PWMU.CO – Nasehat agar umat Islam memperkuat keimanan di tengah-tengah maraknya “penyakit TBC” (tahayul, bid’ah, dan khurafat) gaya baru, kembali disuarakan. Kali ini nasehat itu datang dari KH M Dawam Sholeh, pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah, Sendangagung, Paciran, Lamongan. Selain soal TBC, Dawam juga berbicara persoalan kebangsaan. Dia prihatinan karena ditengarahi semakin banyak aset negeri yang dikuasai oleh asing.
Berbicara di hadapan ratusan jamaah Pengajian Jumat Pagi di Masjid At-Taqwa Babat, Lamongan, (21/10), Dawam mengajak umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, untuk memperkuat tauhid agar tidak mudah tertipu oleh model-model baru perdukunan.
(Baca: Klenik Baru: Tantangan Dakwah Muhammadiyah Kini)
“Jangan sampai kita ini menghadapi kesulitan hidup ini kemudian minta ke dukun atau orang yang mengaku ‘pinter’ seperti Dimas Kanjeng. Perbuatan itu, seperti disabdakan Nabi saw, bisa mengakibatkan shalat kita tertolak selama 40 hari. Dan kita bisa terjerumus dalam kesyirikan dan kekufuran,” kata alumni Pondok Modern Darussalam Gontor itu.
Menurut dia, ciri-ciri dukun itu ada 6, yaitu sombong, kemeruh (sok tahu), mudah menfitnah, bakhil (kikir), sregep (gemar) kawin, dan melakukan amalan bid’ah. “Lemahnya tauhid para cerdik cendikiawan membuat mereka menyesatkan umat,” tutur kyai yang suka bikin puisi itu. Dawam juga mengingatkan bahwa lemahnya tauhid bisa mengakibatkan gelap dunia sehingga banyak yang menumpuk harta secara tidak halal.
(Baca juga: Dimas Kanjeng dan Kejumudan Baru Masyarakat Modern)
Dawam menambahkan, masyarakat sering menganggap bahwa orang-orang yang dianggap hebat itu mempunyai karamah Allah. “Padahal jalan kesesatan yang mereka tempuh.”Adalah tugas para dai Muhammadiyah, kata Dawam, untuk memberikan pencerahan pada umat Islam, jangan sampai korban-korban semakin bertambah.
Di hadapan jamaah warga Muhammadiyah Babat itu, Dawam prihatin dengan beberapa fenomena akhir zaman, termasuk shalawat kepada Nabi Muhammad saw yang kini banyak digunakan untuk jalan sesat. Misalnya shalawat dibaca di dalam kamar sebanyak-banyaknya agar uangnya bisa digandakan. “Bacaan shalawat yang mereka pakai hanya untuk menipu pasiennya.”
(Baca juga: Inilah Pidato Din Syamsuddin di Depan Paus Fransiscus dan Tokoh-Tokoh Agama Dunia di Italia)
Dawam lalu mengajak hadirin untuk mensyukuri nikmat Allah yang ada dalam kehidupan mereka. “Untuk urusan ibadah lihatlah kebaikan orang di atas kita. Sedangkan untuk urusan dunia lihatlah orang yang di bawah kita. Harta dan rezeqi yang kita peroleh bukan semata-mata karena kehebatan kita, tapi semata karena Allah swt.”
Dengan mencermati Turki sebagai contoh, Dawam mengajak jamaah untuk meningkatkan keimanan dengan memperbanyak ibadah. “Turki yang dulu dikenal sebagai negara Islam sekuler, yang tatanan masyarakatnya amburadul dan miskin, kini mengalami kemajuan yang luar biasa karena menerapkan shalat jamaah lima waktu. Jamaah subuhnya seperti shalat Jumat,” katanya. “Mari jaga iman kita dengan meningkatkan ibadah melalui shalat berjamaah, puasa dan shalat sunah.”
Menyinggung soal posisi umat Islam di Indonesia, dengan nada serius, pengasuh ponpes dengan ribuan santri itu berpesan agar umat Islam bersatu untuk menyelamatkan aset negeri. “Kekayaan negara kita sedang menjadi incaran bangsa lain, sementara negara tidak berdaya menghadapinya. Karena itu umat Islam jangan terjebak pada persoalan khilafiyah,” Dawam mengingatkan. “Itu hanya membuang energi. Mari fokus pada persoalan keumatan dan kebangsaan.” (Syuhadi/M Su’ud)