PWMU.CO – Perbuatan tahayul masih sangat kental di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Padahal, model kepercayaan klenik yang irasional ini merupakan ancaman serius terhadap keimanan seorang muslim. Taufiqulloh A. Ahmady dalam sesi pemberian motifasi untuk guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik mengingatkan agar guru-guru Muhammadiyah serius menghindarkan tahayul dari alam pikiran anak didiknya.
Menurut Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik, itu karena hal-hal yang bersifat tahayul bisa saja masuk dalam dunia pendidikan. Sahingga tahayul bisa terwariskan kepada siswa dan generasi anak cucunya. ”Jika tidak bisa, berarti guru itu belum bisa memahami misi dalam mengajar di Muhammadyah, yaitu misi purifikasi atau pemurnian tauhid,” tekannya.
(Baca: Dimas Kanjeng dan Kejumudan Baru Masyarakat Modern dan Mewaspadai Kehadiran Para Pendengki)
Taufiqulloh menegaskan, pendidikan Muhammadiyah juga harus membawa misi pencerahan. Untuk itu, dalam mata pelajaran al-Islam dan ke-Muhammadiyahan terdapat materi pelajaran yang membahas larangan Tahayul, Bid’ah dan Churafat (TBC) .
”Tujuan utama dari penyampaian materi ini agar lulusan sekolah Muhammadiyah memiliki keimanan jernih dan kuat kepada Allah Swt tidak tercampur kesyirikan. Mereka bisa berfikir cerdas, rasional dan percaya diri. Sehingga tidak mudah menjadi korban penipuan dengan hal-hal yang berbau klenik,” paparnya.
Taufiqulloh lantas mencontohkan kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang menurut sebagian masyarakat Indonesia percaya mampu menggandakan uang atau menghadirkan emas dengan cara yang irasional.
(Baca juga: Sekum PP Muhammadiyah: Hati-Hati dengan Spiritualisme yang Menyesatkan)
Fatalnya lagi, kata Taufiqulloh, masyarakat kita masih percaya jika ada tokoh yang diyakini memiliki kekuatan mistis dan berbau klenik. Sehingga kerap kali mendapat respon baik dan muncul tokoh baru dengan pengikut baru lagi.
”Masyarakat kita masih juga belum faham dan masih kabur dalam memandang mukjizat, karamah, sihir, hipnotis, sulapan dan modus penipuan atau tidak,” katanya.
Padahal, lanjut Taufiqulloh, jelas perbedaannya. Mukjizat dan karamah adalah murni kehendak dari Allah Swt khusus bagi hambanya yang mendapat ridha dan yang dikehendaki. Selain itu mukjizat dan karamah itu tidak bisa digunakan ulang oleh penerima menurut kehendaknya sendiri (tidak repetible).
(Baca: Tantangan Pendidikan Islam: Mencetak Ulama-Intelektual dan Orang Aneh dan Orang Pintar dalam Logika Sesat Karamah Penggandaan Uang)
”Jadi jika ada orang mengaku bisa berbuat aneh dan bisa dipertontonkan berulang-ulang oleh pelakunya, dibalik itu semua berarti ada unsur penipuan yang akan banyak memakan korban,” paparnya dengan gamblang.
Taufiqulloh lantas menjelaskan, sesuatu yang di katagorikan tahayul adalah kepercayaan yang sudah terbantahkan kebenarannya oleh dalil Alqur’an dan Hadits, serta oleh bukti temuan ilmu pengetahuan. Namun itu tetap dipercaya dan diyakini sebagai sebuah kebenaran. (ipin/aan)