Antara Covid-19 dan Dajjal, ditulis oleh Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo.
PWMU.CO – Keberadaan al-Masih al-Dajjal (Dajjal) itu bisa dianalogkan dengan bangkai. Sekalipun bangkai itu tersembunyi tetapi ada tanda-tanda yang bisa dikenalinya. Semakin dekat dengan keberadaan bangkai, tandanya semakin kuat dan banyak.
Tanda pertama-tama pada bangkai adalah bau khasnya. Hidung yang waras pasti tahu tentang bau bangkai. Karena tidak mungkin bangkai berbau bakaran sate. Semakin dekat dengan keberadaan bangkai maka baunya semakin tajam menyengat.
Efeknya juga semakin kuat. Jika semula dari jauh tidak perlu menyumbat hidung, tapi ketika semakin dekat harus menutup hidung. Semakin dekat lagi harus pakai masker yang tebal. Ditambah barang berbau menetralisasi bau bangkai seperti kapur barus, bubuk kopi. Bisa jadi semakin dekat orang akan mual dan muntah, bahkan sampai pingsan.
Tanda lain misalnya akan ada burung pemakan bangkai seperti burung gagak, burung nazar. Adanya semut yang bergerak dari arah dan menuju bangkai. Adanya kerumunan lalat. Adanya gerombolan set. Jika di hutan bisa juga ada anjing hutan, hyena. Bisa juga dengan tanda suara seperti riuhnya burung, dengung serangga dan binatang lain pemangsa bangkai.
Tanda-tanda secara alamiah itu merupakan ayat-ayat (tanda kebesaran) Allah. Disebut ayat kauniyah, fenomena alam. Tanda-tanda itu hampir selalu saling berkaitan.
“Sungguh pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang beriman. Dan pada penciptaan dirimu dan pada mahluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran (di bumi) terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) untuk orang yang meyakini.” (al-Jasiyah 3-4).
Babak Terakhir
Demikian pula Dajjal. Semakin dekat dengan dimunculkannya subjek ini oleh Allah Sang Maha Sutradara, semakin banyak dan jelas pula tanda-tandanya. Dimunculkannya Dajjal adalah babak terakhir sejarah perjalanannya, sekaligus babak akhir sejarah umat manusia. Karena setelah Dajjjal tewas, akan disusul kiamat.
Ada tiga babak sejarah Dajjal. Pertama, Dajjal dibelenggu di sebuah reruntuhan kuil (rumah ritual) di sebuah pulau (hadits Tamim ad-Dari). Pulau itu menurut pendapat eskatolog Islam dunia Syekh Imran Hosein adalah Inggris.
Babak kedua, setelah dilepas (Rasulullah bermimpi melihat Dajjal thawaf di Kakbah). Dajjal akan beroperasi secara gaib untuk menjalankan misi pertamanya yaitu menyebar fitnah (ujian) terbesar dalam sejarah umat manusia. Termasuk mengaku sebaga tuhan. Dia akan membuat manusia menjadi hambanya. Agar manusia seperti dirinya.
Dia memenuhi dunia ini dengan kepalsuan, kebohongan, penipuan. Menjadikan dunia sungsang bawana balik (dunia terbalik) dalam arti nilai-nilainya. Yang benar jadi salah, yang salah jadi benar. Dusta di balik jadi amanah, amanah dibalik jadi dusta.
Menjadikan zaman gelap. Bukan dunianya yang gelap tetapi matahati buta sehingga tidak bisa lagi membedakan kebenaran dan kepalsuan.
Beroperasi secara gaib itu antara lain dia akan mempengaruhi mind set, pola pikir manusia. Dia dibantu pasukannya yang disebut al-jassasah (spionase) yang uga misterius. Ditambah kalangan jin kafir.
Ahmad Thomson, pakar eskalogi dari Inggris mengatakan, Dajjal memiliki tiga sisi. Yaitu, Dajjal sebagai oknum. Dajjal sebagai fenomena sosial budaya global. Dan Dajjal sebagai kekuatan gaib.
Pada babak ketiga (terakhir) dia dimunculkan oleh Allah dengan tambahan misi kedua yaitu menjadi Messiah atau Messias atau Isa al Masih Palsu. Dajjal akan mencoba menjadi penguasa dunia di atas singgasana Kaisar sekaligus Nabi Sulaiman, kaisar dunia, dengan kedudukan di Yerussalem. Tapi pasti gagal karena Allah mengabulkan doa Sulaiman bahwa tidak ada kekuasaan yang melebihi Sulaiman. (Shad 35).
Misterius
Virus Covid-19 adalah mahluk yang sangat lembut yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Harus dengan alat khusus. Mereka adalah mahluk bernyawa. Dengan demikian, virus ini sebenarnya juga ayat Allah. Syarat untuk memahami ayat-ayat Allah itu haruslah beriman, berkeyakinan. Dan orang yang berpikir atau mau mengerti (ayat 5).
Pertanyaannya, apakah fenomena Covid-19 memiliki persamaan atau kemiripan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat Dajjal? Jawabannya tegas: insyaallah ya. Selebihnya Rabbi a’lam (Tuhan yang lebih tahu).
Pertama, misterius. Covid-19 tidak gegabah jika dikategorikan mahluk misterius. Sampai sekarang tidak tahu bagaimana dia terjadi dan berkembang. Muncul pertama kali di Wuhan, China pada Desember 2019. Tapi yang menjadi pertanyaan apakah lahir atau mengalami mutasi pertama kali di Wuhan? Jika virus itu bersumber dari kelelawar, pertanyaannya kelelawar yang mana?
Virus ini natural atau hasil rekayasa genetika manusia. Banyak yang mengatakan itu virus kelelawar yang bermutasi secara alamiah. Belakangan muncul kabar bahwa binatang ceperlai juga penyebar atau tempat mutasi Covid-19. Namun Syekh Imran Hosein menduga, virus ini merupakan hasil produksi rekayasa genetika yang dikendalikan oleh Dajjal (sistem Dajjal).
Presiden AS Trump menuduh virus ini dari laboratorium di Wuhan. Maka dia menyebut China virus. Tentu saja China membantah dan ngamuk. Bahkan sempat menuduh bahwa virus ini sengaja disebar melalui tentara AS yang berkunjung ke Wuhan.
Kalau melihat catatan sejarah AS, spekulasi bahwa virus ini bermula justru dari AS agak nyerempet akal. Akhir-akhir ini AS terseok-seok bersaing dengan China. Muncul spekulasi, virus Covid-19 ini merupakan “senjata biologi” untuk memaksa China bertekuk lutut tanpa syarat. Kalau sekarang justru AS yang paling parah terkena pademi Covid-19 boleh dibilang senjata makan tuan. Ngundhuh wohing pakerti.
Saat frustrasi melawan Jepang di Perang Dunia II, AS menggunakan senjata pemusnah massal yang namanya bom atom di dua kota Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki.
Menuduh Presiden Irak Saddam Hussein memproduksi senjata pemusnah massal berupa senjata kima dan biologi. Nyatanya semua itu nihil belaka. AS yang sesungguhnya produsen senjata pemusnah massal. Hanya alasan untuk memperkuat posisi Presiden Bush dalam politik domestik. Dan alasan menyerang Irak untuk menguasai sumber energi minyak dan mencekeramkan despotisme politiknya di kawasan Timur Tengah.
Menuduh Al-Qaeda Usama bin Laden sebagai dalang pemboman WTC. Sebagaimana ditulis dalam buku How Democracies Die, rakyat Amerika sendiri belakangan mulai curiga jangan-jangan dilakukan AS sendiri untuk kepentingan politik domestik rejim.
Kebiasaan AS itu membolak-balik kebenaran. Imam Khomeini, Bapak Revolusi Islam Iran, menjuluki AS sebaga setan besar.
(Saya mengungkap spekulasi ini dengan risiko bisa dituding antek China).
Masih banyak pertanyaan sekitar Covid-19 yang sampai sekarang belum terjawab secara sahih. Kalaulah dijawab, biasanya jawabannya bermacam-macam. Tidak jelas antara hasil penelitian, spekulasi, hipotesis, pra keyakinan, bahkan rumor dan hoax. Batasannya sangat kabur antara informasi, disinformasi, misinformasi, dan malainformasi.
Yang pasti, apakah Covid-19 ini bersifat alamiah atau hasil rekayasa genetika, bisa terjadi atas ijin Allah. Semua yang terjadi di dunia ini pasti atas ijin Allah.
Jazad
Walhasil awal sejarah virus ini misterius. Gelap. Proses berkembangnya juga misterius. Bagaimana akhirnya juga misterius. Sampai sekarang tidak ada yang memastikan kapan pandemi ini berakhir. Tidak ada yang menjamin seandainya vaksin sudah ditemukan, pandemi Covid-19 ini habis.
Apalagi sejauh ini produsen vaksin tidak ada yang berani menjamin produknya manjur 100 persen. Rata-rata memasang tingkat kemanjuran 95 persen. Yang menjadi pertanyaan, lima persen itu faktual atau ruang untuk ngeles jika vaksinnya tidak manjur.
Apakah Dajjal misterius? Jawabnya: sangat misterius. Allah memberi informasi secara simbolis kemesteriusan Dajjal dengan menyampaikan secara implisit di al-Quran. Dia berada secara tersembunyi di Quran Surah al-Kahfi ayat 1-10. Nabi Muhammad dawuh, agar selamat dari fitnah Dajjal maka hafalkan Kahfi 1-10.
Petunjuk Nabi itu bisa dipahami secara luas. Misalnya, Dajjal adalah pembohong kelas tinggi. Pemahaman lain, ketika datang fitnah Dajjal hanya satu yang bisa dijadikan pegangan hidup yaitu Quran, kitab yang tidak bengkok (al-Kahfi ayat 1).
Bisa juga sebagai tanda kemesteriusan Dajjal adalah Allah tidak langsung menyebut namanya al-Masih al-Dajjal melainkan dengan istilah jazad. Syekh Imran Hosein menunjuk Quran Surah Shad ayat 34. Sekaligus ayat itu sebagai petunjuk bahwa Dajjal diberi misi oleh Allah untuk menjadi al-Masih palsu. Yaitu menjadi khilafah di Yerusalem seolah sebagai penerus kekhilafahan Sulaiman. Tapi tidak bisa karena Allah sudah mengabulkan doa Sulaiman agar tidak ada penerus kekhilafahannya. (Shad 35).
Membutuhkan Penafsiran
Dalam konteks misteriusnya itulah, maka hampir seluruh hadits tentang Dajjal bisa dikategorikan mutasyabihat. Masih membutuhkan penafsiran. Tentang postur fisik Dajjal saja ada yang seperti digambarkan dalam hadits Tamim al-Dari. Berbeda dengan yang digambarkan dalam mimpi Rasulullah.
Bahkan Rasulullah juga memberi perhatian ketika para syahabat mencurigai Abu Shayyad sebagai Dajjal. Padahal Abu Shayyad tidak buta sebelah, di dahinya tidak ada huruf KFR tapi mengapa Rasulullah tidak langsung mementahkan? Bahkan memberi jawaban yang tidak pasti ketika Umar bin Khttab hendak membunuh Abu Shayyad. Rasul dawuh, jika dia benar-benar Dajjal maka Umar tidak akan bisa mengalahkannya karena bukan tandingannya. Jika ternyata bukan Dajjal, Umar berdosa besar membunuh orang.
Intinya, postur Dajjal itu harus dipahami secara simbolik. Bukan harfiah, tekstual. Dan dalam memahami Dajjal harus mengikuti petunjuk Rasulullah karena sesuai dawuh Nabi, tidak ada orang yang paham tentang Dajjal lebih dari beliau.
Ikuti petunjuk Rasulullah agar selamat dari fitnah Dajjal. Yaitu, hafalkan 10 pertama atau 10 terakhir Surat al-Kahfi. Baca doa minta perlindungan di akhir tasahud akhir.
Di samping ciri misterius, ada titik singgung kemiripan dan kesamaan Dajjal dengan Covid-19. Antara lain, munculnya pandemi hoax, jagat terbalik (sungsang bawana balik), stay at home, Dajjal punya gunung roti, dan lain-lain yang insyaallah diuraiakan lebih jauh lagi.
Rabbi a’lam (Tuhan lebih tahu). (*)
Sidoarjo, 1 Desember 2020
Editor Mohammad Nurfatoni.