PWMU.CO – Covid-19 percepat Revolusi Industri 4.0 dunia pendidikan. Penggunaan teknologi, khususnya teknologi informasi atau information technology (IT), ternyata harus dipraktikkan lebih cepat oleh dunia pendidikan—termasuk oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Revolus Industri 4.0 yang sebenarnya baru diimpikan untuk beberapa tahun ke depan itu, ternyata harus dijemput lebih awal. Dunia pendidikan sudah harus mempraktikkan pembelajaran berbasis media internet lebih cepat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).
Seperti diketahui, Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Ciri-cirinya adalah interkonektivitas atau kesalingterhubungan serta sistem cerdas dan otomasi.
Pemanfaatan IT hampir secara total dalam dunia pendidikan ini karena pademi Covid-19 mengharuskan pembatasan pertemuan. Karena itu KBM meniscayakan dilakukan jarak jauh secara online atau daring (dalam jaringan).
Kelas tatap muka digantikan kelas virtual dengan Google Classroom. Video conference dengan berbagai platform menggantikan pertemuan tatap muka. Tugas-tugas tidak lagi diberikan secara fisik tapi dikirim lewat berbagai aplikasi.
“Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menghadapinya,” kata Sukari MPd saat dihubungi via PWMU.CO via WhatsApp, Jumat (23/10/2020).
Sekretaris II Tim Satgas Dapodik SMa Direktorat Pembinaan SMA 2019, itu mengatakan, dunia pendidikan tidak bisa menghindar, apalagi menolak keadaan ini. “Tapi harus dicoba memanfaatkan sisi positif IT. Itu yang kemudian kita gali dan kita maksimalkan,” ujarnya.
Pria kelahiran Jombang, 5 Mei 1972, itu menegaskan, guru-guru wajib dan harus mengikuti perkembangan era teknologi ini. Di samping dipaksa oleh Covid-19, juga karena memang anak-anak kita terlahir di era digital.
Selain itu, kita tidak bisa memungkiri bahwa cara belajar anak-anak juga sudah berbeda. “Berikanlah materi atau pelajaran kepada anak didik kita sesuai dengan zamannya,” ungkapnya menyitir pesan Ali bin Abi Thalib.
Guru SMA Muhammadiyah 8 Cerme Gresik ini bahkan mengatakan model KBM konvensional lambat laun akan dtinggal karena itu sebenarnya sudah tak sesuai gaya anak-anak sekarang. Menurutnya, anak-anak sebenarnya lebih mudah menangkap pembelajaran melalui video, bukan lagi melalui teks atau mungkin merasa digurui, seperti versi ceramah, drill, dan lain sebagainya.
Sebenarnya, lanjutnya, jauh sebelum ada pandemi Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah membuat fitur belajar yang memuat lebih banyak video pembelajaran interaktif dan dinamis, bernama Rumah Belajar di https://belajar.kemdikbud.go.id/ dengan moto “Belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja”.
Optimalkan Sisi Positif Teknologi
Menurut Sukari pendidikan jarak jauh (PJJ) secara online seperti sekarang ini harus dilakukan dengan optimal. “Inilah saatnya membuktikan bahwa sekolah kita siap menghadap Revolusi Industri 4.0,” ungkapnya.
Memang, kata mantan Kepala SMA Muhammadiyah 1 Gresik itu, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam PJJ online ini. Misalnya kekuatan jaringan internet yang tidak merata. Juga soal smartphone, laptop, atau tablet yang masih belum dimiliki oleh semua siswa—terutama yang ada di pelosok-pelosok desa.
Tapi bagi yang tidak menghadapi kedala, tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkan momentum ini. Apalagi sekarang Kemendikbud sudah memberi bantuan berupa kuaota internet pada guru dan siswa. “Mari kita optimalkan PJJ online ini. Apalagi grafik Covid-19 masih naik dan belum jelas kapan pandemi ini akan berakhir,” ujarnya.
Peran Guru Tak Tergantikan
Sukari menegaskan, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah kehadiran guru yang tidak bisa digantikan oleh kehadiran teknologi, secanggih apapun teknologi itu.
Di masa PJJ online ini guru harus tetap menadi fasilitator. Murid tidak bisa begitu saja dilepaskan pada orangtua. “Jadi peran guru tetap tak tergantikan. “Karena anak-anak kita juga butuh dibimbing, butuh diarahkan,” katanya.
Karena itu, dia menegaskan, kolaborasi guru dengan orangtua dan siswa menjadi keharusan dalam penggunaan IT saat ini. Menurut dia, jangan sampai pemanfaatan IT untuk belajar di rumah disalahgunakan.
Misalnya orangtua di rumah menggunakan teknologi tidak pada tempatnya, akhirnya dicontoh oleh anaknya. “Nah itu yang membuat anak-anak kadang cemburu,” ungkap Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Gresik itu.
Atasi Sisi Buruk IT
Terkait kemungkinan digunakannya IT untuk kegiatan negatif di luar keperluan PJJ, Sukari memberi usulan. Pertama, untuk anak SD ada beberapa aplikasi yang diperuntukkan untuk anak-anak. “Jadi mode-nya mode anak-anak. Tidak mode dewasa. Seperti di tab Samsung itu ada fitur Mode Kids. Jadi tidak menggunakan aplikasi-aplikasi orang dewasa. Ada batasan di sana,” jelasnya.
Yang kedua, lanjutnya, ada teknologi yang bisa mengontrol kebiasaan digital anak. Pada tablet yang baru itu bisa diketahui anak menggunakan aplikasi apa saja, berapa jam untuk akses. Konten itu memang diminta oleh Kemendikbud agar salah satu pemberian bantuan tablet kepada sekolah dasar itu ada fitur Mode Kids. Yang ketiga ada mode untuk pembiasaan, seperti report penggunaan yang tidak bisa diubah. “Dan ini bisa jadi tidak diketahui banyak orang,” ucapnya.
Sukari juga tak menampik dampak negatif dari penggunaan IT, termasuk dalam PPJ online ini. Yakni berkurangnya interaksi sosial. “Mereka cenderung lebih asyik dengan video dan permainan digital di gadget masing-masing,” ujarnya.
Karena itu ia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu sehingga KBM bisa dilakukan secara lebih leluasa. Dengan memadukan sistem daring dan luring (luar jaringan). Dan guru-guru bisa kembali bertemu dengan murid-muridnya. (*)
Penulis Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.