Harga Nyawa Murah di Sini oleh Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-Betapa mahalnya sebuah nyawa. Perlu pasukan khusus untuk menyelamatkan si bungsu Ryan. Dipimpin Kapten John H. Miller. Dia memilih enam orang pasukan khusus. Misi utamanya menyelamatkan Ryan yang ketiga saudaranya sudah terbunuh di peperangan invasi Normandia dan Perang Dunia Kedua.
Jenderal George Marshall langsung memerintahkannya. Miller harus bisa menyelamatkan prajurit James Francis Ryan ke pangkuan ibunya di Amerika, setelah tiga saudaranya terbunuh dalam peperangan ini.
Film Saving Private Ryan garapan Steven Spielberg ini menggambarkan betapa mahal sebuah harga nyawa demi kebahagiaan seorang ibu yang ketiga anaknya mati dalam perang. Maka si bungsu harus segera ditarik dari medan tempur. Demi sang ibu. Betapa mahalnya nyawa seorang anak manusia. Betapa kuat hubungan ibu-anak, hingga diperjuangkan dengan begitu gigihnya.
Betapa mahalnya sebuah nyawa. Mary Jane, seorang buruh migran Filipina yang tertangkap membawa narkoba 2,5 kg dan dijatuhi hukuman mati, terus diusahakan oleh pemerintahnya agar mendapat pengampunan.
Pengacaranya mendatangi kantor staf presiden bersama jaringan buruh Migran Indonesia, Migrante. Untuk apa semuanya itu? Agar Mary Jane urung dihukum mati. Betapa mahalnya sebuah nyawa. Sebelumnya, ibu dan ayahnya bersama dua anak Mary Jane menjenguknya di Nusakambangan. Betapa kuatnya hubungan darah orang tua dengan anaknya.
Prabowo juga pernah dipuji-puji karena menyelamatkan Wilfrida, seorang buruh migran asal Belu NTT yang terancam hukuman mati karena membunuh majikannya di Malaysia. Mendengar itu, Prabowo Subianto langsung terbang menemuinya di penjara Kota Bharu, Kelantan. Usai itu, Prabowo langsung melobi PM Malaysia Najib Razak (waktu itu). Berhasil. Wilfrida selamat. Betapa mahalnya sebuah nyawa hingga pemimpin eksekutif tertinggi pun harus dilobi.
Nyawa 6 Laskar FPI
Begitu juga nyawa enam anggota laskar FPI yang meninggal karena tertembak saat mengawal Habib Rizieq Shihab. Nyawa tetaplah nyawa, mahal harganya. Sama halnya dengan nyawa Ryan, Wilfrida, dan Mary Jane. Ada keluarga, ada ibu-bapaknya. Mereka menangisinya.
Apalagi jika benar menurut versi jubir FPI Munarman, mereka hanya mengawal Habib Rizieq Shihab menuju pengajian keluarga tanpa membawa senjata apa pun sebagaimana ketentuan jadi anggota FPI yang tertulis di kartu anggotanya. Tapi di konferensi pers, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran menunjukkan dua pucuk senpi dan tiga senjata tajam.
Memang terlalu beda antara versi polisi dengan FPI. Polisi mengatakan mobilnya dipepet, lalu ditembaki. FPI lain lagi. Mereka menunjukkan rekaman para pengawal itu yang antara lain. ”Ya Allah, kami dipepet tiga mobil, ya Allah semoga IB selamat ya Allah,” bunyi salah satu voice note-nya.
Lainnya berbunyi,”Demi Allah kami tak bersenjata apa pun,” bunyi voice note lainnya yang juga terdengar bunyi rintihan.
Versi polisi ada baku tembak. Versi FPI? ”Baku tembak itu saling tembak? Bagaimana menembak kita tak bawa senjata apa pun. Yang jelas, enam laskar kami itu dibawa ke suatu tempat dan dibunuh di sana,” kata Munarman.
Sebagai sesama muslim banyak yang memprihatinkan peristiwa ini. Buktinya, beberapa kawan mengabarkan masjidnya melaksanakan shalat ghaib untuk enam laskar tersebut. Saya pun menshalatinya. Mendoakannya. Itulah kewajiban kifayah saya sebagai sesama muslim. Ryan, satu nyawa saja dipertahankan begitu rupa. Nyawa, betapa mahalnya. Semoga ini terakhir kalinya. Salam!
Editor Sugeng Purwanto