “Sekolah Muhammadiyah yang sudah maju bisa membantu sekolah Muhammadiyah yang belum maju,” kata dia.
Critical Thinking dan Creative Thinking
Penggemar Persebaya ini melanjutkan, guru yang hebat itu mengedepankan critical thinking atau berfikir kritis. Ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan cenderung lebih kreatif. “Rasa ingin tahu yang tinggi itulah membuat seseorang memiliki creative thinking,” ujarnya.
Creative thinking ini, lanjut Sukodiono, biasanya memiliki ciri-ciri, antara lain open minded (berpikir terbuka), mau menerima saran atau masukan dari orang lain, seorang komunikator, dan berwawasan luas.
Sebelum menutup ulasannya, Sukadiono itu menyampaikan pesan dari almarhum Prof HA Malik Fadjar kepada seluruh peserta webinar, “Luaskan hati, luaskan pandangan dan wawasan serta lentur dalam bersikap.”
Webinar yang mengundang Prof Din Syamsuddin sebagai pembicara kunci ini diikuti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru Muhammadiyah se-Jawa Timur. Mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, hingga SMK. (*)
Penulis Viki Safitri. Editor Mohammad Nurfatoni.