ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Minggu, Agustus 14, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Yudi Latif: Muhammadiyah seperti Anak-Anak Kitab Putih

Sabtu 19 Desember 2020 | 15:52
4 min read
2.3k
SHARES
7.1k
VIEWS
ADVERTISEMENT
Muhammadiyah seperti anak-anak kitab putih. Hal tersebut disampaikan Yudi Latif PhD dalam Webinar dan Fachrodin Award, Sabtu (19/2/20).
Yudi Latif PhD dalam Webinar dan Fachrodin Award 2020 (tangkapan layar Darul Setiawan/PWMU.CO)

PWMU.CO – Muhammadiyah seperti anak-anak kitab putih. Hal tersebut disampaikan Yudi Latif PhD dalam Webinar dan Fachrodin Award, Sabtu (19/2/20).

Kegiatan virtual Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah tersebut mengambil tema Keteladanan Tokoh Lokal: Kontribusi Muhammadiyah Memajukan Negeri.

Membaca Sejarah dari Bawah

Dalam kesempatan tersebut, Yudi Latif mengapresiasi tinggi atas inisiatif Fachrodin Award setidaknya pada dua pertimbangan. “Pertama, award ini menggalakkan literasi di lingkungan Muhammadiyah yang juga secara luas di lingkungan keislaman, serta keindonesiaan,” ujarnya.

Kedua, sambungnya, dalam hal memperkuat tradisi literasi itu, juga diarahkan untuk usaha menumbuhkan kembali satu cara membaca sejarah dari bawah. “Karena selama ini kita terlalu banyak dibombardir cara membaca Indonesia dari atas. Dari Jakarta, dari orang-orang besar, seolah-olah sejarah itu isinya orang besar, the great man. Seolah-olah mereka yang berdarah-darah di akar rumput itu tidak punya peran,” ungkap Yudi Latif.

Kemarin, Yudi berseloroh di sosial media, ‘sekarang makin banyak orang Indonesia yang diakui menjadi tokoh paling berpengaruh di dunia’. “Makin banyak. Tapi pertanyaannya, apakah sungguh-sungguh membawa pengaruh bagi kehidupan sekitarnya, itu pertanyaan besar,” tanyanya.

Kitab Putih

Menurut Yudi, tulisan-tulisan yang diseleksi dalam Fachrodin Award ini, betul-betul menjungkirbalikkan cara kita melihat Indonesia, cara melihat sejarah dari bawah. Dan mungkin kita bisa datang dengan kesimpulan dan optimisme yang berbeda.

“Pertama saya apresiasi soal inisiatif memperkuat tradisi literasi, paling tidak di lingkungan Muhammadiyah. Karena seperti kita tahu, Muhammadiyah itu seperti anak-anak ‘kitab putih’. Kalau kita bayangkan dan persamakan itu kira-kira semacam ‘Protestannya Kristen’,” kata Yudi.

Yaitu, lanjutnya, mereka yang karena kalau orang dulu punya akses hanya pada manuskrip. Manuskrip itu hanya bisa dikuasai oleh segelintir orang. Dengan teknik cetak litografi hanya bisa diakses oleh segelintir orang.

“Oleh karena itu hanya sedikit orang membaca, yaitu kalangan elite-elite agamawan saja yang bisa membaca kitab itu. Padahal tadi perintah dalam ayat pertama itu kan perintah membaca. Artinya semua orang Islam itu harus rajin membaca,” papar Pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat itu.

Tradisi Literasi Barat

Nah, dengan adanya perubahan teknologi percetakan dari litografi ke tipografi, kemudian kitab-kitab itu mulai diproduksi dalam jumlah yang sangat luas. Karena kalau tidak mencetak luas, idle mesinnya.

“Dalam proses itulah kemudian terjadi proses pelipatgandaan memproduksi kitab-kitab, al-Quran, dan bacaan-bacaan yang lain. Nah itulah yang disebut dengan ketika manuskrip berubah menjadi buku yang accessable bagi kaum atau masyarakat awam , itulah yang kita sebut sebagai kitab putih,” tutur Yudi Latif.

Dalam tradisi Weberian, ungkap dia, kebiasaan orang-orang beragama yang tadi, mampu keluar dari jebakan manuskrip pada buku-buku yang terakses secara umum. Dan mulai, misalnya Bible yang sebelumnya hanya bisa dibaca segelintir elit agama, ketika itu direproduksi. “Terutama setelah bisa menciptakan mesin cetak itu, segera saja diproduksi Bible dalam bahasa-bahasa lokal. Akibatnya bahasa kitab suci itu akhirnya bisa diakses oleh banyak orang,” terangnya.

Di dalam sejarah kemajuan peradaban Eropa, kata dia, kebiasaan orang awam yang membaca Bible itulah yang merembes menjadi tradisi literasi yang kuat. “Terutama di lingkungan protestan yang men-drive kemajuan peradaban di barat itu,” ujarnya.

Pengondisian Membaca Kitab Suci

Hal ini, sambungnya, juga harus menjadi kesadaran, yang menjadi teka-teki besar juga. “Kenapa tradisi umat Islam membaca al-Quran, atau paling tidak membaca terjemahan al-Quran yang sudah dicetak secara luas itu oleh Kemenag dan lain-lain, terus kitab-kitab keagamaan ikutannya, kok tidak merembes menjadi tradisi literasi yang kuat di kalangan komunitas muslim. Apa yang terjadi?” tanya Yudi Latif.

Padahal justru, lanjutnya, pengondisian kita biasa membaca kitab suci itu harusnya basis untuk memperkuat literasi di berbagai bidang.

Dulu, kata dia, Muhammadiyah itu lahir dengan kepeloporan untuk meluaskan tradisi baca di lingkungan komunitas Islam. “Makanya jangan salah, dulu hampir semua orang yang sudah berpendidikan modern, mau Sukarno, Hatta, atau siapapun, itu lebih tertarik dengan Muhammadiyah karena Muhammadiyah menawarkan berbagai karya tulis yang mampu dibaca orang-orang berpendidikan modern ini,” terangnya.

Itu makanya dulu hampir sama semacam aksioma, orang dengan pendidikan modern Barat kalau mau aktif dalam keagamaan, pertama-tama mereka hanya bisa membaca kitab-kitab keagamaan yang disediakan tokoh-tokoh Muhammadiyah. “Maka secara tidak langsung kemudian mereka sangat bersimpati meskipun pasif itu menjadi pendukung Muhammadiyah itu,” terangnya.

Makanya, menurut Yudi, lulusan Stovia dan lain-lain itu seperti Tirto Adi Soerjo dan lain-lain, meskipun awalnya bukan dari kalangan agamawan, tapi begitu aktif di dalam pers kemudian terkoneksi dengan Sarekat Dagang Islam, ujungnya menjadi simpatisan Muhammadiyah.

“Jadi ini harus kita ingatkan. Tradisi literasi dan modernisasi itu bagian integral dari Kemuhammadiyahan,” tandas Yudi. (*)

Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Darul SetiawanFachrodin AwardYudi Latif
SendShare903Tweet565Share

Related Posts

Safari Ahad Subuh BKMM Sidoarjo ke Masjid Al-Fattah Tulungagung

Selasa 26 Juli 2022 | 09:48
235

Takmir Masjid 30 M: BKMM Sidoarjo saat sesi diskusi bersama takmir Masjid Al Fattah Tulungagung...

Diproduksi Pengrajin Tulangan, Inilah Batik Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo

Selasa 7 Juni 2022 | 06:26
225

Ketua PWPM Jatim Dikky Syadqomullah bersama Ketua PDPM Sidoarjo Adit Hananta Utama saat peluncuran batik...

Sekum PP Muhammadiyah yang Paling Banyak Berpantun

Rabu 11 Mei 2022 | 05:42
311

Prof Dr Abdul Mu’ti MEd (Tangkapan layar Darul Setiawan/PWMU.CO) Sekum PP Muhammadiyah yang paling banyak...

Lokasi Shalat Idul Fitri 2 Mei 2022 di Sidoarjo

Minggu 1 Mei 2022 | 07:31
1.2k

Suasana pelaksanaan Shalat Idul Fitri di Komplek Perguruan Muhammadiyah SIdoarjo tahun 2021 (Darul Setiawan/PWMU.CO) Lokasi...

Emak-Emak Aisyiyah Bulusidokare Bagikan Paket Minyak Goreng

Rabu 27 April 2022 | 09:53
115

Ketua PRA Bulusidokare Ida Riani saat menyerahkan bantuan paket sembako pada salah satu warga (Darul...

Gagahnya Cabang Muhammadiyah Bisa Dilihat dari Saku Ketuanya

Sabtu 16 April 2022 | 15:54
3.7k

Dr Saad Ibrahim dalam Kajian Ramadhan PDM Sidoarjo di MBS Porong (Darul Setiawan/PWMU.CO) Gagahnya Cabang...

Prof Haedar Nashir: Ramadhan Momen Berpikir Reflektif-Spesifik

Selasa 5 April 2022 | 20:39
26.1k

Dr Haedar Nashir MSi dalam Kajian Ramadhan 1443 H PWM Jatim, Ahad (3/4/22) (Sugiran/PWMU.CO) Prof...

Muhammadiyah Harus Ubah Kultur agar Kuasai Dunia Digital

Minggu 3 April 2022 | 16:43
10.8k

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir Muhammadiyah harus ubah kultur agar kuasai dunia digital....

Pedasnya Arem-Arem Banyuwangi

Minggu 6 Maret 2022 | 12:39
150

Ainfatul Asfiyah menikmati arem-arem Banyuwangi bersama Ichwan Arif dan Darul Setiawan (Sugiran/PWMU.CO) PWMU.CO – Pedasnya...

Sego Tiwul dan Gegok Jadi Cita Rasa Roadshow PWMU.CO

Minggu 27 Februari 2022 | 17:02
368

Mohammad Nurfatoni (kanan) sedang menikmati nasi tiwul (Darul Setiawan/PWMU.CO) PWMU.CO - Sego tiwul dan gegok,...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • PBS Teken MoU dengan King Sejong Institute untuk Smamio

    27674 shares
    Share 11070 Tweet 6919
  • Dua Bintang Timnas Piala AFF U-16 Siswa SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta 

    4296 shares
    Share 1718 Tweet 1074
  • Melawan Tuduhan-Tuduhan Salafi

    2616 shares
    Share 1046 Tweet 654
  • PWM DIY: Berjilbab bagi Siswa Muslimah Pengamalan Ajaran Agama

    1553 shares
    Share 621 Tweet 388
  • SMP Mutu Launching Kantor Layanan Lazismu, Pertama di AUM Pendidikan Surabaya

    16925 shares
    Share 6770 Tweet 4231
  • Lima Model Orang Muhammadiyah, Anda Termasuk yang Mana?

    4990 shares
    Share 1996 Tweet 1248
  • Muhammadiyah dan Salafi Itu Berbeda, 5 Hal Ini Penyebabnya

    752 shares
    Share 301 Tweet 188
  • Strategi Salafi Masuk ke Masjid Muhammadiyah

    5439 shares
    Share 2176 Tweet 1360
  • Irjen Ferdy Sambo Tersangka, Din Syamsuddin: Bubarkan Satgassus Polri

    49061 shares
    Share 19624 Tweet 12265
  • Free Writing Mengagetkan Peserta Workshop Jurnalistik IPM Muhiba

    179 shares
    Share 72 Tweet 45

Berita Terkini

  • Pendidikan Holistik Perspektif MuhammadiyahMinggu 14 Agustus 2022 | 17:39
  • Pengajian keliling
    Pengajian Keliling Mencari Empat Manfaat IniMinggu 14 Agustus 2022 | 17:27
  • Ketua PWI Jatim Berbagi Strategi Mengatasi Kriris KomunikasiMinggu 14 Agustus 2022 | 14:55
  • Begini Lomba HART di Jambore Nasional SAR Muhammadiyah WonosoboMinggu 14 Agustus 2022 | 13:26
  • Dua Bintang Timnas Piala AFF U-16 Siswa SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta Minggu 14 Agustus 2022 | 12:49
  • Peserta Jambore SAR Muhammadiyah Ini Bawa Dagangan Cobek, KreatifMinggu 14 Agustus 2022 | 11:37
  • Mimdaka Kembali Gelar Latihan Tapak SuciMinggu 14 Agustus 2022 | 09:59
  • Rahasia 8 Santri PMMP Borong Medali Jember Open Championship 2022Minggu 14 Agustus 2022 | 08:58
  • Belajar dari Kisah Abu Lahab di Living Quran SD MugebMinggu 14 Agustus 2022 | 07:57
  • Menghafal Al-Quran Tak Kenal UsiaMinggu 14 Agustus 2022 | 06:51

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In