PWMU.CO – Jalankan prinsip keimanan untuk raih ketentraman. Hal itu diungkapkan oleh Dr Ali Taher Parasong SH MH pada Pengajian Ahad Malam.
Pengajian Ahad Malam digelar secara virtual oleh Mulia Institute dengan tema “Agama dan Peradaban”, Ahad (13/12/2020).
Menurut Ali Taher Parasong agama biasa diartikan ‘a’ berarti tidak dan ‘gama’ berarti kacau. Agama bermakna tidak kacau atau memberikan jalan ketentraman.
“Dalam Islam diartikan ad-din yang artinya taat, tunduk, atau patuh. Kenapa kita yakin pada kebenaran Islam? Sebab dalam Islam ada tiga hal yang tidak dapat dijawab oleh agama lain, yakni tentang roh, dunia dan akhirat, kesemuanya itu hanya dapat dijawab di dalam ajaran Islam,” ungkapnya.
Mengingat Allah
Islam, lanjutnya, adalah agama keselamatan, karena di dalamnya dijelaskan tentang kebenaran Islam.
“Sebagaimana terdapat dalam Surat Yunus ayat 35 yang artinya, ‘Katakanlah apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang menunjukkan kebenaran? Katakanlah Allah-lah yang menunjukkan kebenaran-kebenaran, lebih berhak diikuti, ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk? Mengapa kalian berbuat demikian? Bagaimanakah kalian mengambil keputusan?’,” sitirnya.
Pada ayat ini, lanjutnya, jelas sekali bahwa kebenaran itu datang dari Allah. Islam mengatur kebahagian hidup dan mendapatkan ketenangan. Untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan maka hendaklah seorang yang beriman selalu mengingat Allah.
“Di samping itu Islam mengatur hubungan sosial orang-perorang, orang dengan kelompok dan hubungan dengan bangsa lain. Sehingga dari hubungan tersebut memerlukan hukum dasar,” ujar aktivis Muhammadiyah ini.
Tonggak peradaban, menurutnya, adalah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Beliau mengganti Kota Yasrib dengan kota Madinah yang memiliki arti tamadun atau membangun peradaban.
“Menegakkan keadilan untuk Madinah yang bermartabat, masyarakat yang tolong-menolong, menghormati hak asasi manusia, keadilan untuk semua. Pada waktu itu ada agama Zoroaster, Yahudi , Kristen, dan Islam. Semuanya dapat hidup berdampingan dan saling menghargai,” papar Ketua Komisi VIII DPR-RI ini.
Hilangnya Akhlak dan Kasih Sayang
Pasca Covid-19, ujarnya, sesungguhnya mempengaruhi peradaban. Antara lain adanya kekuatan digitalisasi. Sekolah akhirnya terbiasa belajar jarak jauh.
“Demikian juga seminar dan pertemuan-pertemuan menggunakan secara virtual, melalui zoom atau yang lainnya. Masa depan kerja akan dimiliki oleh orang yang mempunyai kemampuan teknologi informasi, ketahanan bisnis, intervensi pemerintah pusat dan geopolitik,” jelasnya.
Sekarang ini, ungkapnya, ada nilai-nilai Islam yang hilang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni akhlak dan kasih sayang. Betapa mudahnya orang membunuh sesama dengan tanpa rasa kasih sayang.
Selanjutnya dia berpesan agar kita membangun agama dengan keimanan yang kuat. Nilai keimanan adalah tonggak ketenteraman suasana hati yang memiliki lima prinsip.
“Pertama mengembalikan fitrah bertuhan. Kedua memberikan ketentraman jiwa. Ketiga memberikan pedoman hidup yang pasti. Keempat mengatur kehidupan yang berkarakter. Dan kelima tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Agama tanpa iman akan mengalami kekosongan jiwa,” tuturnya. (*)
Penulis Hilman Sueb. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.