PWMU.CO– Ayat Alif laam miim dalam surat al-Baqarah yang sedang dibaca Nabi Muhammad saw suatu hari terdengar oleh orang Yahudi, Abu Yasir bin Akhthab, saat berjalan melewati Nabi.
Abu Yasir lantas menemui saudaranya, Huyai bin Akhthab, yang sedang berkumpul bersama komunitasnya Bani Nadhir. Abu Yasir bercerita, ”Demi Allah, aku baru saja mendengarkan Muhammad membaca apa yang diturunkan padanya.”
Orang Yahudi itu jadi penasaran. ”Apakah engkau betul-betul mendengarkannya?” Yasir menjawab, ”Ya.” Huyai bin Akhthab bersama orang-orang Yahudi kemudian berangkat menemui Rasulullah.
Mereka berkata,”Hai Muhammad, maukah kamu membacakan kepada kami ayat al-Quran yang diturunkan padamu?” Rasulullah berkata,”Ya.” Kemudian membaca lagi surat al-Baqarah yang diawali ayat alim laam miim. Mereka lalu bertanya,”Apakah ayat al-Quran itu dibawa Jibril dari Allah?”
Rasulullah menjawab,”Ya.” Orang-orang Yahudi berkata,”Sungguh Allah telah mengutus nabi-nabi sebelummu. Kami tidak mengetahui Allah menjelaskan kepada salah seorang dari nabi-nabi tentang usia kekuasaannya, dan usia kekuasaan nabi selain kamu.”
Huyai bin Akhtab kemudian berkata kepada teman-temannya. ”Alif adalah satu, laam adalah tiga puluh, dan miim adalah empat puluh. Jadi jumlah totalnya adalah tujuh puluh satu tahun. Apakah kalian akan memasuki agama yang usia kekuasaannya hanya tujuh puluh satu tahun?”
Lalu Huyai menemui Rasulullah saw, dan bertanya,”Hai Muhammad, apakah kamu mempunyai ayat lain selain ayat tadi?” Rasulullah saw menjawab, ”Ya.” Huyai bertanya lagi,”Bagaimana bunyi ayat tersebut?”
Rasulullah membaca,” Alif laam miim shad…” Huyai berkata,”Demi Allah, ayat ini lebih berat dan lebih panjang. Alif adalah satu, laam adalah tiga puluh, miim adalah empat puluh, dan shaad adalah sembilan puluh. Jadi jumlah totalnya seratus enam puluh satu tahun.”
Yahudi Makin Merinding
Dia bertanya lagi, apakah kamu mempunyai ayat lain selain ayat tadi, ya Muhammad?” Rasulullah menjawab tenang,”Ya.” Huyai bertanya,”Bagaimana bunyinya?” Rasulullah Smembaca, “Alif laam ra’.” Huyai makin terperangah. ”Demi Allah, ini lebih berat dan lebih panjang. Alif artinya satu, laam adalah tiga puluh, dan ra’ adalah dua ratus. Jadi jumlah totalnya dua ratus tiga puluh satu tahun.”
”Apakah masih mempunyai ayat lain selain ayat tadi, ya Muhammad?” Rasulullah membacakan,” Alif laam mim ra…” Huyai makin kaget. ”Ini lebih berat dan lebih panjang. Alif adalah satu, laam adalah tiga puluh, miim empat puluh, dan ra’ adalah dua ratus. Jadi jumlah totalnya dua ratus tujuh puluh satu tahun.”
Huyai lalu berkata, ”Muhammad, persoalanmu menjadi rumit bagi kami, hingga kami tidak tahu apakah kamu diberi banyak atau sedikit?” Setelah itu orang-orang Yahudi pergi dari Rasulullah saw.
Abu Yasir berkata kepada saudaranya, Huyai, dan rahib-rahib Yahudi yang ikut bersamanya. ”Tahukah kalian barangkali jumlah tadi diberikan kepada Muhammad, yaitu tujuh puluh satu, seratus enam puluh satu, dua ratus tiga puluh satu, dan dua ratus tujuh puluh satu. Jadi jumlah totalnya ialah tujuh ratus tiga puluh empat tahun.”
Rahib-rahib Yahudi berkomentar, ”Sungguh persoalan Muhammad menjadi rumit bagi kami.”
Para ulama meyakini peristiwa itu menjadi asbabun nuzul Ali Imran: 7. ”Dialah yang menurunkan al-Kitab (Al-Qur ‘an) kepada kamu. Di antara fisiknya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.”
Kisah Nabi ini diceritakan dalam kitab Sirah Ibnu Hisyam.
Editor Sugeng Purwanto