PWMU.CO – Berorganisasi perlu perhatikan empat hal, yaitu menata niat, memantapkan keyakinan, memupuk kepedulian, dan harus saling bersinergi.
Demikian yang disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nadjib Hamid MSi, dalam Kajian Ahad Malam Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo, Ahad (6/12/20).
Dalam kajian virtual bertema Trik agar Kita Tetap Semangat Berorganisasi di Muhammadiyah tersebut, Nadjib menjelaskan, agar niat berorganisasi ditata sejak awal. “Jadi yang pertama yang mesti kita tanamkan dan tancapkan adalah niat. Sebenarnya kita berorganisasi, wabil khusus di Muhammadiyah itu niatnya apa. Itu memengaruhi perilaku berikutnya,” ujarnya.
Berorganisasi di dalam Muhammadiyah, kata Nadjib, harus diyakini untuk melaksanakan perintah Allah. “Bahwa berorganisasi atau bermuhammadiyah itu adalah dalam rangka melaksanakan perintah agama, maka pasti harus ikhlas karena Allah, menjalankan perintah agama,” tutur suami Luluk Humaidah tersebut.
Mengapa niat ini menjadi paling utama? Menurutnya karena dalam berorganisasi itu ada dinamikanya. Lebih khusus di Muhammadiyah, dinamikanya itu dialami oleh mereka yang aktif. Bagi yang tidak aktif biasanya perilakunya berbeda. “Saya sering menyampaikan di forum-forum pimpinan pengajian, jika di Muhammadiyah itu unik,” kata Nadjib.
Dia melanjutkan, mereka yang aktif itu biasanya lebih sering kelihatan tampak melakukan kesalahan. Orang yang aktif itu lebih tampak salahnya. Sebaliknya yang tidak tampak aktif tidak kelihatan salahnya.
“Maka saya mengambil kesimpulan, orang yang suka cari salah bagi aktivis itu adalah mereka yang tidak aktif. Karena yang sudah aktif tidak berkesempatan lagi mencari salah-salah orang lain, waktunya habis untuk aktif mengurus banyak hal,” ungkap ayah tiga anak itu.
Menata niat dari awal, bahwa bermuhammadiyah ini dalam rangka melaksanakan perintah agama. Hal itu nanti berdampak pada perilaku berikutnya. “Agar tahan uji, tidak mudah ngambek, mogok, mutung, karena dirasani atau dikritik sana-sini,” paparnya menyampaikan materi berorganisasi perlu trik agar tetap semangat.
Memantapkan Keyakinan
Yang kedua, lanjut Nadjib, harus punya kemantapan dan keyakinan bahwa bermuhammadiyah atau berorganisasi itu memudahkan urusan dan memperluas jejaring. “Jangan dibalik, hal-hal sederhana jadi sulit. Karena harus dibicarakan banyak orang dan lain sebagainya,” kata pria kelahiran Paciran, Lamongan tersebut.
Berorganisasi, sambung dia, harusnya membuat urusan jadi mudah, karena yang menangani banyak orang. Betapapun kadang mengalami perlambatan, misalnya dalam hal pengambilan keputusan, berorganisasi dan berurusan pribadi itu hal yang berbeda.
“Urusan pribadi biasanya bisa cepat, tapi kalau berorganisasi harus menjalani proses yang panjang. Belum tentu yang kita kehendaki bisa menjadi keputusan bersama. Oleh karena itu, butuh kesabaran,” jelas Nadjib.
Tapi jika yakin kalau berorganisasi itu memudahkan, maka itu akan enak. “Kita biasanya dapat pelajaran organisasi dari para guru kita, bahwa suatu yang ditanggung bersama itu lebih ringan. Juga memperluas jejaring. Karenanya kalau ada orang berorganisasi mbulet saja, yang diurusi dan orang-orangnya itu saja, tidak ada perluasan jejaring, pasti berorganisasinya tidak bisa menggembirakan,” ujar Nadjib.
Dia lalu memberi contoh nyata, bagaimana jejaring bisa memudahkan dalam banyak hal, termasuk saat proses kepulangannya dari NTB, usai menerima kabar wafat sang ibunda.
“Karenanya kita harus yakin, dengan berorganisasi itu memudahkan urusan dan memperluas jejaring. Karenanya, berorganisasi harus ke sana. Selain niat karena perintah melaksanakan agama, ini bisa membantu memudahkan urusan dan menambah jejaring yang luas,” ungkapnya.
Belajar Komunikasi Sosial
Hal yang ketiga, kata Nadjib, berorganisasi mengajari memupuk kepedulian. Menjadikan lebih peka dibanding mereka yang tidak pernah berorganisasi. “Kita lebih peduli, dibandingkan yang tidak pernah ikut. Juga kita belajar komunikasi sosial, karena di dalam berorganisasi itu terdapat aneka orang dengan latar berbeda-beda. Kita dipaksa untuk belajar komunikasi sosial. Maka kita bisa melihat orang yang aktif berorganisasi maupun tidak itu berbeda cara komunikasi sosialnya. Juga lebih peka, jika terjadi problem-problem sosial di sekitarnya,” jelas dia.
Hal yang keempat, lanjut Nadjib, adalah pentingnya sinergi dan tidak nafsi-nafsi. “Saya sering menjumpai, ada orang yang berorganisasi tapi segalanya dipikir sendiri, padahal berorganisasi itu kan bersinergi. Maka seyogyanya, berorganisasi itu segala hal yang tidak dapat ditangani di tingkat itu, misalnya problem di tingkat ranting atau cabang, maka kita bisa melibatkan berbagai level untuk bisa mengatasi problem di bawahnya,” paparnya.
Bukan Yayasan
Maka, kata dia, berorganisasi di Muhammadiyah itu berbeda dengan yang ada di yayasan. “Kalau di yayasan itu kalau ada problem, ya problem di yayasan itu. Tapi kalau berorganisasi di Muhammadiyah kan luas. Dalam berbagai level itu. Maka seyogyanya, urusan-urusan kesulitan di tingkat ranting ya kalau bisa dibantu di tingkat cabang, jika tidak bisa maka dibantu tingkat daerah dan seterusnya. Itulah gunanya berorganisasi. Jangan sampai misalnya, ada problem di tingkat ranting gagal atau tidak kunjung rampung, level atasnya tidak peduli atau tidak mengerti. Padahal berorganisasi itu bersinergi,” tutur Nadjib.
Karena itu, sambungnya, jangan sampai ada pikiran, misalnya, kemajuan di satu cabang atau ranting hanya dinikmati oleh ranting itu sendiri, tanpa peduli dengan tempat yang lain yang sedang merasakan kesulitan-kesulitan. “Karena kita ini berorganisasi, bersinergi. Sehingga, jika konsep itu diterapkan maka berorganisasi dalam rangka bermuhammadiyah itu sebenarnya bisa menjadi lebih mudah menyelesaikan urusan. Lebih gampang mengomunikasikan problem-problem di tingkat bawah,” kata dia.
Kalau berorganisasi kemudian tidak saling peduli, maka ada salah konsep dalam praktik dalam berorganisasi. Kalau berorganisasi itu egois, ini miliknya ranting, ini milik cabang, ini milik daerah, itu cara berpikir yayasan, nafsi-nafsi.
“Nah, di Muhammadiyah seyogyanya bukan seperti itu. Sehingga saya bilang, bermuhammadiyah itu sejatinya harus bergembira. Karena dari berbagai sisi, kita ini tidak punya alasan bersedih. Niat ikhlas karena Allah melaksanakan perintah agama, berorganisasi hal sulit jadi mudah,” tandas Nadjib.
Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.