PWMU.CO – Dalam ruang teologis, Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang tidak bermadzhab. Muhammadiyah bukanlah Syi’ah, namun bisa dimasukkan sebagai golongan Ahlussunnah wal Jamaah.
Demikian salah satu isi ceramah Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas dalam acara konsolidasi organisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Jawa Timur Jilid V, Ahad (6/11). Konsolidasi ini sendiri dihadiri oleh para pimpinan unsur PDM Kota Surabaya, serta 4 PDM se-Madura: Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
Menurut Yunahar, tak bermadzhab bukan berarti Muhammadiyah tidak menerima madzhab. “Tetapi Muhammadiyah merujuk kepada semua madzhab, selama itu relevan dan tidak bertentangan dengan al-Quran dan hadits,” jelas Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu.
(Baca: Islam Tertawa yang Bedakan Islam Indonesia dengan Timur Tengah dan Yunahar Ilyas: 4 Syarat Dakwah yang Ramah)
“Tidak bermadzhab bukan berarti tidak mengakui madzhab. Tetapi Muhammadiyah mengamini semua madzhab itu selama sesuai dan tidak bertentangan dengan al-Quran dan hadits,” kata Yunahar.
Dia menguraikan, selain dengan madzhab tertentu, Muhammadiyah juga tidak terikat dengan aliran teologis atau tarekat sufiyah apapun. Namun secara defacto Muhammadiyah bisa dikatakan sebagai Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
(Baca juga: Yunahar Ilyas: Kinerja Densus 88 Antiteror Perlu Dievaluasi dan Yunahar Jelaskan Kemunculan Islam Normatif dan Islam Sejarah)
“Muhammadiyah jelas bukan Syi’ah, Mu’tazilah ataupun Jabariyah. Kalau dalam hal ini Muhammadiyah bisa dikatakan sebagai Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Tapi memang tidak dikatakan secara tegas, karena saudara kita Nahdlatul Ulama (NU) sudah mempopulerkannya,” terang Yunahar.
Ahlu Sunnah Wal Jamaah pun terbagi menjadi beberapa cabang. Setidaknya ada tiga cabang, yakni Asyariyah, Salafiyah dan Al-Maturidi. “Dari tiga cabang itu, Muhammadiyah lebih mendekati kepada Salafiyah,” ujar Yunahar. (ilmi)