Ahnaf Yusuf, Lokomotif IPM Lamongan, ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan.
PWMU.CO – Posturnya subur dan besar. Bajunya selalu rapi dan dimasukkan celana. Jalannya pelan tapi langkahnya mantap. Bicaranya pelan namun penuh wibawa. Sangat kebapakan. Itulah Ahnaf Yusuf, sang penggerak Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Lamongan era 1980-an.
Ahnaf Yusuf lahir pada tanggal 1 Desember 1962. Dia adalah anak ke-7 dari 12 bersaudara dari pasangan Yusuf-Rosna, suami-istri petani di Paciran yang cukup sederhana.
Ahnaf menyelesaikan pendidikan di MIM, MTsM, dan MAM Paciran. Lalu kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Paciran.
Saya mengenal sosok Ahnaf Yusu sejak aktif di IPM Kelompok (tingkat desa) tahun 1982. Saat itu saya masih duduk di bangku SMP Negeri Paciran. Sedangkan dia sudah menjadi Pimpinan Cabang (PC) IPM Paciran.
Ahnaf rajin berkunjung ke IPM Kelompok yang dibalut dalam kegiatan turba (turun ke bawah), pengajian pimpinan, serta konsolidasi anggota dan pimpinan. Banyak hal yang dilkukannya bersama kawan-kawan PC IPM Paciran. Termasuk hal-hal baru dalam mengembangkan IPM.
Pada tahun 1986 saat—saya belajar di SPG Negeri Lamongan—berkesempatan mengikuti Taruna Melati (TM) II yang diselenggarakan PC IPM Paciran. Mestinya kegiatan tersebut diselenggarakan Pimpinan Daerah (PD) IPM Lamongan. Tetapi karena vakum maka TM II diselenggarakan PC IPM Paciran di Pondok Modern Muhammadiyah Paciran.
Pada TM II tersebut Ahnaf menjadi Master of Trainning (MoT). Sebagai MOT dia sangat menguasai medan. Dengan kewibawaannya, peserta melaksanakan disiplin mematuhi aturan pelatihan. Mereka pun segan padanya.
Sebagai MOT Ahnaf juga banyak menanamkan nilai-nilai tauhid, ibadah, akhlak peserta. Juga tentang pemahaman organisasi yang benar.
Masa Asas Tunggal Pancasla
Sejak Undang-Undang No 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa lahir para aktivs IPM sasga galau. Karena UU itu memberlakukan Asas Tunggal Pancasila. Padahal IPM semula berasakan Isla. Hal ini membuat keberadaaan IPM Lamongan kurang berkembang.
Prihatin akan hal itu, Ahnaf Yusuf, Nadjib Hamid—kini Wakil Ketua Pimpian Wilayah Muhammadiyah Kawa Timur—dan kawan-kawan berusaha keras mengunjungi tokoh-tokoh Muhammadiyah Kabupaten Lamongan. Juga bersilaturahmi ke beberapa tokoh Muhammadiyah di cabang-cabang. Tujuannya: mencari jejak IPM untuk membangkitkannya kembali.
Perjuangam Ahnaf Yusuf dan kawan-kawan tidak sia sia. Setelah para pimpinan IPM Lamongan terlacak dan tokoh-tokoh Muhammadiyah merestui untuk regenerasi IPM, maka diadakanlah Musyda IV IPM di Sedayulawas Brondong.
Ahnaf Yusuf terpilih sebagai Ketua PD IPM Lamongan dan Nadjib Hamid sebagai sekretarisnya. Sebenarnya saat itu yang memperoleh suara terbanyak adalah Nadjib Hamid tetapi ia tidak siap. Sebaliknya Ahnaf siap menjadi ketua jika Nadjib Hamid yang menjadi sekretarisnya.
Jejaknya di PD PM Lamongan
Dua tahun menjadi Ketua Pimpinan Daerah IPM Lamongan (1988-1990), Ahnaf Yusuf sukses mengembangkan jaringan IPM.
Konsolidasi organisasi secara rutin dilaksanakan. Kegiatan pembinaan administrasi organisasi juga dilakukan agar ada budaya tertib berorganisasi. Pada periode ini digalakkan pendataan anggota dan diterbitkan KTA (kartu tanda anggota).
Latihan Dakwah (LD) juga digalakkan untuk melahrkan kader mubaligh pelajar. Kegiatan Diksusti (Pendidikan Khusus Ipmawati) pun digatkan, agar pelajar putri tidak ketinggalan dengan pelajar putra. Sebagai tindak lanjut kegiatan ini dibentuk ekstraine untuk merawat kader yang telah ikut pelatihan.
Pada periode Ahnaf Yusuf yang berduet dengan Nadjib Hamid ini, PD IPM Lamongan sering mendatangkan Pimpinan Wilayah IPM Jawa Timur dan Pimpinan Pusat IPM. Mereka diundang ke Lamongan dalam berbagai kegiatan konsolidasi organisasi maupun pelatihan.
Melalui Musyda V IPM Lamongan di Babat estafet kepemimpinan PD IPM Lamongan periode 1990–1992 beralih kepada saya. Tentu ini amanat berat dalam melanjutkan kepemimpinan Ahnaf Yusuf.
Selain pernah menjadi Keua PC IPM Paciran dan PD IPM Lamongan, Ahnaf Yusup pernah menjadi Wakil Ketua PC Pemuda Muhammadiyah Paciran, Wakil Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Lamongan, Sekretaris MPK SDI PDM Lamongan, Ketua Majelis Dkdasmen PCM Paciran, dan Pengurus Pondok Modern Muhammadiyah Paciran.Guru Sejati
Lulus Madrasah Aliyah Muhammadiyah Paciran, Ahnaf mengajar di MIM Kranji dan menjadi kepala sekolahnya. Ahnaf juga mengajar di lingkungan Pondok Modern Muhammadiyah Paciran sejak tahun 1082. Dia ngajar dari MIM, MTsM, hinga MAM Paciran. Dia juga pernah menjadi Kepala MAM Pondok Modern Muhammadiyah Paciran.
Di luat pengabdiannya sebagai guru, Ahnaf masih menyempatkan bertani dan merawat kambing.
Di Mata Kader IPM
Lulus Madrasah Aliyah Muhammadiyah Paciran, Ahnaf langsung mengajar di MIM Kranji dan menjadi kepala sekolahnya. Ahnaf juga mengajar di lingkungan Pondok Modern Muhammadiyah Paciran sejak tahun 1082. Dia ngajar dari MIM, MTsM, hinga MAM Paciran. Dia juga pernah menjadi Kepala MAM Pondok Modern Muhammadiyah Paciran.
Di luat pengabdiannya sebagai guru, Ahnaf masih menyempatkan bertani dan merawat kambing.
Di kalangan kader IPM, Ahnaf Yusuf dikenal sangat dermawan. Kader-kader yang dikirim unuk mengikuti pengajian atau training ke luar kota selalu diberi uang sangu. Hal ini menambah spirit para kader untuk terus beraktivitas.
Seperti diungkapkan Umi Hanik, salah satu kader Ahnaf di IPM. “Pak Ahnaf itu sosok pemimpin yang sabar. Bisa dibilang tidak pernah pernah marah. Dalam mengkader banyak cara yang ditempuh, bahkan rela menyerahkn apa dimiliki untuk orang yang dikader,” ujarnya.
Tak heran jika kelangsungan ‘hidup’ IPM saat itu, pratkis tertumpu pada Ahnaf Yusuf. Honorarium mengajar dan menjadi kepala sekolah hampir seluruhnya diinfakkan untuk kegiatan IPM.
Ahnaf Yusuf menikah pada awal tahun 1993 dengan Fahimah wanita kelahiran Paciran, 19 November 1972. Dari perkawinan tersebut pasangan ini dikaruniai tiga anak. Yaitu Afaf Dwi Putra (lahir 26 November 1994), Afaf Trian Putra (lahir 27 Oktober 1996), dan Afaf Fauria Putri (lahir 29 Maret 1998). Semua anak Ahnaf Yusup di sekolahkan di Muhammadiyah
Ternyata Allah lebih menyayangi Ahnaf Yusuf. Setelah beberapa lama sakit, akhirnya Ahnaf Yusuf dipanggil Allah Swt pada 27 Oktober 2007 di Pacirandalam usia yag tergolong muda: 45 tahun.
Ahnaf Yusuf adalah sosok yang lemah lembut. Pergaulannya luas. Jaringannya luas. Dia suka menghidupi organisasi dan membantu kader yang kesulitan.
Semoga semua amal kebajikannya diterima Allah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.