PWMU.CO – Bangsa Arab Dipersatukan oleh Bahasa, Bukan Agama. Hal itu diungkapkan oleh Duta Besar RI di Libanon Hajriyanto Y Thohari.
Dia menyampaikannya saat menjadi pemateri pada Upgrading Pimpinan Muhammmadiyah yang digelar secara virtual oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Ahad (13/12/2020).
Menurut Hajri, sapaan akrabnya, Arab World atau Dunia Arab terdiri 22 negara. Kalau Timur Tengah atau Middle East ditambah Turki, Iran, dan Afghanistan. Istilah ini baru sekitar 100 tahun.
“Keruntuhan Ottoman pada 1924 dimulai muncul Middle East. Arahnya timur dari Eropa, tapi timur yang tidak jauh maka disebut Timur Tengah. Indonesia ikut-ikutan menyebut Timur Tengah karena tidak punya istilah sendiri,” ujarnya.
Dunia Islam, lanjutnya, atau Islamic World bisa memiliki arti kultural dan itu merujuk pada umat Islam sedunia, termasuk di Eropa dan Amerika.
“Makna dunia Islam juga bisa merujuk kepada negara-negara yang mayoritas Muslim. Maka sampai Indonesia, Malaysia, Brunei, dan lainnya. Memang lebih banyak yang memakai opsi kedua,” jelasnya.
Sunni dan Syi’i
Dinamika Islam di Timur Tengah berarti meliputi Islam di Middle East. Dunia Islam terdiri 57 negara Islam. Beberapa tahun terakhir bertambah dua menjadi 59 negara yang tergabung dalam OKI.
“Perlu dikunjungi oleh warga Muhammadiyah di Jatim supaya tahu yang didoakan setiap Jumat. Boleh saya jadi tuan rumah untuk minimal ke Middle East dimulai dari Libanon, Suriah, Yordania, Palestina, dan Mesir. Melihat saudara-saudara seumat yang sering didoakan, tetapi juga sering dimusuhi,” ajaknya disambut gerr peserta.
Populasi Muslim secara kolektif di dunia dinamakan ummah. Islam menekankan kesatuan atau unity, keselamatan, pertahanan, dan ketangguhan dari umat Islam.
“Tetapi nyatanya ada berbagai mazhab fikih yang akhirnya bermanifestasi menjadi golongan-golongan. Meskipun ada nuansa politik akhirnya di kalangan umat Islam terbelah menjadi Sunni dan Syi’i. Syi’i misalkan Iran, sekarang meluas ke Irak. Kemudian dibeberapa negara Arab pasca lengsernya Saddam Hussein pemerintah Syi’i lebih kuat. Intinya dalam Islam ada dua sekte terbesar. Itulah awal dinamika Islam. Itulah dinamika yang menonjol di Timur Tengah,” paparnya.
Menjadi Arab karena Bahasa
Menurutnya dinamika Islam secara organisasional lahir OIC (Organizational Islamic Cooperation). Sejak 2011 conference berubah cooperation. Organisasi kerja sama negara-negara Islami atau lebih dikenal dengan OKI.
“Perkembangan dunia Islam secara organizational, OIC itu organisasi negara. Bagaimana posisi Islam di dunia Arab. Sekarang OKI ada sedikit friksi. Tahun 2019 lalu Malaysia pernah menyelenggarakan KTT OKI di Kuala Lumpur yang mengundang marah Arab Saudi kemudian tidak banyak yang datang. Tetapi OIC Summit tetap berlangsung,” jelasnya.
Bagaimana sebetulnya fungsi Islam di dunia Arab. Orang Arab disatukan karena bahasa. Bahkan orang itu menjadi Arab karena bahasa. Seperti di Libanon sebetulnya bukan asli Arab tetapi Tunisia. Mereka menjadi Arab karena arabisasi. Dunia Arab itu bahasa.
“Intinya sebetulnya bukan agama. Maka jangan terlalu mempunyai idealisasi bahwa bangsa-bangsa Arab itu berhimpitan sekali dengan Islam. Kalau mayoritas mereka Islam iya, tetapi di antara bangsa Arab yang beragama Nasrani juga besar,” terangnya.
“Bisa jadi Nasrani di Timur Tengah lebih besar dari populasi Muslim di Eropa. Di Libanon dulu malah fifty-fifty. Setelah gelombang migrasi maka Muslim menjadi 65 persen. Islam itu toleran, tidak pernah ada pemaksaan agama di era Muawiyah dan Abbasiyah yang berkuasa ratusan tahun,” tambahnya.
Arab sebagai Pusatnya Islam
“Negara-negara Arab, lanjutnya, sering dianggap oleh dunia sebagai pusatnya Islam. Meski jumlah orang Islam di Arab masih kalah dengan orang Islam non-Arab. Arab sekitar 300 juta saja.
Uniknya, negara-negara yang orangnya mempertahankan pakaian tradisional itu malah yang negara yang kaya-kaya. Yang memakai jas dan celana malah yang ekonominya biasa,” urainya.
Menurutnya secara ekonomi di Timur Tengah bermacam-macam. Ada yang sangat kaya, menengah, tapi lebih banyak yang miskin.
“Pendapatan per kapita negara kaya seperti Emirat Arab $40,325, Kuwait $29,616, Qatar $61,264, Saudi Arabia $20,747. Penerbangan dunia dikuasai Emirat Arab dengan Etihad dan Fly Emirates,” paparnya.
“Dan beberapa tergolong miskin seperti Mesir $2,441, Irak $5,114, Tunisia $3,494, Maroko $3,083, Libanon $7,857, Palestina $3,054 dan Yaman $1,123,” imbuhnya.
Dari ekonomi, ujarnya, bisa terlihat bagaimana dinamika Islam di Timur Tengah. Orang bisa membangun peradaban kalau uangnya sisa.
“Maka Emirat Arab sudah mengirimkan pesawat ke ruang angkasa atau ke Mars. Bahkan sekarang dirancang pesawat yang kedua. Perkembangan ilmu pengetahuan luar biasa karena uangnya besar. Putra mahkota jadi ketua pengarah ibukota baru Indonesia,” jelasnya.
Komunisme Tumbuh
Bahasa Arab, menurutnya, sangat menentukan identitas keislaman. Jadi dominasi bahasa sangat penting. Jauh dari dominasi agama. Jadi Arab itu dominasi bahasa. Semua negara Arab dalam konstitusi menyebut bahasanya bahasa Arab, tetapi hanya sedikit yang menyebut Islam sebagai dasar di dalam konstitusinya. Bahkan cenderung sekuler.
“Islam di Timur Tengah menjadi semacam identitas kultural. Menjadi semacam praktik kebudayaan. Bahkan orang Arab dari segi ibadah ritual lebih bagus Indonesia. Mencari masjid di Libanon tidak semudah mencari masjid di Indonesia. Di Beirut ada 9 masjid, 5 di antaranya berkumpul di satu tempat dengan jarak yang dekat,” ungkapnya.
Secara ekonomi dan pendidikan di dunia Arab mengalami ketertinggalan dari kaum Nasrani. Di dunia Arab komunisme sudah emergency dan terus tumbuh. Dan ateis makin menyebar dan makin kuat. Maka umat Islam perlu strategi taktik. Jumlah sekuler dan ateis terus naik.
“Perkembangan terakhir tendensi sekuler dan liberal di Arab meningkat. Perpecahan antara Islamis dan sekuleris semakin meluas. Intinya negara-negara Arab makin tidak bersatu dan semakin terpecah,” tuturnya.
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.