PWMU.CO – Kisah Kurma Menangis di Depan Nabi. Begitulah Kak Rika berkisah Nabi di SD Muhammadiyah 3 Ikrom Wage. Kegiatan ini dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat (6/11/20).
Kegiatan virtual yang diikuti 271 siswa kelas I-III SDM 3 Ikrom dan TK sekitar .sekolah ini menghadirkan Kak Rika dan bonekanya yang bernama Mulia. Kak Rika adalah nama panggung Rika Yunta Sari dari Persaudaraan Pendongeng Muslim Indonesia.
Kak Rika mengambil materi dari hadits Rasulullah dan membawakannya dengan karakter bonekanya yang lucu, sehingga dongengannya tidak membosankan. Dia menceritakan kisah burung yang ada di atas pohon kurma.
“Burung-burung terbang di atas pohon kurma. Ada juga unta-unta makan di sekitar kebun kurma. Mereka makan buah kurma karena Madinah memiliki tanah yang subur untuk ditanami pohon kurma,” ujarnya.
Di Madinah, lanjutnya, ada sebuah masjid yang bangun Rasulullah. Masjid tersebut bernama Masjid Nabawi. Sejak pertama berdiri, masjid ini tidak memiliki mimbar.
Di sekeliling masjid, orang-orang biasa berkumpul, membaca, berdagang, dan saling menyapa. Ada juga yang bekerja di kebun kurma, mencangkul, dan menanam bibit kurma.
Namun tidak hanya itu, masjid ini juga dipakai orang untuk mengkaji ilmu. Masjid ini berfungsi sebagai sekolah karena tidak ada sekolah pada zaman itu.
Supaya interaktif dengan peserta, Kak Rika yang tinggal di Medokan Utara XXXI/4 Rungkut Surabaya ini pun menontarkan pertanyaan pada siswa.
“Siapa ya yang menjadi gurunya?” tanyanya.
“Yang menjadi gurunya adalah Rasulullah SAW,” jawabnya.
Kak Rika pun melanjutkan cerita, “Mereka duduk dengan tenang, tidak ada yang berisik. Semua melihat dan mendengarkan Rasulullah. Ketika hari Jumat Rasulullah memberikan khutbah di depan jamaah. Beliau mendengar tangisan seperti bayi kelaparan atau anak kecil yang merengek.”
Kemudian, sambungnya—berdasarkan hadis rwayat Bukhari—Rasulullah turun dari mimbarnya dan menghampiri sumber tangisan tersebut. Ternyata yang menangis adalah pohon kurma yang biasa dipakai Rasulullah bersandar.
Rasulullah kemudian memeluk dan mengelus pohon kurma tersebut. Setelah itu, pohon kurma diam dan tidak lagi menangis. Pohon kurma tersebut menangis karena Rasulullah tidak lagi bersandar di pohon kurma tersebut semenjak ada seorang wanita menawari Rasulullah sebuah mimbar buatan anaknya.
“Pohon kurma sangat rindu dan ingin dekat dengan Rasululullah. Dia ingin Rasulullah bersandar seperti dulu. Dia sangat sedih dan rindu. Seperti kita tidak pernah melihat, mendengar, bertemu, menyentuh, memeluk, tapi kita rindu dan ingin dekat dengan Rasulullah,” kisah Kak Rika.
Rindu Rasulullah
“Siapa yang rindu bertemu Rasulullah?” tanya Kak Rika pada siswa kembali.
“Siapa yang ingin mencium tangan Rasulullah?”
“Siapa yang ingin mengajak ayah bunda bertemu Rasulullah?”
Kak Rika pun mengucapkan, “Masyallah.” Maka, lanjutnya, sebagai anak Muslim kita harus taat kepada orangtua dan mengikuti ajaran Rasulullah. Seperti shalat, ngaji, dan mendoakan orangtua.
Rasulullah tidak hanya disayang manusia, tapi seluruh alam semesta, termasuk tanaman, angin, dan gunung. Semua sayang Rasulullah karena beliau manusia yang sangat mulia. Rasulullah juga memiliki sifat jujur, amanah, fathanah, tabligh, dan kita harus meneladani sifat tersebut.
Berikan Kuis ke Siswa
Sebelum bernyanyi dengan boneka Mulia, Kak Rika juga memberikan kuis kepada peserta. “Pertanyaan diberikan kepada siswa TK dulu. Pertanyaan pertama, pada hari apa si pohon kurma menangis?
Mas Fattah Farabi Widagdo dari TK ABA 25 Wage pun menjawab dengan lantang, “Pada hari Jumat.”
“Betul. Selamat ya mas Fattah,” jawab Kak Rika.
“Pertanyaan kedua dalam cerita tadi di kota mana kurma tumbuh dengan subur?” tanya Kak Rika.
“Kota Madinah,” jawab Kayyisah Fabriziah Warmadeani.
Kak Rika pun melontarkan pertanyaan ketiga untuk kelas I-III, “Kenapa pohon kurma menangis?”
“Karena Rasulullah tidak lagi bersandar di pohon kurma,” jawab Janitra kelas III Singapura
“Betul,” jawab Kak Rika.
Komentar Positif Wali Siswa
Komentar positif datang dari wali murid. Misalnya dari Della Mei Priajeng Witri, ibunda Syakira Hasna Adelia Putri masih duduk di TK B Az Zahra.
“Alhamdulillah kata anak-anak dongenge menyenangkan dan seru,” katanya saat dihubungi PWMU.CO melalui WA.
Dia menjelaskan anaknya juga anteng dengerin dongeng. “Kebetulan di rumah pas sepi biasanya takut kalau sepi tapi karena mendengarkan dongeng jadi tidak takut,” ujarnya.
Anak-anak, lanjutnya, juga merasa terhibur dengan gaya bahasa ceritanya. Karakter bonekanya juga lucu. “Kok cuma sebentar, padahal seru ceritanya dan tidak membosankan,” jelasnya menirukan anaknya. (*)
Penulis Muhammad Nasikin. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.