PWMU.CO– Mimpi bertemu Nabi ada banyak hadits sahih yang meriwayatkannya. Dalam hadits-hadits itu disebutkan bahwa siapapun yang mimpi bertemu Nabi, maka sungguh orang itu telah melihat Rasulullah sebab setan tak mampu menyerupainya.
Namun ada kecaman serius dari Rasulullah bila mengaku-ngaku bertemu dengannya dalam mimpi. Barangsiapa yang berdusta, kata Nabi, orang itu telah mengambil tempat duduk di neraka.
Menanggapi hadits tersebut, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ajengan Wawan Gunawan Abdul Wahid menyatakan, orang yang bertemu dengan Rasulullah dalam mimpi merupakan anugerah dari Allah swt. Tapi, ujar ajengan asal Garut ini, pengalaman tersebut tidak perlu disampaikan kepada publik lantaran dikhawatirkan menimbulkan pemahaman yang lain.
”Biasanya Muhammadiyah tidak membahas perihal yang seperti itu. Karena dikhawatirkan menimbulkan pemahaman yang lain. Misalnya itu terjadi, orang Muhammadiyah tidak terbiasa mengungkap hal itu,” tutur dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini, Rabu (16/12), seperti dimuat muhammadiyah.or.id .
Kesadaran Irfani
Ajengan Wawan menjelaskan, pertemuan seseorang dengan Rasulullah dalam sebuah mimpi merupakan pertanda dari penghayatan religius dan bagian dari kesadaran irfani. Ia juga menuturkan, ulama besar sekelas Ahmad Dahlan pasti pernah merasakan pengalaman tersebut, namun dirinya memilih untuk tidak menyampaikannya pada khalayak ramai.
”Tidak mungkin Ahmad Dahlan tidak mengalami mimpi tersebut. Siapa yang meragukan kesalehan beliau? Tapi beliau lebih memilih untuk diam dan tidak menceritakannya kepada siapapun,” katanya.
Kalaupun seseorang pernah mengalami mimpi itu, sambung Ajengan Wawan, silakan saja ceritakan. Hanya saja jika mencermati ulama-ulama Muhammadiyah, mereka tidak memiliki kebiasaan untuk mengumbar pengalaman tersebut.
Baginya menahan diri untuk tidak menceritakan mimpi yang seperti itu merupakan satu sikap ketawadhuan. ”Ketika tidak menceritakan mimpi bertemu Nabi, itu bagian dari ketawadhuan, dirinya ingin memperkaya batin religiusnya,” tambahnya.
Ajengan Wawan juga menuturkan, mimpi seseorang dengan Nabi bisa dialami oleh siapapun. Dalam kegelapanpun masih ada kesalehan, sehingga mereka memiliki potensi untuk bertemu Rasul dalam mimpi. ”Apalagi orang saleh. Orang yang bertemu rasul dalam mimpi itu anugrah, melepas rindu dengan kekasih Allah,” katanya.
Amalan Khusus
Terkait dengan amalan-amalan khusus, sejauh penelaahan Ajengan Wawan, tidak ada ibadah-ibadah khusus dengan tujuan agar bersua Rasul dalam mimpi. ”Jangan mencari-cari ketemu Rasul, karena dikhawatirkan seolah menjadi keharusan dalam agama. Lebih baik kita mengamalkan apa yang sudah jelas perintah dan larangannya,” tuturnya.
Senada dengan itu, ulama Muhammadiyah lainnya Tuan Guru Ruslan Fariadi menyatakan, seseorang memiliki kebersihan hati, dan konsisten melaksanakan amalan-amalan saleh yang sudah jelas perkaranya, maka punya potensi besar bertemu Nabi dalam mimpi.
Jika kesempatan bersua itu datang, Ruslan menegaskan agar memperbanyak syukur kepada Allah. ”Adab seseorang bermimpi bertemu dengan Nabi, tentu harus bersyukur karena tidak semua orang bisa melihat Nabi dalam mimpi. Itu kenikmatan dan karunia Allah bisa diberi kesempatan melihat wajah Nabi yang mulia,” kata Ruslan. (*)
Penulis Ilham Editor Sugeng Purwanto