PWMU.CO – PMR Smamda Latih Siswa Peduli Kemanusiaan sejak Dini. Remaja harus belajar nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian sejak dini seperti yang diajarkan dalam Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Demikian disampaikan Kepala SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo Wigatiningsih MPd pada pembukaan Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Palang Merah Remaja (PMR), yang digelar melalui Google Meet, Sabtu (6/2/2021). Acara ini akan berlangsung hingga Senin (8/2/2021)
“Ini harus dimulai sejak dini. Belajar empati, belajar peduli, agar kelak menjadi pemimpin yang memiliki hati,” pesannya.
Mengapa Remaja?
Menurunya, remaja menjadi sasaran utama dalam pendidikan Palang Merah kerena tiga hal. Pertama, karena masih kuat melakukan mobilitas sehingga dalam kondisi apapun akan mudah melakukan pertolongan.
“Kedua, karena remaja sangat penting untuk disiapkan sebagai penerus di masa yang akan datang,” kata Bu Wigati, sapaannya.
Ketiga, sambungnya, karena remaja sering menjadi sasaran kepentingan berbagai pihak. Oleh karena itu remaja harus disiapkan untuk masa depan yang baik.
“Remaja calon pemimpin di masa yang akan datang, harus memiliki persiapan sejak dini agar layak menjadi pemimpin,” lanjut Pendekar Tapak Suci Putra Muhamadiyah itu.
Bu Wigati menjelaskan, salah satu ciri seorang pemimpin adalah sehat jasmani dan rohani. Sehat harus diawali dari usia remaja sehingga tetap sehat dalam kondisi yang fluktuatif.
“Dalam kondisi pandemi, badan yang sehat lebih punya peluang lebih baik untuk tidak terpapar penyakit. Sangat tepat aktif di PMR agar bisa belajar hidup sehat sejak dari muda,” tutur ibu dua anak ini.
Menurutnya, peran selanjutnya bagi anggota PMR adalah terlibat dalam siaga kebencanaan. Indonesia memiliki potensi bencana yang sangat banyak, oleh karena itu PMR harus siap jika suatu saat ditugaskan dalam penanggulangan bencana.
“Seperti saat ini kita sedang bahu-membahu menggalang bantuan untuk korban bencana di Sulbar dan Kalsel, maka PMR juga harus ambil peran,” harapnya.
Muhammadiyah dan Tugas Kemanusiaan
Muhammadiyah sudah lama mengisi peran-peran kemanusiaan, khususnya dalam penanggulangan bencana. Saat Kiai Sujak ditunjuk sebagai Ketua Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) program yang dicanangkan adalah pendirian rumah sakit dan panti asuhan.
“Pendirian PKO diilhami dari kejadian meletusnya gunung Kelud. Melihat banyaknya korban erupsi yang tidak tertangani oleh pemerintah Belanda, Muhammadiyah kemudian membentuk PKO agar bisa membantu para korban,” terang Moh. Ernam saat menyampaikan materi Kemuhammadiyahan.
Pria yang menjabat sebagai Waka Kesiswaan ini menjelaskan, Muhammadiyah selalu hadir dalam setiap kejadian bencana, termasuk di luar negeri seperti di Nepal, Filipina, Rohingya, Palestina, dan lain-lain.
“Bahkan saat terjadi gempa bumi di Nepal, satu-satunya lembaga kemanusiaan dari Indonesia yang sampai terlebih dahulu adalah Muhammadiyah. Melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Muhammadiyah sudah melakukan penanganan medis di Nepal sebelum PMI dan lembaga lain datang,” ungkap pria yang akrab dipanggil Ernam ini.
Dia menegaskan, hal itu harus menjadi teladan bagi anggota PMR Smamda Sidoarjo agar siap menjalankan misi kemanusiaan di mana saja.
“Muhammadiyah selalu hadir dengan tim yang lengkap, mulai dari tim SAR, tim dapur umum, tim rehabrekon, tim psikososial, dan tim medis,” ujar akivis Hizbul Wathan itu.
Tim medis Muhammadiyah di Sulbar, sambungnya, bahkan berhasil membantu dua belas ibu-ibu melahirkan, sebagian bahkan melalui operasi Caesar.
Menurut Ernam, kini saatnya PMR Smamda Sidoarjo untuk memperkuat kemampuan, keterampilan, dalam pertolongan pertama, dan keahlian kebencanaan. (*)
Editor Mohammad Nurfanoni