DNA Muhammadiyah, Bisakah Direkayasa Genetika? Kolom ditulis oleh Mohammad Nurfatoni; Pemimpin Redaksi PWMU.CO; alumnus S1 Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya.
PWMU.CO – Istilah “DNA Muhammadiyah” sering kita baca atau dengar dari tokoh-tokoh Muhammadiyah. Prof Haedar Nashir—Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, misalnya.
“Sejarah membuktikan, DNA Muhammadiyah dengan jiwa pembaruan ialah menjadi aktor penggerak dan suluh kebangsaan untuk kemajuan Indonesia sepanjang zaman. Muhammadiyah dalam lintasan pergerakannya terus memberi tanpa meminta, laksana Ibu Pertiwi melahirkan negeri.”
Kalimat di atas adalah bagian dari pernyataan Haedar Nashir yang ditulis tepat 17 Agustus 2020 dan dimuat oleh PWMU.CO.
Abdul Mu’ti—Sekretaris Umum PP Muhammadiyah—juga pernah menyebutkan frasa “DNA Muhammadiyah”. Seperti dalam tulisannya di republika.co.id saat menyambut Milad Ke-106 Muhammadiyah, 18 November 2018.
“Melalui bidang Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), Muhammadiyah merintis pembangunan panti asuhan, rumah singgah, dan gagasan mendirikan rumah sakit melalui dana dari anggota dan para dermawan. Kedermawanan telah menjadi ‘DNA’ Muhammadiyah.”
Meskipun sudah sering diucapkan, tapi perlu kiranya ada penjelasan lebih jauh tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah itu.
Apa Itu DNA?
DNA (deoxyribose nucleid acid) merupakan asam nukleat yang menyusun gen di dalam inti sel. DNA merupakan materi genetik yang membawa informasi biologis dari setiap makhluk hidup. DNA dibawa oleh setiap individu pada keturunannya.
DNA sebagai materi genetik memiliki beberapa fungsi pada tubuh makhluk hidup. Di antaranya membawa informasi genetik, memiliki peran dalam pewarisan sifat, mengekspresikan informasi genetik, dan menduplikasikan diri atau bereplikasi.
Di dunia sains modern, DNA ini bisa direkayasa misalnya melalui penemuan-penemuan bioteknologi. DNA berupa pita ganda yang saling terpilin membentuk spiral (double helix) itu salah satu pita molekulnya dapat diibaratkan sebagai pita kaset.
Dasar peemikirannya, jika pita kaset dapat dihapus rekamannya, mengapa pita molekul DNA yang berisi informasi genetik itu tidak dapat dihapus dan diganti dengan informasi keturunan yang lain?
Di sinilah awal munculnya teknologi rekayasa genetika. Ternyata, DNA suatu organisme dapat dipergunakan untuk merekayasa DNA organisme lain sehingga terbentuk hasil yang sama sekali baru.
DNA Muhammadiyah
Jika merujuk pengertian ilmiahnya, maka secara sedarhana DNA adalah pembawa materi genetik. Nah, dalam konotasinya di ranah sosial, DNA adalah sifat dasar atau asli yang diwariskan secara turun-temurun.
Maka ketika berbicara tentang “DNA Muhammadiyah”, berarti menyebut sifat asli Muhammadiyah yang terbawa oleh gerakan ini—-sejak dilahirkan oleh KH Ahmad Dahlan di tahun 1912 hingga kini dan pada masa yang akan datang.
Lantas, apa itu DNA Muhammadiyah? Pertama, sebagaimana dikatakan oleh Haedar Nashir, DNA Muhammadiyah adalah taawun, tolong-menolong. Yakni terus memberi tanpa meminta.
Kedua, kedermawanan sebagaimana disebutkan oleh Abdul Mu’ti. Kedermawanan inilah yang sudah ada sejak dulu misalnya dalam bentuk Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).
Kedua materi genetik itu: taawun dan kedermawanan diwariskan turun-menurun hingga kini beranak-pinak dalam beberapa majelis dan lembaga. Seperti Lazismu, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan Majelis Pelayanan Sosial (MPS).
Bahkan MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center) adalah pewaris DNA taawun dan kedermawanan paling mutakhir di era pandemi Covid-19.
Tentu saja, majelis dan lembaga lainnya juga tak lepas dari DNA itu. Karena pada dasarnya persyarikatan Muhammadiyah didirikan dengan misi tolong-menolong yang ditopang sikap kedermawanan.
Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) yang bertanggung jawab atas rumah sakit dan klini dan Majelis Dikdasmen yang membawahi sekolah-sekolah misalnya.
Meskipun ada unsur profesional di dalamnya tapi tidak bisa dilepaskan dari kedua DNA itu. Unsur sosial pada rumah sakit dan sekolah Muhammadiyah tetap lebih besar daripada unsur lainnya, misalnya—sebut saja—bisnis atau laba.
DNA Muhammadiyah Bisa Direkasaya?
DNA ketiga Muhammadiyah adalah pembaruan. Haedar Nashir pada kutipan di atas menyebutkan jiwa pembaruan adalah DNA Muhammadiyah. Tidak salah, sebab Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan sebagai pembaruan atas “cara-cara lama” dalam beragama dan berkehidupan sosial.
Pelurusan arah kiblat masjid atau penyelenggaraan sekolah model baru—yang berbeda dengan tradisi sekolah Islam saat itu—adalah dua contoh DNA pembaruan. DNA ini kemudian diwariskan secara turun-temurun ke dalam Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT).
Tentu, sekali lagi, DNA pembaruan ini tidak hanya monopoli MTT. Majelis dan lembaga lain juga harus mewarisi DNA pembaruan ini. Misalnya Majelis Tabligh, dan lainnya. Kalau tidak, maka akan mengalami kejumudan—suatu keadaan di mana Muhammadiyah lahir (saat itu) untuk mengubahnya.
Jika mengambil konsep DNA sebagai materi pembawa genetik, maka Muhammadiyah juga harus siap dengan risiko mengalami mutasi—baik secara alami maupun melalui rekayasa genetika.
Pita double helix DNA Muhammadiyah bisa saja dibajak: dihapus dan diganti dengan infomasi genetika lain. Dan salah satunya yang potensial adalah soal politik. Bisa saja kekuasaan merekombinasikannya ke dalam DNA-nya.
Ah, semoga tidak! (*)