H Astony Mulyo, Berdakwah Memberdayakan Patani, ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan dan Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan 2005-2010
PWMU.CO – Hakikatnya, para pimpinan persyarikatan Muhammadiyah adalah mubaligh. Tentu menjadi mubaligh sebagaimana profesi yang dimilikinya. Sebab menjadi mubaligh tidak harus selalu di atas mimbar. Bisa di mana saja, termasuk di sawah atau di ladang.
Mubaligh yang mengurusi kaum tani ini di Muhammadiyah jumlahnya sangat kecil dibanding dengan bidang yang lainnya, seperti kesehatan, pendidikan, atau ekonomi. Dari yang sedikit ini muncullah H Astony Mulyo yang getol mengurusi pemberdayaan pertanian.
Riwayat Hidup
Astony Mulyo lahir di Desa Majenang, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, 24 April 1964 dari pasangan Katimin dan Yasnik. Kedua orangtuanya adalah petani tulen di desanya. Ia anak keempat dari sembilan bersaudara.
Pendidikan Astony Mulyo dilalui di sekolah dasar di desanya lulus tahun 1976. Kemudian melanjutkan ke SMP Persatuan lulus tahun 1980 dan SMA Persatuan Kedungpring lulus tahun 1983.
Setelah lulus SMA, Astony Mulyo membantu orangtuanya bertani. Tapi kehidupan bertani itu tidak memuaskan batinnya. Dia pun merantau ke berbagai kota seperti ke Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Jakarta.
Astony Mulyo menikah pada pada tanggal 4 Agustus 1988 dalam usia 24 tahun. Ia dijodohkan dengan Muslihah gadis tetangga desa, putri dari Fakih dan Tasmijah. Kedua orang tua Muslihah petani sukses di desanya.
Dari pernikahannya dengan Muslihah dikaruniai dua anak. Yaitu Ika Nur Afnihidayah (almarhumah) dan Baharudin Ahmadi Yusuf.
Aktif di MPM
H Astony Mulyo aktif sebagai anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan periode 2005-2010, yakni pada era kepemimpinan KH Abdul Fatah periode ketiga. Berlanjut pada periode 2010-2015 era kepemimpinan KH Abdul Hakam Mubarok.
MPM merupakan majelis terbaru hasil produk Muktamar Ke-45 Muhammadiyah di Malang yang ber;angsung di UMM, 3-8 Juli 2005.
Majelis ini bergerak pada pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan buruh, tani, nelayan, dan kelompok dhuafa-mustadhafin sebagai pilar strategi gerakan Muhammadiyah.
Lamongan berkali-kali menjadi percontohan MPM Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tidak tanggung-tanggung saat itu Ketua MPM PP Muhammadyah Said Tuhulele bersama timnya datang ke Lamongan. Tim MPM yang dipimpinan Syafi’i Latuconsina melatih pembuatan pupuk kocor dari bahan buah nanas, air tebu, dan kotoran kambing.
Bila ada kegiatan tingkat nasional, MPM PDM Lamongan sering diundang juga. Seperti pelatihan Intregrated Farming (Pertanian Terpadu) atau Temu Tani dan Nelayan Nasional. Selain Astony Mulyo, kegianat tersebut diikuti Malikan Saputra (Sekretaris MPM PDM Lamongan) dan penulis yang waktu itu sebagai Ketua MPM PDM Lamongan 2005-2010.
Pada saat terjadi kelangkaan pupuk. Astony Mulyo diberi tugas MPM PDM Lamongan untuk melobi agen pupuk yang ada di Lamongan dan Gresik. Para agen itu diajak rembukan di Kantor PDM Lamongan agar mempermudah distribusi pupuk untuk sampai ke petani.
Datangkan BJ Habibie
Astony Mulyo yang berpostur tinggi besar seperti tentara dikenal nekat. Untuk mewujudkan keinginannya yang besar, tidak ada kamus tidak bisa dilakukan. Walaupun tidak punya uang, itu tidak menghalangi niatnya. Jalan kaki berkilo-kilo pun pernah ditempuhnya.
Ia tidak takut kelaparan. Astony Mulyo berprinsip selama ia bernafas pasti Allah SWT memberikan kemudahan. Sehingga ia sering mendapat pertolongan.
Suatu hari Astony Mulyo menghadap Bupati Lamongan Mohammad Faried untuk menyampaikan hasil pertemuan dan rencana kunjungan Menristek BJ Habibie ke Lamongan. Tetapi ia ditolak ajudan untuk ketemu bupati.
Ajudan Bupati Mohammad Faried tidak percaya Astony Mulyo bisa mendatangkan Menristek BJ Habibie ke Lamongan. Ia pun sesumbar. “Kamu dan Bupatimu pasti menyesal,” ancam Astony Mulyo seperti diceritakan pada penulis saatdi Kantor PDM Lamongan
Bagaimana Antony Mulyo sampai bisa akan mendatangkan BJ Habibie? Ceritanya, pada tahun 1992, di Jakarta dia bertemu dengan Parni Hadi dan Haidar Bagir, pendiri Dompet Dhuafa dan Republika.
Astony Mulyo orangnya nekat. Mula-mula dia ke Kantor Dompet Dhuafa. Kemudian ke Kantor Republika. Dia menyampaIkan ide-ide segarnya. Parni HadI Pun tertarik. Ia diberi sangu dan dijadikan narahubung Dompet Dhuafa Jakarta, Jatim, dan Lamongan. Akhirnya ia dipercaya sebagai Ketua Dompet Dhuafa Lamongan.
Dari situlah Antony Mulyo bisa menemui BJ Habibie. Suatu kesempatan ia diantar Parni Hardi menghadap BJ Habibie untuk menyampaikan ide dan gagasannya soal pertanian.
Pada tahun 1993 Menristek BJ Habibie akhirnya bisa hadir di Lamongan. Tepatnya di kompleks Waduk Gondang Sugio untuk panen raya. Kedatangan B Habibie ini membuat Buat Lamongan eminta maaf pada Astony Mulyo. Sejak itu dia pun akhirnya diterima secara terbuka di Pemkab Lamongan.
Soal kedatangan B Habibie itu juga menjadi kenangan H Subagio Rahman—Bendahara PDM Lamongan. “Saya teringat dengan Mas Astony saat mau kedatangannya Pak Habibie. Suwengi tet (semalam suntuk) di rumah saya nungguin telepon karena saat itu telepon dan fax-nya ditujukan dengan nomor rumah/toko saya. Tengah malam dapat telepon plus fax langsung bakda Subuh diajak ke BRI Sepanjang ambil dananya untuk kunjungan itu,” ungkapnya.
Ujian dan Kegigihannya
Kehidupan Astony Mulyo penuh dengan ujian.
Kegigihannya membela kaum dhuafa hampir merengut nyawanya. Suatu hari saat perjalanan dengan naik motor ia dihadang orang dan hendak dibunuh.
Ia dibacok di bahu dan kepalanya. Atas izin Allah, Astony Mulyo tidak sampai luka parah. Tapi urusan pun sampai ke pihak berwajib. Kejadian ini seperti direncanakan oleh orang-orang yang tak suka akan perjuanganya mengentas petani cilik. Sebab sebelumnya Astony Mulyo selalu lantang menentang para lintah darat yang mencekik para petani.
Dia juga pernah diuji Allah dengan musibah kecelakaan merengut putrinya: Ika Nur Afnihidayah. Kejadian itu berlangsung tahun 2010 saat Ika masih kuliah semester V di Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Ia terlindas truk di dekat Stadon Surajaya Lamongan saat hendak kembali ke Surabaya setelah menengok orangtuanya.
Astony Mulyo dikenal sebagai pribadi yang sangat disiplin dan tegas. Ia tidak pernah terlambat untuk suatu kegiatan atau menepati janji.
Suatu hari ia berjanji ketemu penulis jam lima pagi untuk membicarakan kegiatan MPM PDM Lamongan. Ternyata sebelum Subuh ia sudah sampai di depan rumah.
Menurut Muslih Asnawi—rekannya di MPM PDM Lamongan, Astony Mulyo orangnya jujur, tegas, dan keras. Ia tidak mau mundur sekalipun harus menabrak dinding kalau dia meyakini apa yang dilakukannya itu benar.
“Orangnya sangat memegang kuat prinsip. Kekurangannya adalah dalam perjuangan kurang memiliki fleksibilitas dan kelenturan. Sehingga banyak yang kurang senang kepadanya,” jelas Muslih Asnawi yang pernah menjabat anggota DPRD Lamongan 1999-2004
Sementara itu menurut Muslihah, suaminya adalah sosok yang tangguh, gigih, dan sangat sederhana. Walau dibenci atau dimusuhi sebagian orang, ia tak susut sedikit pun dalam perjuangannya.
“Ia tetap maju memperjuangkan keyakinannya. Yang ia butuhkan adalah dukungan istrinya,” jelas wanita yang telah mendampingi Astony Mulyo selama 28 tahun.
Ide Kas Masjid untuk Pemberdayaan Petani
Astony Mulyo yang telah melaksanakan ibadah haji tahun 2000 itu mempunyai ide dan gagasan untuk memberdayakan petani masjid. Ia mengharapkan uang kas masjid yang disimpan takmir tidak mandek. Peruntukannya juga tidak hanya untuk masjid saja.
Menurutnya, uang kas itu harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan petani yang berjamaah di masjid. Caranya setiap masjid membentuk kelompok tani masjid. Mereka dipinjami uang kas untuk membeli pupuk atau bibit. Kalau sudah panen uangnya dikembalikan.
Untuk merealisasikan idenya ini ia meminta rekomendasi ke Dewan Masjid Indonesia (DMI) Lamongan, Jatim, bahkan sampai ke Jakarta. Astony Mulyo juga meminta dukungan PDM Lamongan. Bahkan beberapa Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Ranting ia kunjungi.
Ide tersebut berhasil memperoleh rekomendasi dari DMI. Sayangnya belum sempat terealissi karena dia sudah wafat.
setelah beberapa lama dirawat di RS Muhammadiyah Lamongan, Astony Mulyo wafat pada 24 Desember 2016 di usia 52 tahun. Dia dikebumikan di Makam Islam Desa Majenang, Kedungpring, Lamongan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.