
Merawat Jenazah Orangtua Oleh Emil Mukhtar Efendi, Waka Humas Smamita Sidoarjo.
PWMU.CO–Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Kabar meninggalnya Bapak Mansyur, ayah Pak Edwin Yogi Laayrananta, M.IKom, Waka Kesiswaan Smamita beredar di WhatsApp Group (WAG) sekolah, Senin (16/11/2020) pagi.
Warga Smamita pun membanjiri WAG dengan berbagai macam model dan karakter ucapan bela sungkawa. Kabar itu mengejutkan semua orang yang mengenal almarhum. Pasalnya, dua bulan yang lalu istri almarhum lebih dahulu menghadap sang Khaliq.
Tidak ada tanda-tanda sakit secara khusus yang dialami Pak Mansyur. Sebelumnya ia tetap hadir di shalat Subuh berjamaah di masjid seperti biasa. Kematian memang tak bisa diduga datang dan sebabnya.
Di saat mengalami musibah seperti ini teringat hadits Nabi yang sanga populer. Semua amalan manusia bakal terputus ketika meninggal dunia. Kecuali tiga amalan.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
”Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang saleh. (HR Muslim no. 1631)
Tradisi Anak Saleh
Salah satu amalan anak saleh itu kini dipraktikkan Pak Yogi yang juga Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Sepanjang Sidoarjo. Dia memimpin langsung merawat jenazah orangtua, Pak Mansyur, ayahnya. Mulai dari memandikan, mengafani, menshalati, hingga memakamkan.
Satu lagi yang patut ditiru yaitu Pak Yogi langsung yang memimpin sebagai imam shalat jenazah. Tidak diserahkan kepada orang lain sebagai imam. Ini jarang terjadi. Sebagian besar di masyarakat, imam shalat jenazah dipasrahkan kepada modin desa. Begitu juga ketika memandikan, mengafani, dan memakamkan.
Hari ini, Pak Yogi benar-benar sebagai anak saleh. Butuh ketegaran hati yang kuat untuk memimpin shalat jenazah. Mengenakan sarung, kemeja berwarna putih, dan bermasker. Ia melantunkan takbir dengan suara sedikit tersedak. Tak kuasa melihat jenazah sang ayah berada dalam keranda, dishalati puluhan jamaah di Masjid As-Sakinah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kletek, Taman.
Kebiasaan ini mestinya ditradisikan dalam keluarga. Kepada anak-anak kita. Merawat jenazah orangtua. Bukankah sikap seperti ini yang patut dilakukan anak-anak kepada jenazah ayah atau ibu ketika meninggal?
Cerminan kasih sayang kepada orangtua di masa akhir umurnya tetap lakukan dengan takzim. Kalau itu yang kita inginkan, mari bimbing anak-anak kita menjadi anak yang saleh dan salehah. (*)
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post