Jihad Agung ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Jihad Agung ini berangkat dari hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Majah.
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ قَالَ : إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الْجِهَادِ كَلِمَةَ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِر. هذا حديث حسن غريب, أخرجه أحمد و ابن ماجه وقال إسناده صحيح
Dari ‘Abu Sa’id al Khudriy bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya termasuk dari jihad yang agung adalah menyampaikan kalimat yang benar kepada pemimpin yang zalim.”
A’dhamul Jihad
A’dhamul jihad adalah jihad yang besar atau jihad yang agung. Dalam hadits di atas yang termasuk jihad yang agung adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim atau sewenang-wenang. Jihad ini dikatakan sebagai jihad yang agung karena pasti akan memiliki sebuah risiko, karena yang dihadapi adalah seorang penguasa yang lalim
Kebenaran Pasti Bernuansa Keadilan
Dalam hadits yang lain juga disebut sebagai afdlalul jihad atau seutama-utamanya jihad. Kalimat al-adl juga disebut al-haq yakni kebenaran. Setiap kebenaran pastilah mengandung keadilan, dan keadilan pastilah sebagai kebenaran.
Maka haq dan adil merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tidak mungkin ada yang dikatakan kebenaran tidak mengandung keadilan, dan tidaklah keadilan pasti itulah kebenaran. Dua-duanya menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Dengan demikian, untuk menimbang apakah apa yang dilakukan itu adalah kebenaran atau sebaliknya, maka dapat dilihat apakah hal tersebut bernuansa keadilan atau tidak. Jika bernuansa keadilan maka pastilah sebagai kebenaran.
Dan sebaliknya jika tidak bernuansa keadilan, dan hukum menjadi tumpul ke atas dan hanya lancip ke bawah, atau hukum hanya lancip bagi kaum Muslimin sementara tumpul bagi selain Muslim, maka dapat dipastikan itu adalah kemungkaran. Sekalipun yang membela adalah orang-orang yang dianggap sebagai tokoh umat.
Sifat kebenaran yang tidak berlaku adil bagi semuanya tanpa kecuali adalah kebenaran semu. Dan semua pembelaan kepada yang bertindak demikian adalah menodai atau mencederai nilai keadilan itu sendiri, sekalipun bagi yang dibela mereka adalah sebagai pahlawan.
Karena dinggap sebagai aktifitas yang cinta kesatuan dan persatuan. Begitulah mereka berkesimpulan, sehingga yang menentangnya dianggap sebagai yang sebaliknya, yaitu tidak cinta perdamaian dan persatuan.
Tanggung jawab pemimpin
Maka menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim adalah jihad yang agung dan utama. Karena bagaimanapun seorang pemimpin adalah panutan umat. Apa yang dikatakan oleh seorang pemimpin akan memiliki dampak yang luas bagi masyarakatnya. Baik dampak positif maupun negatif.
Dan yang berbahaya adalah jika dampak tersebut adalah negatif, karena pasti akan merugikan bagi masyarakatnya. Maka pemimpin bukanlah sekadar memimpin asal roda pemerintahan berjalan, akan tetapi mestinya ada perubahan yang signifikan demi kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya.
Pemimpin yang dimaksud bukan hanya pemimpin negara. Akan tetapi semua pemimpin termasuk organisasi massa ataupun organisasi politik. Baik lingkup kecil maupun lingkup yang besar, baik hanya skala kecil maupun skala nasional.
Jika tidak mampu memakmurkan umatnya dan hanya bisa memperalat masyarakat pendukungnya untuk kepentingan kelompok kecil dalam organisasinya, maka dapat dikatakan mereka termasuk pemimpin yang tidak amanah, atau berarti khianat.
Maka sungguh tidak mudah mendapatkan amanah menjadi pemimpin. Dan tanggung jawab di akhirat sangatlah berat karena menyangkut nasib banyak orang. Maka bagi mereka yang paham, hampir semuanya tidak akan mau menjadi pemimpin.
Tanggung Jawab setiap Mukmin
Hadits di atas juga berarti memberikan dorongan kepada umat untuk tidak kehilangan daya kritisnya. Bagaimanapun sebagai pribadi, setiap umat haruslah tetap mengemban misi dakwah amar malruf dan nahi mungkar, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
Tugas ini ada di pundak setiap mukmin tanpa kecuali. Dan bahkan dalam hadits yang lain hal ini sebagai tanda seberapa kuatnya keimanan pada diri kita, semakin tidak peduli maka menunjukkan semakin lemahnya iman.
Daya kritis menjadikan setiap pemimpin yang beriman akan berterima kasih karena masih ada yang menegurnya. Dan menerima nasihat atau teguran dan bahkan kritik merupakan tanda dalam jiwanya masih bersemayam nilai keimanan, akan tetapi jika semakin menjadi-jadi kezalimannya maka hal itu menunjukkan semakin jauhnya ia dari nilai keimanan. Jika kebenaran semakin dibungkam maka suatu saat pasti ia akan melawan, karena hal itu merupakan fitrah dari kebenaran itu sendiri.
Akan tetapi dalam menyampaikan kebenaran kepada pemimpin juga ada etika yang harus dilakukan, sehingga dapat diterima dengan baik. Tidak diperkenankan mempermalukannya di depan umum atau khalayak ramai.
Dan jika sudah tidak lagi menghiraukan lagi terhadap nasihat dan bahkan peringatan, maka bisa jadi seorang pemimpin akan mendapatkan tekanan untuk sebaiknya turun saja dari jabatannya, karena resiko persatuan umat menjadi taruhannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 12 Tahun ke-XXV, 11 Desember 2020/25 Rabiul Akhir 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.