Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa, ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa ini berangkat dari hadits riwayat Ahmad dan lain-lain.
عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ أَنَّهُ رَاحَ إِلَى مَسْجِدِ دِمَشْقَ وَهَجَّرَ بِالرَّوَاحِ فَلَقِيَ شَدَّادَ بْنَ أَوْسٍ وَالصُّنَابِحِيُّ مَعَهُ فَقُلْتُ أَيْنَ تُرِيدَانِ يَرْحَمُكُمَا اللَّهُ قَالَا نُرِيدُ هَاهُنَا إِلَى أَخٍ لَنَا مَرِيضٍ نَعُودُهُ فَانْطَلَقْتُ مَعَهُمَا حَتَّى دَخَلَا عَلَى ذَلِكَ الرَّجُلِ فَقَالَا لَهُ كَيْفَ أَصْبَحْتَ قَالَ أَصْبَحْتُ بِنِعْمَةٍ فَقَالَ لَهُ شَدَّادٌ أَبْشِرْ بِكَفَّارَاتِ السَّيِّئَاتِ وَحَطِّ الْخَطَايَا فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ إِنِّي إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنًا فَحَمِدَنِي عَلَى مَا ابْتَلَيْتُهُ فَإِنَّهُ يَقُومُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ مِنْ الْخَطَايَا وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا قَيَّدْتُ عَبْدِي وَابْتَلَيْتُهُ وَأَجْرُوا لَهُ كَمَا كُنْتُمْ تُجْرُونَ لَهُ وَهُوَ صَحِيحٌ. رواه أحمد وأبو يعلى، وحميد بن زنجويه، وأبو نعيم، وابن عساكر
Dari Abu Al Asy’ats As-Shan’ani sesungguhnya dia berangkat ke Masjid Damaskus pada tengah hari dalam berjalan. Lalu dia bertemu dengan Syaddad bin Aus dan As-Shunabihi bersamanya dan saya (Syaddad bin Aus Radliyallahu’anhu) bertanya, “Kemana kalian hendak pergi, semoga Allah merahmati kalian.”
Mereka berdua menjawab, “Kami hendak ke sini, karena saudara sakit, kami hendak menjenguknya. Saya berangkat bersama mereka berdua sampai kami bertemu dengan orang itu.”
Lalu mereka berdua berkata kepadanya, “Bagaimana kabarmu pagi ini?”
Dia menjawab, “Saya pagi ini dalam keadaan nikmat.”
Lalu Syadad berkata kepadanya, “Berilah kabar gembira dengan pelebur kejelekkan dan penghapus kesalahan. Sesungguhnya saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Allah Azza wa Jalla berfirman, Aku jika menguji seorang hamba dari hamba-Ku yang beriman, lalu dia memuji-Ku atas apa yang Aku timpakan kepadanya, sesungguhnya dia bangun dari tempat tidurnya sebagaimana dia dilahirkan ibunya, dari kesalahan.”
Rabb Azza wa Jalla berfirman, “Aku telah menahan hamba-Ku (dari amal shalih), maka berilah dia ganjaran sebagaimana kalian memberinya ganjaran di kala dia sehat.”
Musibah
Musibah memiliki cakupan makna yang luas yaitu meliputi bencana, malapetaka, kemalangan, atau penderitaan. Musibah berasal dari kata ashaba, yushibu yang berarti menimpa. Seakar dengan kata ini adalah nashib yakni yang menimpa.
Ada 10 kata musibah di dalam al-Quran, di antaranya menjelaskan tentang sebab utamanya adalah kesalahan manusia sendiri.
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asysyura 30).
Musibah bisa bersifat umum ataupun pribadi. Yang bersifat umum di antaranya adalah gunung meletus, gempa bumi, banjir bandang, dan termasuk penyakit yang mewabah. Sedangkan yang bersifat pribadi adalah sakit pada jasmani atauh tubuh dan juga kesialan lainnya.
Oleh karena musibah terutama disebabkan oleh ulah manusia sendiri, maka setiap kita wajib menjaga untuk berupaya tidak tertimpa musibah. Ikhtiar ini penting karena kita tidak tahu yang akan menimpa di waktu berikutnya. Akan tetapi sekuat apapun kita menjaganya dan jika Allah SWT telah menetapkan ketetapannya, kita tidak dapat menolaknya. Dan Allah Maha Pemaaf atas kesalahan hamba-hamba-Nya.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (al-Hadid 22)
Kezaliman Penyebab Musibah
Terjadinya musibah merupakan sebuah keniscayaan, dan hal itu pasti memiliki sebab dan ketahuilah bahwa sebab utamanya adalah kezaliaman.
Kezaliman sesorang pada diri sendiri akan mengakibatkan sakit pada tubuhnya, merasa sedih, gelisah, galau dan seterusnya. Kezaliman yang dilakukan oleh seseorang atau lebih kepada orang lain atau kepada alam lingkungannya menyebabkan terjadinya bencana yang lebih luas dan akan dirasakan oleh banyak orang.
Kezaliman yang utama adalah ketidaktaatan sesorang pada hukum dan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Begitulah dalam kehidupan ini, ada orang-orang yang baik yang beriman dan bertakwa akan tetapi ada juga orang-orang yang senantiasa berbuat zalim. Maka kezaliman haruslah diminimalisasi sedemikin rupa karena kedhaliman akan berakibat terjadinya musibah atau bencana.
وَٱتَّقُواْ فِتۡنَةٗ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمۡ خَآصَّةٗۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (al Anfal 25)
Musibah, Penghapus Dosa
Musibah yang menimpa adalah bagian dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Karenanya dengan musibah itu jika dijalani dengan penuh kesabaran dan tetap berhusnudhdhan kepada Allah akan dihapus dosa-dosanya, dan akan medapatkan pahala yang berlipat ganda.
Selama kita masih diberikan kehidupan oleh Allah, musibah merupakan peringatan agar kita selalu mawas diri dan selalu berusaha berubah untuk menjadi lebih baik lagi. Sedangkan bagi mereka yang jelas-jelas telah ingkar (kafir) dan suka berbuat maksiyat (munafik), apalagi saat musibah itu sampai meninggal dunia, maka bisa jadi hal itu adalah hukuman baginya. Dan tentu hal demikian itu menjadi peringatan bagi kita yang masih diberikan kehidupan ini.
Kesabaran terhadap musibah sebagaimana digambarkan dalam Surah al-Baqarah, mereka berhak mendapat shalawat dari Allah.
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧
(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan (sahalawat) yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (al-Baqarah 157)
Bagi yang tidak terkena musibah hal itu bukan bebarti baginya baik-baik saja. Akan tetapi harus tetap terus mawas diri selalu dan sekaligus memiliki empati atau kepedualian kepada saudaranya yang sedang ditimpa musibah. Jangan sampai justru menjadikan bersuka ria atau gembira ketika ada saudaranya yang tertimpa musibah karena sifat dengkinya.
إِن تُصِبۡكَ حَسَنَةٞ تَسُؤۡهُمۡۖ وَإِن تُصِبۡكَ مُصِيبَةٞ يَقُولُواْ قَدۡ أَخَذۡنَآ أَمۡرَنَا مِن قَبۡلُ وَيَتَوَلَّواْ وَّهُمۡ فَرِحُونَ
Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: “Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)” dan mereka berpaling dengan rasa gembira. (At Taubah 50)
Semoga kita tetap mendapat maunah-Nya untuk istikomah dalam memelihara ketaatan kepada Allah dan dijauhkan dari berbagai musibah. Amin (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Musibah, Cara Allah Menghapus Dosa ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 18 Tahun XXV, 22 Januari 2020/8 Jumadits Tsania 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.