PWMU.CO – Kali pertama pergi ke Pulau Bawean ternyata memberi kesan tersendiri. Pekan lalu, wewakili Kwarda Hizbul Wathan (HW), saya berkesempatan mendampingi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik untuk menghadiri Musycab Bersama Pimpinan Cabang Muhammadiyah-Aisyiyah Sangkapura dan Tambak, (3-5/11).
Selain saya, rombongan terdiri dari 6 anggota PDM, 6 anggota Pimpinan Daerah Aisyiyah, dan masing-masing 1 perwakilan dari Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Tapak Suci. Ikut pula Wakil Ketua PWM Prof Thohir Luth.
(Baca: Karena Muhammadiyah, Keris Pusaka Bawean Itu Tidak Disakralkan)
Saat itu saya baru turun dari kapal cepat yang membawa kami dari Pelabuhan Gresik ke Bawean. Saya lihat sudah banyak mobil pejemput. Pandangan saya langsung tertuju pada mobil Toyota Avanza berwarna putih yang bertuliskan SMK Muhammadiyah 4 Desa Daun Kec. Sangkapura Bawean – Kab. Gresik.
Pada saat itu, saya langsung disambut pemuda yang bernama Rahman Hakim. Penampilannya rapi, badan kurus, dan berkulit hitam. Saat itu, persepsi saya mengatakan, bahwa dia adalah petugas tata usaha (TU) atau driver sekolah.
(Baca juga: Meriahnya Bawean Sambut Musyawarah Muhammadiyah)
Dalama perjalanan, Rahman memang menyopiri mobil yang kami tumpangi. Kami ngobrol sepenjang perjalanan. Semakin lama, kami semakin akrab. Dan lambat laun setelah dapat info dari warga, akhirnya saya tahu jika Rahman ternyata Kepala Sekolah SMKM 4 Sangkapura.
Saya tertegun sejenak. Kaget sekaligus takjub. Saya kaget, karena ternyata pria yang saya kira sopir itu adalah seorang kepala sekolah. Dan hebatnya, dia tak segan-segan menjadi ‘sopir’ untuk para tamu Persyarikatan. Saya takjub karena kok bisa orang semuda itu (kini 26 tahun) bisa jadi kepala sekolah. Bersambung ke halaman 2 …