Perempuan dan Fitrah Multiperannya, opini Yeni Dwi Rahayu MKom, Ketua Bidang Pengabdian Pusat Studi Wanita Universitas Muhammadiyah (UM) Jember.
PWMU.CO – Peran perempuan Indonesia dan tingkat partisipasinya dalam pembangunan terus berkembang di segala sisi. Dikutip dari suara.com, di antara 153 negara di dunia, pada tahun 2015 Indonesia berada di peringkat 114 dalam partisipasi ekonomi dan kesempatan berusaha bagi perempuan.
Secara perlahan membaik menjadi peringkat 107 di tahun 2016. Beberapa tahun berikutnya, yakni pada 2018 dan 2020 masuk jajaran 100 besar dengan berada di peringkat 96 dan 68.
Di tengah keterbatasannya kesempatan perempuan untuk mengembangkan diri, berperan dalam keluarga dan masyarakat terbuka lebar. Pandangan ini sangat bergantung pada kepercayaan diri perempuan itu sendiri, serta dukungan keluarga sebagai penguatnya.
Peningkatan peran dan partisipasi perempuan ini merupakan optimisme Indonesia ke depan. Pencanangan peta jalan generasi emas 2045, sangat tidak lengkap tanpa peran dan kontribusi perempuan dalam mewujudkanya. Baik skala mikro di lingkup keluarga maupun skala makro di tengah masyarakat. Hal tersebut berpotensi untuk menentukan, apakah di 100 tahun ke depan Indonesia nantinya akan menuai bonus demografi atau justru bencana demografi.
Dikutip dari peta jalan generasi emas 2045 (Kemdikbud) berbasis pada sensus penduduk tahun 2010, Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi di tahun 2035, yang persentase penduduk usia muda dan produktif mencapai 46.7 persen.
Dalam fitrah multiperan karunia Allah SWT, keseimbangan peran perempuan merupakan tantangan yang tidak mudah. Tanpa dukungan keluarga dan lingkungan, keseimbangan ini berat untuk dapat dijangkau. Eksistensi perempuan tidak lantas mengerdilkan kaum Adam, justru secara fitrah laki laki dan perempuan diciptakan untuk saling melengkapi.
Dengan demikian dukungan suami bagi seorang ibu, dukungan ayah bagi anak perempuannya tidak boleh berkurang sedikitpun. Jikapun terjadi ketidakhadiran peran pria, kepercayaan diri perempuan merupakan modal utama dengan dukungan sesama, merupakan alternatif untuk meraih idealitas.
Tantangan di Masa Pandemi
Di tengah masa pandemi, percepatan era disrupsi dan upaya mempersiapkan generasi emas 2045, tantangan perempuan semakin kompleks. Kesehatan mental perempuan cukup diuji untuk tetap optimal dalam perannya. Tagar #dirumahsaja mendorong ibu memperkuat wilayah domestiknya.
Bagaimana tidak, semua kegiatan berpindah di rumah mulai anak sekolah, suami kerja dari rumah hingga kebutuhan sosial eksternal keluarga pindah ke dunia maya, juga membutuhkan penguatan. Bagi ibu yang memiliki peran di tengah masyarakat tentu saja ini adalah tantangan berlipat.
Tantangan dalam hidup akan selalu ada bagi siapapun. Fitrah sebagai manusia yang diberi akal akan selalu menemukan solusi disetiap permasalahan, senyampang memiliki keinginan yang kuat untuk berkembang dan semangat untuk belajar. Setiap individu termasuk perempuan wajib membekali diri dengan keimanan dan ikhtiar mengembangkan keterampilan hidup.
Bekali dengan Literasi 6+3
Tahun 2015 Kemdikbud menggagas Gerakan Literasi Nasional (GLN) untuk membekali masyarakat Indonesia terampil dalam kehidupan. Enam keterampilan tersebut yakni literasi baca dan tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan. Dalam perkembangannya beberapa peneliti menambahkan tiga keterampilan baru untuk lebih kuat menghadapi era disrupsi, yakni literasi data, teknologi, dan manusia.
Berdasarkan tantangan di atas ada baiknya perempuan membekali diri dengan enam literasi dasar dan tiga literasi tambahan tersebut. Penguasaan keterampilan bagi perempuan akan sangat membantu untuk berdaya menjalani fitrah multiperannya.
Syukur alhamdulillah, umat Islam memiliki tuntunan tentang literasi ini dengan sempurna. Melalui al-Quran sebagai petunjuk, umat Islam selayaknya telah terbiasa dengan konsep iqra sebagai literasi utama. Sehingga perempuan muslim dengan latar belakang iqra yang baik, tidak ada kesulitan dalam menyerap bentuk-bentuk literasi dalam menghadapi tantangan hidup.
Perempuan tidak perlu berharap belas kasihan atas kelemahannya, melainkan dengan keterampilan yang di miliki peran perempuan dapat dirasakan dengan luas. Dengan demikian, fitrah multiperan perempuan dapat kokoh seimbang atas kemampuan pribadi, dan dukungan lingkungan sebagai penyempurna.
Editor Darul Setiawan.