
PWMU.CO – Tiga syarat komunikasi efektif antara orangtua dan anak disampaikan Psikolog Danang Setyo Budi Baskoro MPsi, Kamis (31/12/20).
Dalam Kajian Islamic Parenting (KIP) bertema Mengoptimalkan Peran Ibu saat Mendampingi Anak dalam Pendidikan Jarak Jauh yang digelar secara virtual oleh Ikatan Wali Murid (Ikwam) SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School) Gresik, Founder Brilian Psikologi ini mengungkapkan syarat pertama adalah pesan dapat diterima.
“Kalau tidak diterima berarti komunikasi tidak efektif,” ungkapnya.
Kedua, lanjutnya, pesan disetujui dan ditindaklanjuti dengan perbuatan. Ketiga, Tidak ada hambatan yang berarti dalam komunikasi.
“Anak zaman sekarang membutuhkan alasan terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,” tambahnya.
Zaman sekarang, sambungnya, anak mudah mengakses informasi sehingga orangtua harus menjelaskan secara detail dan memahami piramida komunikasi di antaranya: kata-kata hanya menyumbangkan 7%, intonasi tinggi rendahnya nada berkomunikasi sejumlah 37% dan 55% adalah gerak tubuh bisa micro expression wajah dan macro expression yaitu gerak tubuh dan wajah.
“Oleh karena itu orangtua perlu belajar komunikasi nonverbal,” katanya.
Lima Ciri Komunikasi Efektif
Danang menjelaskan ada cirri komunikasi efektif yang harus dilakukan orangtua kepada anak. Pertama, keterbukaan. Orangtua perlu terbuka apa yang di rasakan pada anak dan anak juga perlu menyampaikan apa yang dia rasakan.
“Kedua, empati. Orangtua harus mengerti bahwa anak juga lagi stres menghadapi pandemi ini. Apabila ada perilaku-perilaku yang aneh kita harus tahu apa yang sedang terjadi,” ujarnya.
Dia memaparkan, ciri kedua ketiga adalah dukungan. Ketika anak stress, orangtua tidak boleh menekan.
Keempat, rasa positif. Orangtua perlu mempertahankan rasa positif agar bisa memberikan rasa positif pada anak. Orangtua perlu mengakses rasa positif dan bahagia agar anak bisa mendapatkan kebahagiaan, jika ibu tidak bahagia bagaimana anak bisa bahagia.
Kelima, sambungnya, kesetaraan. Jika orangtua berkomunikasi dengan anak perlu kesetaraan. Ketika anak melihat orangtuanya merasa superior lebih tinggi pangkatnya dari anak akan menimbulkan judgement.
“Orangtua perlu memposisikan diri seperti anak untuk melihat sudut pandang anak sehingga anak akan lebih mengerti,” tuturnya.
Peran Orangtua dalam PJJ
Danang mengungkapkan orangtua harus mengambil peran aktif dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PPJ). Peran orangtua pertama adalah mengontrol kegiatan pembelajaran. Orangtua harus mengetahui jadwal pembelajaran anak dan mengontrol bukan sebagai pembantu anak.
“Sebagai pengontrol, orangtua juga harus sering berkomunikasi kepada guru wali kelas terkait perkembangan siswa selama mengikuti PJJ. Percuma anak mendapatkan nilai 90 atau 100 jika sebenarnya dibantu orangtua dan nilai sebenarnya 30, itu akan membuat anak merasa dirinya tidak harus bertanggung jawab terhadap tugasnya,” ungkapnya.
Kedua, lanjutnya, memfasilitasi anak belajar. Salah satu faktor utama kunci keberhasilan anak dalam melaksanakan PJJ. Orangtua harus memberikan fasilitas senyaman mungkin untuk anaknya dalam mengikuti pembelajaran (bukan semewah mungkin).
“Salah satu fasilitas yang terpenting ialah kuota internet dan sebagai fasilitator, orangtua juga harus menjaga mood dari anaknya,” jelasnya.
Orangtua, menurutnya, adalah faktor penentu keberhasilan PJJ saat mendampingi belajar di rumah. “Mudah-mudahan pandemi ini segera berlalu. Orangtua lebih baik dalam mendampingi anak sampai pandemi ini berakhir. Selamat berjuang ayah ibu yang tangguh saya percaya kita bisa,” tandasnya. (*)
Penulis Waviq Amiqoh. Editor Ichwan Arif.