PWMU.CO – Muhammadiyah tiada henti memberi solusi untuk negeri. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir MSi.
Dia menyampaikan hal itu saat memberikan pidato milad pada Resepsi Virtual Milad 108 Muhammadiyah via Zoom, Rabu (18/11/2020).
Menurutnya Muhammadiyah sejak awal kelahiran sampai kini tiada henti memberi solusi untuk negeri. Muhammadiyah bersama komponen bangsa lainnya berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah bangsa.
“Di era sebelum Indonesia merdeka hingga setelah kemerdekaan, Muhammadiyah terus berbuat bagi kemajuan negeri. Sejarah membuktikan, di saat-saat kritis Muhammadiyah hadir memberi solusi. Seperti dalam mencari titik kompromi perumusan dasar negara Pancasila setelah satu hari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945,” jelasnya.
Bangsa Indonesia, lanjutnya, saat ini masih menghadapi masalah berat seperti korupsi, utang luar negeri, eksploitasi sumber daya alam, kesenjangan sosial-ekonomi, konflik antarkomponen bangsa, produk legislasi yang kontroversi, oligarki politik, serta masalah-masalah kebangsaan lainnya.
“Hukum kehidupan manusia selalu berhadapan dengan masalah, selain berkaitan dengan nikmat dan anugerah. Masalah datang dan pergi untuk dihadapi dan tidak untuk diratapi. Ada masalah yang dapat diselesaikan dengan tuntas, sisi lain terdapat masalah yang masih tersisa, dan terdapat masalah lainnya yang tidak dapat diselesaikan. Kewajiban kita sebagai bangsa ialah berikhtiar dengan kesungguhan dan kesabaran,” terangnya.
Bagi kaum beriman, menurutnya, dalam menghadapi masalah maupun membangun bangsa dan usaha apapun diperlukan kesungguhan dan kesabaran.
“Allah berfirman dalam surat Muhammad ayat 31 yang
artinya, ‘Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu’,” sitirnya.
Muhammadiyah, ungkapnya, terus berikhtiar untuk proaktif memecahkan masalah bangsa. Namun Muhammadiyah tidak dapat menghadapi masalah bangsa sendirian. Diperlukan kerja sama dan pembagian tugas dalam menyelesaikan masalah bangsa sesuai dengan posisi dan peran masing-masing dalam jalinan kebersamaan, sinergi, dan persatuan nasional.
“Khusus bagi umat Islam sebagai penduduk mayoritas di negeri ini. Umat di bawah bimbingan para tokohnya dapat menjadi uswah ḥasanah dalam segala ucapan, sikap, dan tindakan yang memancarkan pencerahan dan kemajuan. Umat mayoritas sungguh terpuji bila mampu memberi solusi baik dalam menghadapi pandemi maupun masalah negeri,” paparnya.
Risalah dan keteladan Nabi Muhammad dalam menyebarkan misi penyempurnaan akhlak mulia dan raḥmatan lil-‘ālamīn penting menjadi komitmen utama semua pihak di tubuh umat dan tokoh Islam.
“Masyarakat luas saat ini makin cerdas dan kritis. Bagaimana menyaksikan bukti keteladanan dan akhlak mulia umat mayoritas di negeri muslim terbesar di dunia ini. Baik buruknya Indonesia tergantung pada kiprah dan kontribusi umat Islam,” pesannya.
Adaptasi Era Revolusi 4.0
Dia berpesan agar warga Muhammadiyah tetap harus bersemangat dalam menggerakkan usaha-usaha memajukan kehidupan.
“Di tengah pandemi dan banyak masalah negeri maka segenap warga, kader dan pimpinan Muhammadiyah diharapkan terus bersemangat menggerakkan organisasi serta menjalankan peran keumatan dan kebangsaan sesuai kondisi,” harapnya.
“Karena kendala luring atau offline disebabkan pandemi, maka dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan daring atau online untuk menjaga gerak organisasi tetap hidup,” imbuhnya.
Gerak Muhammadiyah, sambungnya, dan amal usahanya sampai ke akar rumput harus tetap bertumbuh. Dengan langkah dan cara yang kreatif dan inovatif.
“Manfaatkan teknologi informasi sebagai bagian dari adaptasi Muhammadiyah hidup di era revolusi 4.0., sekaligus memberi solusi hadapi pandemi dan masalah negeri. Semangat pergerakan tetap digelorakan dalam keadaan lapang maupun sempit,” ajaknya.
Menurutnya jika semua pihak sudah berikhtiar dengan sungguh-sungguh dan optimal dalam menghadapi pandemi dan masalah negeri, maka selebihnya bertawakal dengan sabar dan pengharapan tinggi Allah.
“Tidak perlu saling bersesal diri, berpatah asa, mencurigai, serta menghujat dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah negeri. Masalah merupakan bagian dari dinamika hidup sekaligus menjadi cobaan bagi kaum beriman,” paparnya.
Perhatikan firman Allah dalam aurat al-Anbiya ayat 35 yang artinya ‘Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.’
Maka, ujarnya, yakinlah terdapat kuasa dan rahasia Tuhan di tengah masalah yang dihadapi saat ini. Kewajiban kita sebagai bangsa ialah berikhtiar mencari solusi dengan mengerahkan segenap kemampuan.
“Dengan jiwa irfani yang membingkai diri, jalan ruhaniah kaum beriman setelah berikhtiar ialah mengembalikan urusan kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Ali Imran ayat 159 ‘Fa iża azamta fa tawakkal alallāh. Artinya ‘Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah’,” tuturnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.