Ditanya alasannya memilih program studi tersebut, Santi menjawab dengan begitu jujur, durasi kuliah pada program studi itu pendek dan gampang. Santi memang memilih Diploma II di sebuah PTN di Malang. Begitu sederhananya argumen yang dikemukan oleh Santi. Sampai pada jawaban Santi, saya belum menemukan suatu ”spiritual meaning”.
Aku sebenarnya mengharap ”spiritual meaning” tentang guru pada Endina, bukan nama sebenarnya, tetapi juga dari Blitar. Sebagaimana halnya Karin dan Santi, Endina juga telah melakoni profesi guru selama satu dekade lebih. Endina menyebut ekonomi sebagai motif di balik pilihannya kepada profesi guru. Bagi Endina, profesi guru memberikan kecukupan secara ekonomi.
Fenomenanya memang boleh diaggap seperti itu. Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan memang berimplikasi antara lain pada peningkatan kesejahteraan guru. Kehidupan ekonomi guru tetutama yang berstatus negeri, tampak berkecukupan. Bandingkan dengan tahun 70-an dan 80-an. Saking prihatinnya kondisi kesejahteraan guru, bahkan gajah pun menangis.
Ihwal air mata gajah ini sebenarnya anekdot belaka. Konon sekitar tahun 70-an atau 80-an, ada festival gajah di Negeri Gajah, Thailand, yang antara lain diperlombakan uji kemampuan para pawang gajah dari negara-negara Asean. Perlombaannya unik, para pawang itu harus mempengaruhi gajah agar bisa menangis. Bukan sekedar tangis biasa, sebisa mungkin tangis haru. Semua pawang dari negara-negara Asean gagal kendati ada yang melakukan dengan cara kekerasan, sampai kemudian muncul pawang dari Indonesia.
Pawang dari Indonesia inipun mendekati gajah dengan tenang, lalu membisikkan sesuatu. Ajaib! Tidak lama kemudian, gajah menangis dengan penuh keharuan dalam tempo yang lumayan lama. Semua yang hadir terkejut. Apa yang telah dibisikkan kepada gajah itu.
“Saya membisikkan nasib guru di Indonesia yang hidupnya masih jauh dari sejahtera. Jangankan satu bulan, bahkan belum sampai sepekan gajinya mulai menipis yang tidak menyukupi untuk menopang kehidupannya tiga pekan kemudian,” jelas pawang gajah dari Indonesia itu.
Konon, pada sekitar tahun 70-an dan 80-an, kalau ada gadis menangis, gampang saja orang tua menghentikannya. Tinggal bilang begini ”Awas, nanti kamu saya nikahkan dengan guru”. Seketika itu gadis berhenti menangis. Kabarnya, sekarang ini justru banyak gadis yang malah menangis karena ingin dinikahi oleh guru.
Kesejahteraan guru memang telah menaik. Karena perkembangan inilah, Endina menjatuhkan pilihannya kepada profesi guru. Tetapi, apakah sesederhana itu, alasan memilih profesi guru?.
Argumen sederhana dan cenderung di permukaan, kurang menukik dan mendalam itu memang belum bisa menggugah kesadaran seseorang untuk sampai pada ‘maqam’ sebagai the living curriculum. Guru, jika kita runut secara bahasa bermuasal dari Sankrit. Penjelasan yang lumayan memadai tentang arti guru bisa kita telusur pada Wikipedia. Dalam Wikipedia dikatakan, Guru is someone more than a teacher, traditionally a reverential figure to the student, with the guru serving as a “concelor”, who helps mold values, share axperential knowledge, an exemplar in life, an inspirational source and who helps in the spiritual evolution of a student.
Baca halaman 4