PWMU.CO– Jaringan Wisata Muhammadiyah menyelenggarakan webinar dengan tema Strategi Pengembangan Pariwisata di Masa Pandemi, Sabtu (21/11/2020).
Acara dibuka oleh Ketua PP Muhammadiyah Dr H Anwar Abbas MM MAg. ”Masalah ekonomi ini berhenti pada kata, tidak mewujud dalam kegiatan yang kongkret. Oleh karena itu dalam diskusi terakhir menginginkan supaya teman-teman yang sebidang yang sejalan supaya mengelompok dan terkoordinasi dalam rangka memajukan ekonomi dan bisnis di Muhammadiyah,” ungkapnya.
Ketika bicara ekonomi di Muhammadiyah, sambung Anwar Abbas, minimal lima hal. Pertama, ekonomi organisasi atau ekonomi persyarikatan. Bagaimana kita bisa memajukan ekonomi persyarikatan.
Kedua, ekonomi dari pengurus. Bagaimana caranya agar ekonomi pengurus tidak terlalu tergantung kepada gajinya tapi ada usaha-usaha yang dilakukan.
Ketiga, ekonomi anggota atau warga. Yang keempat adalah ekonomi umat, yang kelima adalah ekonomi bangsa.
”Jadi kalau ada yang bicara ekonomi di Muhammadiyah ya lima hal tersebut terangkatlah semuanya. Kalau ekonomi organisasi maju ya akan berdampak pada ekonominya pimpinan atau pengurus. Berdampak juga pada ekonominya warga, umat, dan bangsa,” ungkap Anwar Abbas yang juga menjabat Sekretaris MUI.
”Muhammadiyah itu memang sudah maju tapi masih dalam bidang pendidikan dan pelayanan sosial. Muhammadiyah punya universitas yang banyak jumlahnya hampir 170, dan dirasa di dunia belum ada organisasi yang sedahsyat ini yang punya perguruan tinggi sebanyak ini dan belum ada organisasi sebanyak yang kita punya, dan yang punya sekolah sebanyak kita punya,” ujar pria yang juga akrab dipanggil buya.
MEK Harus Diurus Pengusaha
Buya menambahkan, tetapi semua yang kita lakukan itu adalah usaha-usaha yang bersifat nirlaba. Artinya keuntungannya tidak boleh diambil tapi harus diinvestasikan lagi untuk sekolah atau rumah sakit yang bersangkutan.
Kalau seandainya dipergunakan untuk kepentingan lain, nanti oleh badan pemeriksa baik di internal maupun eksternal itu akan jadi masalah. Kalau kita punya perguruan tinggi nanti tim akreditasi akan mengkritik, kenapa Sisa Hasil Usaha dipergunakan untuk yang tidak terkait dengan usaha perguruan tingginya.
”Oleh karena itu di dalam Muktamar Muhammadiyah terakhir di Makassar, kalau selama ini disebut Muhammadiyah ada dua pilar yang sangat menonjol yaitu pilar pendidikan dan pilar sosial atau kesehatan. Maka kita ingin di masa depan kalau disebut nama Muhammadiyah yang terbayang tidak hanya dua itu saja, tapi juga pilar ekonomi dan bisnis.”
Karena itu dia sebagai ketua yang membidangi Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) di PP Muhammadiyah meminta Mohammad Nadjikh yang pengusaha ikan sebagai ketua MEK.
Menurut dia, kritik yang ditujukan Majelis Ekonomi sebelumnya, karena tidak diurus oleh orang yang bukan pengusaha sehingga tak berkembang. Namun sayang M. Nadjikh sudah meninggal dunia saat sedang gencar membangun wirausaha Muhammadiyah.
Dikatakan, membangun dunia usaha tak mudah karena mentality kita sebagian besar adalah employee mentality. Mentalitas karyawan dan sedikit sekali yang punya mentalitas entrepreneur.
”Begitu Pak Nadjikh meninggal, semoga ibadahnya diterima oleh Allah, dicari penggantinya tampaklah dua tokoh yang menonjol yaitu Pak Herry Zudianto dan Bu Nurhayati, pemilik Wardah. Saya belum bicara apa-apa Ibu Nurhayati langsung tunjuk Pak Herry. Saya rasa Pak Herry adalah salah satu dari tokoh ekonomi dan bisnis Muhammadiyah yang berseri-seri memikirkan MEK,” tuturnya.
Karena itu, kata dia, muncul ide supaya ada organisasi atau kelompok bisnis yang seragam seperti Jaringan Wisata Muhammadiyah. (*)
Penulis Syahroni Nur Wachid Editor Sugeng Purwanto