PWMU.CO – Kreatif Peduli ala SD Muhammadiyah 16 Surabaya. Selain mengajak siswa untuk berdonasi juga melakukan teleconverensi dengan relawan MDMC dan Lazismu di lokasi bencana, Rabu (3/2/2021).
Kegiatan yang bertajuk “Kreatif Peduli” ini diikuti lebih dari 400 siswa kelas IV sampai VI Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah (SDM) 16 Surabaya secara virtual via Zoom Clouds Meeting. Acara ini juga live dengan relawan MDMC dan Lazismu yang ada di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan.
Agus Mulyadi, salah satu guru kelas V, mengatakan, kegiatan ini digelar untuk menumbuhkan rasa empati dan simpati terhadap bencana gempa bumi dan banjir yang terjadi di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan.
Ia menambahkan, sebelum acara ini dilaksanakan, Sekolah Kreatif SDM 16 Surabaya telah membuka posko peduli bencana gempa dan banjir yang berpusat di sekolah kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya.
“Di posko ini telah tergalang sejumlah dana yang akan diserahkan kepada Lazismu baik yang di Sulawesi Baratmaupun di Kalimantan Selatan,” terangnya.
Telekonferensi dengan Relawan
Dalam acara virtual ini siswa-siswi Sekolah Kreatif SDM 16 Surabaya mendapatkan kesempatan langsung untuk berbincang-bincang dengan para relawan yang ada di lokasi. Mereka adalah Donny H. Mutiasa dan Ginanjar.
Di hadapan para siswa, Donny H. Mutiasa menjelaskan apa itu MDMC. Ia mengatakan, MDMC itu singkatan Muhammadiyah Disaster Management Center atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB).
“Jadi kenapa ada dua nama itu? Karena memang awalnya LPB lebih dikenal duluan dengan nama MDMC, walaupun nama resminya di Muhammadiyah adalah LPB,” jelasnya.
Relawan asal Kendal Jawa Tengah ini menceritakan awal bergabungnya di MDMC sejak tahun 2012. “Alasan saya menjadi relawan karena panggilan hati saja karena sejak SMA dan kuliah sudah bergabung di pecinta alam yang lebih sering bergelut dengan alam dan banyak berkegiatan sosial,” ungkapnya.
”Jadi ketika ada suatu bencana seperti gempa di Sulawesi Barat ini yakni terpanggil untuk jadi relawan yang bisa membantu meringakan beban saudara-saudara yang tekena musibah itu dengan apa saja yang kita punya seperti tenaga, fikiran, dan waktu saya sumbangkan untuk misi kemanusiaan melalui Muhammadiyah ini,” urainya.
Donny menambahkan, syarat utama menjadi relawan Muhammadiyah sebenarnya sama dengan syarat utama menjadi anggota Muhammadiyah. yYaitu mau dan tulus ikhlas untuk berkiprah dan mengabdikan diri pada persyarikatan dan kemanusian.
“Nanti untuk urusan keahlihan, kepelatihan, dan potensi bisa kita tingkatkan bareng-bareng di dalam organisasi tercinta ini, karena ada banyak pelatihan yang dikembangkan di Muhammadiyah dan MDMC,” terangnya.
Tips Hadapi Gempa
Tak lupa ia berbagi tips tentang apa yang harus dilakukan ketika ada gempa. Menurutnya, ketika ada gempa kita tidak boleh serta merta lari, karena kalau serta merta lari nanti ada yang terjatuh atau terdorong.
“Maka yang harus kita lakukan adalah yang pertama bersembunyi di tempat yang kuat supaya kepala dan punggung aman tidak tekena benda yang runtuh. Yang kedua yaitu ketika keluar tidak boleh saling mendorong dan tidak boleh kembali ke tempat yang retak-retak,” jelasnya.
Sementara itu, Ginanjar salah satu relawan MDMC yang salah satu pengurus Lazismu di Kalimantan Selatan mengatakan, kondisi banjir masih terjadi dan belum bisa dikatakan surut.
“Banjir saat ini adalah banjir yang terbesar di Kalimantan Selatan yang menggenangi lebih dari tujuh kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan,” paparnya.
Pertanyaan polos dari siswa pun meluncur. Seperti diucapkan Bramandirya Candra Kusuma Adit, siswa Kelas V Al-Mahani. Dia menanyakan kondisi sekolah di sana, apakah masih bisa melakukan proses pembelajaran.
Ada pula pertanyaan dari Muhamamd Nizar Afif Fitdaus, siswa kelas IV Iskandar Muda. Dia bertanya, apakah protokol kesehatan masih juga dilaksanakan dengan ketat saat bencana di sana.
Menjawab dua pertanyaan itu, Ginanjar menjelaskan, memang waktu awal banjir pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan sekolah diliburkan. “Kkarena ada 400 lebih sekolah di Kalsel yang terendam. Jadi banyak sebagian besar anak-anak mengungsi di beberapa titik,” paparnya.
Sedangkan sola protokol kesehatan dia menawab, “Sebagian masih mengabaikan protokol kesehatan terutama tidak memakai masker. Tetapi kami mengusahakan pakai masker.”
Acara ditutup dengan berdoa bersama agar semua bencana yang terjadi memberikan hikmah: bagi kita, bagi masyarakat, dan bagi semua warga negara Indonesia agar semakin dekat kepada Allah SWT. (*)
Penulis Riska Oktaviana. Editor Mohammad Nurfatoni