PWMU.CO – Kearifan bangsa Indonesia sedang diuji. Nilai-nilai ke-Indonesiaan yang dibangun oleh tokoh-tokoh besar seperti KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyari, HOS Cokroaminoto, KH Agus Salim dan para founding fathers lainnya, kini terancam tercerabut oleh kepentingan kapitalisme yang berkelindan melalui jaringan transnasional.
Skenario luar biasa itu tidak disadari oleh para generasi bangsa. Banyak yang terseret oleh rekayasa global tersebut. Targetnya, merusak pemikiran generasi bangsa dengan memasukkan opini negatif tentang bangsanya sendiri.
Inilah yang saya sebut ghazwul fikr atau dialektika pemikiran. Ghazwul fikr amat terkait dengan potensi dasar manusia (hereditas). Karena fokus pertarungan ideologi tersebut adalah melemahkan tiga potensi dasar yang dimiliki generasi bangsa kita.
(Baca: Tiga Tantangan Global yang Harus Dihadapi oleh Mujahid Muhammadiyah)
Pertama potensi fitrah. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan fitrahnya yang mempunyai naluri beragama atau bertauhid. Sebagaimana penjelasan surat Arrum 30, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Allah. Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tdak mengetahui.”
Pada ayat itu sangat tegas bahwa sejak lahir, manusia sudah dibekali Allah nilai tauhid. Ketika kemudian mengingkarinya, itu karena mereka telah kalah dalam pertarungan ideologi dengan kaum kuffar. Inilah yang jadi target awal mereka.
Kedua, potensi asmaul husna. Bahwa manusia sudah dibekali oleh Allah dengan sifat-sifat asmaul husna, yaitu 99 nama Alah yang penuh dengan kebaikan. “Hanya milik Allah asmaul husna maka bermohonkannlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu. Dan tinggalkanlah orang orang yang menyalah artikan nama-namanya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Al A’raf 180)
Dalam ghazwul fikr, target kedua adalah melemahkan sisi baik generasi bangsa saat ini. Dan itu, kini benar-benar terjadi.
Ketiga, potensi bawaan sebagai manusia yang mempunyai akal, hawa nafsu, dan amarah. Potensi inilah yang akan menjadi target prioritas kaum kuffar. Mereka mengambil semangat persatuan generasi bangsa untuk diganti dengan permusuhan dan kebencian.
Proses infiltrasi pada ketiga potensi di atas tlah terjadi. Dan itu adalah awal untuk melemahkan kekuatan generasi bangsa sebagai bagian dari pertarungan ideologi (ghazwul fikr).
(Baca juga: Mencetak Generasi Hebat Penguasa Masa Depan)
Fenomena yang tejadi akhir-akhir ini benar-benar merupakan pukulan telak bagi generasi bangsa, yang sebenarnya sangat diharapkan kearifannya. Mereka mudah terpancingnya oleh isu isu yang berpotensi memecah belah umat Islam. Ini menunjukkan betapa generasi bangsa ini sangat rapuh dan jauh dari kata ‘sehat’.
Rasa simpati mereka mudah dipermainkan. Termasuk melalui gerakan yang dikemas dengan bungkus ‘agama’. Hanya karena sempitnya wacana dan hilangnya rasa percaya pada diri mereka, terlebih lagi pada para pemimpin yang sudah mereka pilih sendiri sebelumnya.
Dengan mengatasnamakan jihad, seolah mereka melakukan gerakan termulia di Bumi Pertiwi. Hal ini telah menutup mata dan insting mereka, sehingga tidak sadar telah dibelokkan pada hal yang tak semestinya. Gagasan-gerakan mulia untuk membela agama Allah telah berhasil dibelokkan oleh lawan dengan sangat apik, tanpa dirasakan. Seperti sedang terhipnotis oleh sebuah kata “jihad”. Kata “politik” yang seakan menjadi makanan haram, justru kini mereka lahap dan terus dilahap.
Oleh karena itu penting kirannya bagi generasi bangsa yang berkemajuan untuk tetap memegang teguh 3 (tiga) prinsip dasar yang diajarkan KH Ahmad Dahlan yaitu ke-Islaman, kebangsaan, dan keilmuan. Semoga negeri ini terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan! (*)
Catatan Uzlifah, aktivis Aisyiyah Kota Malang