PWMU.CO – Disiplin masa pandemi, penerapan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) ok liburan yes disampaikan Supra Wimbarti MSc PhD dalam acara Diskusi Berseri #4, Ahad (27/12/20).
Pada diskusi yang diselenggarakan Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat Aisyiyah melalui Zoom Clouds Meeting tersebut, dia menjelaskan budaya disiplin berawal dari social dan physical distancing. Gejala-gejala sosial mulai muncul di masyarakat.
“Seperti merasa kesepian dan terisolasi. Orang yang terkonfirmasi positif ditolak oleh lingkungan sehingga merasa tidak berguna, sulit berkonsentrasi, dan cenderung tidak percaya kepada orang lain,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, masyarakat dianjurkan untuk mempertahankan rutinitas terpenting di rumah. Rutinitas sebelum pandemi tetap dipertahankan, seperti pola tidur, pola makan dan pola kerja atau belajar. Sebelum bekerja dan bersekolah sudah mandi, sarapan dan berseragam seperti biasanya,” pesan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada ini.
Kurangi Kejenuhan Selama Pandemi
Supra mengungkapkan untuk mengurangi kejenuhan dari pola rutinitas selama pandemi, perlu meluangkan waktu di luar rumah atau sekitar rumah. Kita dapat melakukan aktivitas seperti membuka pintu dan jendela untuk mendapatkan udara segar. Melihat pemandangan, mengundang burung-burung dan menanam bunga.
“Yang terakhir ini lagi viral, menanam bunga di pekarangan rumah,” ujarnya.
Dia memaparkan untuk mengurangi kejenuhan selama isolasi di rumah, bisa membuat games dengan anggota keluarga. Permainan bisa menggunakan barang-barang yang ada di rumah. Mengolah barang-barang bekas menjadi sesuatu yang baru.
“Ini kegiatan positif yang bisa dilakukan bersama anggota keluarga,” jelasnya.
Pertahankan Kehidupan Sosial
Selama isolasi di rumah, Supra menganjurkan untuk mempertahankan kehidupan sosial seperti biasanya. Tentu dengan menggunakan aplikasi zoom, skype, googlemet dan lain-lain. Dalam aplikasi ini kita bisa ngobrol dengan anggota keluarga dan teman.
“Ini sebagai sarana silaturrahmi yang bisa dilakukan,” ucapnya.
Selain silaturrahmi, masyarakat juga bisa mengembangkan hobi di rumah. Berkebun, membuat klip musik/video, menulis, memasak, kerajinan tangan, menjahit dan bengkel. “Ketika disibukkan dengan aktivitas, lupa dengan hobinya, maka saat ini, masyarakat menekuni hobinya kembali,” urai penulis buku Psikologi untuk Indonesia Tangguh dan Bahagia ini.
Pentingnya Disiplin Diri selama Pandemi
Supra mengungkapkan disiplin diri selama pandemi dapat memberi kekuatan untuk tetap setia atau commit pada tujuan hidup. “Tidak menolah-noleh karena itu adalah resep utama dalam mencapai cita-cita,” ucap dosen UGM ini.
Disipilin diri, sambungnya, lebih mengarah ke self confidance atau kepercayaan diri. Masyarakat dengan tingkat disiplin yang tinggi, maka tingkat percaya dirinya lebih tinggi. Begitu juga, kekuatan pribadi atau inner streigh, kebahagiaan dan kepuasan hidup.
Disiplin diri, menurutnya, juga berfungsi mengontrol diri dan tetap menghormati orangtua atau figure yang harus dihormati. Selain itu disiplin diri diperlukan untuk mendisiplinkan individu yang tidak paham perilaku yang benar dan anak-anak yang akan terlibat dalam pergaulan yang berbahaya dan membahayakan orang lain.
“Disiplin diri juga penting diberikan kepada anak yang cenderung keras kepala, ndableg dan jenis anak yang tidak menyenangkan,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, anak yang mungkin tidak bahagia, tidak aman hidup sendiri lebih membutuhkan pendisiplin dari luar. “Perlu orang lain yang mampu menerapkan disiplin pada diri mereka,” ujar dosen yang menempuh Magister di Oklahoma State University United State.
Tingkat Disiplin Masyarakat Indonesia
Supra menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan secara online terhadap 2.018 orang dengan profesi berbeda. Profesi itu meliputi dosen, guru, pengusaha, ibu rumah tangga dan mahasiswa yang berusia 18 tahun lebih pada periode Agustus sampai Oktober 2020.
“Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa protokol kesehatan yang disingkat 3 M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) masyarakat Indonesia sudah oke, tetapi mudik yes!” tandasnya.
Dia menjelaskan pandemi yang berlangsung hampir satu tahun menyebabkan kelelahan dan kebosanan di masyarakat. Upaya membuat imunitas tinggi mulai menurun. Di sisi lain, pengawasan aparat polisi terkait 3 M juga mengendur bahkan hukuman denda menghilang.
Selain itu, sambungnya, masih banyak warga masyarakat yang tidak percaya akan keberadaan covid-19. “Maka indikator tersebut dapat disimpulkan situasi Covid-19 di Indonesia mencerminkan disiplin masyarakat yang belum baik. Dengan kata lain disiplin masyarakat mengendor,” ujarnya.
Upaya Mendisiplinkan Masyarakat
Supra menguraikan beberapa upaya mendisiplinkan masyarakat. Pertama, mempraktikkan prinsip kebersihan sebagai dari iman. Mencuci tangan tidak hanya karena kotor, namun ini adalah bagian dari protokol kesehatan dan iman.
“Kedua, ajaran Islam mengajarkan nilai-nilai disiplin melalui shalat, zakat dan haji. Ketiga, jaga kondisi fisik dengan olah raga, minum jamu, susu kedelai dan susu kurma dan menjaga kondisi mental dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah.”
Ketiga, sambungnya, budaya komunal atau berkumpul perlu dihindari selama pandemi, budaya individualism atau egoisme dimunculkan untuk sementara waktu. Keempat, beri apresiasi bagi yang menegakkan kedisiplinan. Kelima ciptakan fashion masker itu indah dan cantik, jaga jarak itu wajib dan cuci tangan itu sehat.
“Jadi, perlu gerakan massal untuk mendisiplinkan masyarakat dengan reward and punishment. Terus menjaga imunitas diri baik lewat penguatan fisik maupun mental. Selain itu peran keluarga sangat penting dalam pembentukan nila-nilai disiplin dan penegakkannya. Dan nilai-nilai agama Islam menjadi contoh paing baik dalam pendisiplinan masyarakat,” tandasnya. (*)
Penulis Estu Rahayu. Editor Ichwan Arif.