PWMU.CO – Para sineas muda berstatus pelajar ini terbilang cukup produktif dalam membuat film pendek. Karya-karyanya pun mendapatkan apresiasi dari berbagai ajang festival. Paling anyar, di dua ajang berbeda, dua karya film pelajar SMK Muhammadiyah 5 (SMEAMU) Kepanjen, Kabupaten Malang masuk dalam nominasi 10 besar.
”Dari Tiga karya film pendek yang diikutkan lomba, dua diantaranya masuk 10 besar. Yakni, lomba yang digelar IKA-UB 2016 dan Festival Film Pelajar yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,” terang Arif Joko Suryadi, kepala SMK Muhammadiyah 5, ditemui, Kamis (20/10).
Arif menjelaskan, untuk lomba yang digelar dalam rangka reuni akbar IKA-UB 2016, karya film pendek pelajar SMEAMU masuk 2 besar. Sementara untuk pengumuman dan penganugerahan penghargaan Nair dilakukan, di Econvention Ancol, Jakarta, Sabtu (22/10) lusa.
Arif menambahkan, pelajar SMEAMU juga akan mendapatkan workshop perfilman bersama sejumlah aktor dan sineas ternama. Seperti Eros Djarot, Slamet Rahardjo, Christin Hakim, Marcella Zalianty dan Anggoro Santoro, di Sanggar Teater Populer Teguh Karya, Jakarta.
”Berkat kemampuan sinematografi yang mumpuni, siswa-siswi program broadcasting pertelivisian dan siswa-siswi dari program multimedia kerap mendapatkan penghargaan karya film pendek,” ujarnya bangga.
Di sisi lain, Akbar Dwi Lestari, siswa SMEAMU yang menjadi kru film bagian editor mengungkapkan, karya film pendek yang masuk nominasi IKA UB 2016 berjudul Peduli. Lestari mengatakan, film berdurasi hanya 5 menit ini berkisah tentang kepedulian seorang remaja pada lingkungan dengan setting lokasi di sebuah tambak ikan, di Desa Jambuwer Kecamatan Wonosari.
”Pada klimaks cerita dalam film, pemeran utama mencari ikan, namun banyak sampah yang menutupi tambaknya. Lalu, seharian dia bersihkan tambak dengan perahu kecil, kemudian memasang tanda larangan buang sampah sembarangan,” kata siswa yang juga menjadi kameramen dalam film tersebut.
Tokoh pemeran film garapan siswa SMEAMU ini tak lain adalah seorang anak dengan cacat fisik, yang harus mencari biaya sekolah sendiri dari hasil tambak ikan. Akibat penghasilan menurun, tambaknya yang semula banyak sampah kotor menginspirasinya untuk peduli lingkungan.
”Kami mengambil gambar film seharian, karena besoknya sudah harus dikirim. Pesan moral dalam film ini adalah kita harus membersihkan lingkungan air dari sampah,” terangnya.
Satu film pendek lagi yang mendapatkan apresiasi di Festival Film Pelajar yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur berjudul ‘Bukan Rejeki’. Dengan cerita pemulung yang menemukan handphone jatuh, si pemeran film justru mendapatkan sial digebuki warga. ”Gara-garanya, handphone tetsebut berisi aplikasi game pokemon,” tuturnya.
Adhe Elvita Sagita Putri, siswi lain yang juga kru pembuatan film yang mengurusi art properti menambahkan, dalam satu kru penggarapan film ‘Peduli’ beranggotakan 11 orang. Sedangkan untuk film pendek berjudul ‘Bukan Rejeki’ digarapa 18 siswa.”Tiap kru bisa merangkap apa saja,” paparnya. (rul/aan)