Kiai Dahlan dan Pesan Kata Sejalan Perbuatan, ditulis Oleh M. Anwar Djaelani, penulis sejarah tokoh-tokoh Islam.
PWMU.CO – Merupakan sebuah kesalahan besar jika seseorang—terlebih jika dia orang beriman—tak sama antara kata dan perbuatannya. Tentang ini, al-Quran telah mengingatkan secara keras. Lalu, KH Ahmad Dahlan turut menekankan agar kita tak tergelincir pada perilaku yang amat dibenci Allah itu.
Peringatan Al-Quran
Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (ash-Shaf 2-3).
Perhatikanlah! Pihak yang diseru para ayat di atas adalah “orang-orang yang beriman”, sebuah sebutan yang bernilai penghormatan. Tetapi, bersamaan dengan itu, ada pesan kuat meski dengan format kalimat tanya: “Kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?”
Jika pertanyaan itu ditujukan kepada kaum beriman, itu menunjukkan tingkat bahayanya sangat tinggi. Bahwa, kaum beriman yang tak hati-hati bisa saja tegelincir mengerjakan perilaku yang tercela itu. Apatah lagi kaum yang tak beriman.
Sungguh, jangan pernah kita mengatakan sesuatu lewat lisan tapi tak kita iringi dengan perbuatan. Jangan sekali-sekali mengatakan sesuatu hal yang ternyata tidak pernah kita kerjakan.
Jangan lakukan hal yang sangat buruk yaitu tak sama antara kata dan perbuatan sebab, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Berhati-hatilah! Ketergelinciran berupa sikap tak sama antara kata dan perbuatan bisa menimpa siapa saja. Di dalam al-Quran ada catatan tentang ini. Perhatikanlah ayat berikut: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)-mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (al-Baqarah: 44).
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa turunnya ayat di atas terkait dengan kaum Yahudi di Madinah. Kala itu, ada yang berkata kepada mantunya, kaum kerabatnya, dan saudara sesusunya, yang mereka telah masuk agama Islam: “Tetaplah kamu pada agama yang kamu anut (Islam) dan apa-apa yang diperintahkan oleh Muhammad, karena perintahnya benar.”
Terlihat, dia menyuruh orang lain berbuat baik, tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya.
Alhasil, berdasar riwayat al-Wahidi dan ats-Tsa’labi dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh, dan bersumber dari Ibnu Abbas di atas, al-Baqarah 44 itu berisi peringatan kepada orang yang melakukan perbuatan yang tak sama dengan perkataannya. Oleh karena itu, sekali-kali jangan lakukan hal itu!
Pesan KH Ahmad Dahlan
KH Ahmad Dahlan yang melihat penyakit “tak samanya antara kata dan perbuatan” itu sebagai sesuatu yang sangat serius—termasuk sangat bisa mengancam kualitas dakwah dan pergerakan—turut memberi peringatan.
Berkata KH Ahmad Dahlan: “Teori-teori pimpinan tentang rencana-rencana atau program-program sangat muluk-muluk memenuhi bumi, tetapi tidak diamalkan. Padahal pelajaran agama sungguh telah terang dan jelas bagi orang yang dapat petunjuk, akan tetapi pengaruh hawa nafsu sangat merajalela sehingga akal pikiran menjadi buta.”
Memang, mengedepankan (bahkan menuhankan hawa nafsu) membuat pikiran menjadi gelap. Maka, bagi mereka, berkata-kata yang lalu tak dihidupkan dengan perbuatan dianggap sesuatu yang biasa. Dinilai oleh mereka sebagai sesuatu yang lumrah. Jika sikap jelek ini terutama menimpa para pemimpin, maka seperti yang bisa kita rasakan, KH Ahmad Dahlan sangat menyesalinya sekaligus bersedih.
Dalam masalah ini, tentu KH Ahmad Dahlan mendasarkan pemahamannya kepada ayat-ayat di dalam al-Quran. Tapi, boleh jadi, juga mendapat spirit antara lain dari Imam Ghazali (1058-1111) dan Jamaluddin Al-Afghani (1838-1897) yang karya-karya mereka sering ditelaah oleh KH Ahmad Dahlan.
Kata Imam al-Ghazali, “Sungguh membuat nasihat, membuka mulut dan mendengarkan nasihat itu sangat mudah. Akan tetapi mengamalkan itulah yang sangat berat bagi orang-orang yang masih menghambakan dirinya kepada hawa nafsu.”
Sementara, Jamaluddin Al-Afghani berkata, “Sinar Islam tertutup oleh kaum Muslimin”. Artinya, keterangan-keterangan yang menuju kepada kebaikan dan hikmah Islam itu dijatuhkan oleh perbuatan umat Islam sendiri. Misalnya, banyaknya praktik dari kaum Muslimin berupa tak samanya antara kata dan perbuatan. Tentu hal ini adalah iklan buruk bagi Islam.
Jangan Main-Main
Jangan lengah dengan masalah ini! Hindarilah siksa perih ini: Pada hari kiamat ada seorang dalam neraka, pecah perutnya dan berputar-putar seperti khimar (keledai). Maka para penghuni neraka sama-sama mendatangi orang itu dan berkata, ‘Apakah kamu dahulu suka beramar ma’ruf nahi munkar?’
Orang tadi menjawab, ‘Iya, aku dahulu memang suka beramar makruf tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan, dahulu aku memang suka mencegah barang yang munkar-perilaku buruk, jahat-tetapi aku sendiri menjalankan kemunkaran itu.’ (HR Bukhari – Muslim).
Sungguh, peringatan Allah sangat jelas dan tegas. Hal yang sama, juga ditekankan Imam Al-Ghazali dan KH Ahmad Dahlan. Mari, instrospeksi. Mari usahakan agar selalu sama antara kata dan perbuatan kita! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Kiai Dahlan dan Pesan Kata Sejalan Perbuatan ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 10 Tahun ke-XXV, 13 November 2020/27 Rabiul Awal 1442 H.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.